Selasa, 06 November 2012

TOKOH PEMBAHARU MESIR (MUHAMMAD ABDUH)



TOKOH PEMBAHARU MESIR

A.   MUHAMMAD ABDUH
Nama lengkapnya adalah Muhamad Abduh bin Hasan Khair Ullah. Lahir di desa Mahallat Nashr, Gharbiyah, Mesir tahun 1625 H/1849 M. Ayahnya bernama Abduh Khair Allah, keurunan Turki dan ibunya adalah keturunan Umar ibnul Khatab.
Sejak kecil Muhammad Abduh didiik oleh ayahnya sendirti. Dan karena kecerdasannya ia mampu menghafal al-Qur’an kurang dari 3 tahun. Pada umur 14 tahun ia dikirim ke Thanta untuk belajar bahasa Arab, fiqih, al-Qur’an di sebuah lembaga pendidikan milik Al-Ahzar. Setelah 2 tahun dia pulang karena merasa bosan karena sistem belajarnya hanya menghafal tidak memberikan kebebasan berfikir pada murid.
Setelah menikah pada usia 17 tahun dia disuruh belajar kembali oleh ayahnya. Dia kembali ke Thanta tapi singgah dulu ke pamannya Syekh Darwisy Khadr untuk belajar tasawuf. Setelah tiga bulan di Thanta dia pergi ke Al-Ahzar untuk belajar. Tapi dia kecewa karena metode belajarnya sama dengan di Thanta. Lalu dia belajar di luar kampus kepada Syekh Hasan at-Tawil. Disini ia belajar filsafat, matematika dan logika.
Ia menjadi guru di Al-Ahzar. Dan ia yang pertama melakukan gebrakan perubahan untuk Al-Ahzar. Menurutnya Al-Ahzar harus berbenah. Mulai dari administrasi dan pendidikan di dalamnya, termasuk perluasan kurikulum, yang mencangkup ilmu modern, sehingga Al-Ahzar dapat berdiri menjadi mercusuar dan pelita bagi kaum muslim modern.
Ia terpengaruh oleh Jamaluddin al-Afghani. Baginya beliau telah membukakan dunia Islam di hadapannya, serta masalahnya di zaman modern. Dan beliau yang mendorong Muhammad Abduh untuk menerbitkan majalah Al-Urwah at-Wutsqa di Paris sebagai media dakwah mereka. Muhammad Abduh belajar filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti dan ilmu pengetahuan lainnya. Metode diskusi sangat menarik minatnya.
Sebagai ulama yang berpengaruh, dia menganjurkan dan membuka pintu ijtihad yang telah lama dikunci. Meski banyak dikritik, ia tetap menyebarkan pemikiran pembaruannya. Ia benci ulama fiqih yang hanya sibuk pada masalah furu’ tapi lupa kepentingan utama umat. Ia berjuang keras melawan khurafat dan memurnikan akidah.
Beliau hidup pada masa umat Islam dijajah oleh bangsa Barat sehingga terpisah-pisah. Disamping kalah dalam hal politik dan militer, pemikiran juga statis. Saat itulah para pemikir Islam membangkitkan kembali umat Islam dalam berbagai sisi. Diantaranya adalah jamaluddin al-Afghani.
Selain sebagai pengajar di Al-Ahzar, Dar al-Ulum dan perguruan Khedevi. Ia juga pernah menjadi mufti Mesir sebagai hakim agung. Ia selain mengelola majalah al-Urwah at-Wutsqa, ia juga menjadi pemimpin redaksi koran Waqai al-Mishriyyah milik pemerintah yang mengupas tentang sosial, politik, agama dan negara.

IDE PEMBAHARUAN
            Ide pembaharuan teologisnya di dasari tiga hal yaitu, kebebasan manusia dalam memilih perbuatan, kepercayaan yang kuat terhadap Sunnatullah, dan fungsi akal yang sangat dominan dalam menggunakan kebebasan. Ia menggunakan metode deduksi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dalam menentukan perbuatannya. Tapi bukan kebebasan tanpa batas. Ada dua hal yang mendasari perbuatan manusia:
1.      Manusia melakukan perbuatan dengan daya dan kemampuannya
2.      Kekuasaan Allah adalah tempat kembali semua yang terjadi.
Menurutnya akal berperan penting dalam mencapai pengetahuan hakiki tentang iman. Akal memiliki kemampuan yang sangat tinggi sehingga mampu mengetahui adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya, adanya hidup di akhirat, kewajiban terhadap Tuhan, kebaikan dan kejahatan, serta mengetahui kewajiban membuat hukum. Tapi akal masih membutuhkan wahyu sebagai petunjuk hidup. Karena wahyu memiliki dua fungsi utama yaitu menolong akal untuk mengetahui secara rinci mengenai kehidupan akhirat, dan menguatkan akal agar mampu mendidik manusia untuk hidup secara damai dalam lingkungan sosialnya.
Beliau memiliki tiga prinsip dalam hal hukum, al-Quran sebagai sumber syariat, memerangi taklid, dan berpegang kuat pada akal dalam memahami ayat-ayat Qur’an. Syariat ada dua macam, pertama qat’i (pasti) dan setiap muslim wajib mengetahui dan mengamalkan tanpa interprestasi dan sudah tersebut dal al-Qur’an dan Hadits. Kedua zhanni (tidak pasti), yaitu lapangan ijtihad para mujtahid. Jadi berbeda pandapat adalah wajar dan merupakan tabiat mnanusia. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan wajib berijtihad dan yang awam wajib bertanya kepada yang mumpuni dalam hal agama.
Dia pernah menyarankan para ulama fiqioh untukmembentuk tim tarjih terhadapa pendapat ulam terdahulu yang bertugas memfilter danmengadakan reinterprestasi terhadapnya. Bermahzab berarti mencontoh metode ber-istinbath huklum. Beliau telah mengangkat citra islam dan kualitas umatnya dari keterpurukan dan keterbelakangan. Ia adalah seoarang mujtahid dan mujadid pada masanya. Hasil karyanya yang masih dinikmati sampai sekarang adalah risalah al tauhid. Kumpuilan pidato, pikiran dan ceramahnya telah ditulis oelh muridnya Rasyid Ridho, bertajuk tafsir al-manar. Beliau meninggal pada tahun 1905.  Karyanya tersebar keseluruh pelosok negeri. Di indonesia pemikirannya brepengaruh pada ormas muhammadiyyah.


