BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
William J Rothwell
menjelaskan hal baru tentang desain pembelajaran. Ia mengatakan bahwa desain
pembelajaran bukan hanya sekedar menciptakan pembelajaran, seperti merumuskan
tujuan, menentukan topik, menentukan strategi pembelajaran, mengavaluasi hasil
belajar dan lain-lain. Tapi secara lebih luas, tujuan utama desain pembelajaran
adalah untuk memecahkan masalah kinerja manusia. Bukankah selama ini, kita
hanya tahu desain pembelajaran seperti pada pandangan pertama di atas?
Penekanan pada masalah kinerja ini, memaksa desainer pembelajaran untuk memulai
pekerjaannya sejak mulai analisis masalah kinerja, identifikasi akar masalah,
mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi dan mengimplementasikan solusi
yang dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi konsekuensi yang tidak
diharapkan.
Seorang desainer
memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan
membelajarkan. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya,
melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan atau disebut sebut sebagai
teaching performance.
Dalam desain
pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya
variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan semua pihak,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah dapat dipilih dan diterapkan salah
satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang dihadapi
di lapangan. Selain itu juga, dapat dikembangkan dan dibuat model turunan dari
model model yang telah ada, ataupun juga dapat diteliti dan dikembangkan desain
yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Maka dari itu, penulis sangat
tertarik untuk membahas tentang desain pembelajaran yang berdasarkan
kompetensi, dan juga hal apa saja yang berhubungan dengan cara mendesain
pembelajaran tersebut.
B. Identifikasi Masalah
1. Kemampuan guru dalam mendesain
pembelajaran
2. Perencanaan pembelajaran
3. Langkah-langkah dalam
mendesain pembelajaran
C. Rumusan Masalah
1. Kemampuan apa saja yang perlu dimiliki oleh guru
dalam mendesain pembelajaran?
2. Mengapa
merancang perencanaan pembelajaran perlu dilakukan?
3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam
mendesain pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemampuan Guru dalam Mendesain Pembelajaran
Spencer and Spencer
mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang
individu yang berhubungan dengan kinerja efektiff atau superior dalam suatu
pekerjaan atau situasi. R.M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan
kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan
mengindikasikan cara-cara berpikir atau berperilaku dalam segala situasi dalam
waktu yang lama. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat
dari pikiran, sikap, dan perilakunya.
Spencer and Spencer
membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut.
1. Motif
Motif adalah sesuatu yang orang
pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Contohnya, orang yang
termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai
tujuan dan bertanggung jawab melaksanakannya.
2.Sifat
Sifat adalah karakteristik