B.      MUHAMMAD RASYID RIDHO
Nama lengakapnya Muhammad Rasyid bnin Ali bin Muhammad syamsuddin lahir di desa qalmun tripoli-syam, lebanon utar 18 oktober 1865 M. Sejak kecil sudah hafal al-qur’an dan digembleng  secara langsung dalam ilmu keislaman, seperti tafsir, hadits, fiwqih, dan bahasa arab oleh para syekh besar di di daerahnya.pendidikan dasar di madrasah al-wathaniyyah al-islamiyyahdi ntripoli syam dan melanjutkan di beirut sampai meraih gelar al-alimiyyah.
Sejak membaca kitab ihya’ ulumuddin karangan al-ghazali ia bhudup dam dunia sufi dan menganut tarekat naqsabandiyyah. Tapi pada umur 28 tahun ketika tanpa sengaja menemukan majalah al-urwah at-wutsqa milik jamaluddin dan muhamad abduh yang concern membangkitkan spirit modernisasasi pemikiran dan revivalisasi peradaban islam yang tangah tiarap di koleksi buku ayhnya pemikiran dan pemahamannya tentang islam berubah drastis.
Ia menjadi sadar bahwa islam tidak hanya berkutat dalam hal rohani, tapi menyeimbangkan antara duniawi dan ukhrawi, raqsional, dan sangat konsen dalam mengembangakan peradaban umatnya. Islam diturunkan untyuk jesejahteraan manusia dan mempersiapkan menusia sebagai khalifah allah yang bertanggung awab mewujudkan kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat mnausia.
Setelah jamaluddin wafat tahun 1897, rasyid ridho pergi mesir yuntuk berguru kepada muhammad abduh. Dengan pertimbangan selain m. Abduh sebagai lokomotif modernisasi dan reformasi pemikiran islam juga mesir sat kityu dipandang sebagai ranah untuk mewujudkan ide pembaruan islam eperti yang dipikirkannya.
Setelah mengabdikan dirinya puluhan tahun demi tecerahkannya umat islam, ia wafat dalam prjalanan dari suez ke kairo dan dimakamkan di sebelah pemakanaman gurunya muhammad abduh.

PERJUANGANNYA
            Kedatangannya ke mesir membawa obsesi dam misi besar untuk memajukan peradaban islam. Sesampainya di mesir dia langsung menyampaikan maksudnya untuk menjadi murid kepada muhammad abduh. Tidak hanya itu dia langsung menyodorkan proposal aksi dari gerakan modernisasi dan revivalisasi peradaban yang ingi direalisasikannya bersama sang guru. Di mesir dia langsung menjadi juru bisara dan figur sentral pada madrasah pembaharuan muhammad abduh.
            Rasyid rdho kemudian memajukan sarana sebagai ujung tombak perjuangannya kepada muhammad abduh berupa majalah al-manar. Majalah ini yang nantimnya akan meyuarakan modrnisasi pemikiran islam sehingga lepas dari kemujudan sekaligus sikap taklid buta terhadap peradaban barat.
            Dia juga yang pertama memotivasi muhammad abduh untuk menafsirkan alquran kepada khalayak umum dengan metode saperti ia menulis di majalah urwah at-wutsqa. Kenudian kajiannya berlangsung di masjid al-ahzar sampai wafatnya dan telah menyelesaikan hingga ayat 125 surat an-nissa’. Selama itu rasyid ridho mencatat pejelasan-penjelasan dari sang guru, dan ia tambahkan dengan uraiannari pemikirannya sendiri. Catatan-catatan itu trelebih dahulu dikoreksi gurunya lalu dipublikasikan dalm majalah al-maar.
            Setelah muhammad abduh rasyiud ridho menambah luas ranah perjuangaanya seirin perkembangan dinamika sosialpolotik pada masanya. Dan dia lebih beroriantasi pada bidang politik. Ia mulai banyak menulis tentang masalah khilafah, hubungan turki-arab, intervensi kolonial barat di dunia arab dan zionisme yang mengancam dunia arab umumnya dan palestina. Bahkan ia juga menjadi ketua parlemen suriah hingga masuknya perancis tahun 1920. Ia juga pengagas uutama konferensi ulama se-dunia tentang revivalisasi kekhilafahan islam pasca runtuhnya khilafah turkiusmani.
Selain sebagai ulama dai, dan pendidik yang dikenal dalam ilmunya, terutama bidang tafsir, hadits, sastara, dan sejarah, ia juga penulis yang produktif dan politikus yang andal.

MAJALAH AL-MANAR DAN TAFSIR AL-MANAR
            Hasil karyanya memang banyak tapiyahng paling trkenal adalah majalah al-manar dan tafsir al-manar yang diantara keduanya bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dengan sang mujaddid ketika seseorang bicara tentang modernisasi dan reformasi abad 20.
            Majalah al-manar adlah mimbar bagi pemikiran rasyid ridho, muhammad abduh dan pemikir modern lainya sampai empatdasa warsa. Pertama terbit tahun 17 maret i898 pasca wafatnya al-afghani dalm koran mingguan lalu berubah menjadi majah bulanan mulai tahun kedua. Misi besar yang ingin direalisasikan maajalah al-manar dapat dirangkum sebagai berikut:
1.      Menyebarluaskan luaskan risalah dan paham pembaharuan pemikiran keagamaan ke seluruh penjuru dunia
2.      Mengembangkan metode hidup moderat yang menentang sikap jumud trhadap warisan ulama masa lampau di satu sisi serta pengekoran buta terjhadap pradaban barat
3.      Menerbitkan ualang artikel yang ernah dimuat di makjalah urwah at-wutsqa
4.      Pembebasan akal dari belenggau taklid
5.      Purifikasi akidah dari segala bentuk praktek yang berbau syirik, bid’ah dan khurafat
6.      Membunikan metode baru dalam menafsirkan al-quan
7.      Membentengi syariat, bahasa arab, dan ilmu islam lainnya dari serangan luar
8.      Menyebarkan fatwa yang menyeimbangkan nash dengan realitas
9.      Memahamkan umat perbedaan antara ajaran agama dengan adat atau kebiasaan
10.  Mempertahankan persatuan dan kesatuan umat sekalipun berbeda bangsa, aliran danmahzab maupaun tempat tinggal dan mendukung kekhalifahan turki usmani
11.  Membendung misi kristenisasi
12.  Membangkitkan waspada umat terhadap pengekoran buta bangsa arab
13.  Penekanan pada pentingnya metode gradual dalam melakukan proses modernisasi dan reformasi

Tafsir al-manar merupakan karya yang merefleksikan pandangan progesifnya dalam memahamial-qur’an yang menjadi samdaran utama menuju revivalisasi umat.ide modernisasinya dapat diamati dengan interaksinya dengan ayat-ayat kitab suci ini.
Tafsir yang ia lakukan hanya sampai spertiga al-qur’an yaitu pada ayat 101 surat yusuf karena ia wafat. Kemudia penafsiara dilanjutkanoleh syeikh bahjat al-baithar dan diterbitkan tetap dengan nama rasyid ridho.
Tafsir yang digunakan dalam tafsir al-manar ini belum pernah digunakan oleh para muffasir sebelumnya. Secara umum metodeny sebagai berikut:
1.      Tidak terikat pada pendapat-pendaoat ulam asebelumnya
2.      Menggunakan bahasa sederha dan mujdah dipahami namun tetap memelihara keindahan struktur kalimat dan diiringi uapaya penyinngkapan ketelitian redaksi yang dipergunakannya
3.      Menjadikan al-qur’an sebagai hakim atau dasardalam melahirkan berbagai ketentuan daambidang akidah, fiqih, dan bukan sebaliknya
4.      Menghindari perincian yang mendetail terhadap hal-hal yang sudah dianggap memasuki wilayah mubhamat()masalah yang tidak diuraikan secara rinci dalm al-qur’an dan hadits). Menurutnya tidak dirincinya secara detail karena perinciannya tidak penting dan dapat menghambat target utama yaitu memberi petunjuk
5.      Menghindari riwayat –riwayat israiliyyah dalam penafsiran, terutama tentang kisah nabi dan umat terdahulu
6.      Banyak menjelaskan sunnatullah yang telah digariskan bagi manusia, khusunya aspek sosial dan alam semesta yang dapat menyadarkan manusia untuk kembali kepada ajaran allah. Penilis juga memaparkan berbagai undangundag sosial dan faktor kemajuan maupu kemunduran yang berlaku secara umum terhadap seluruh umat dan bangsa
7.      Membantah berbagai keraguan dari musuh islam terhadap ajaran al-qur’an dan as-sunnah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar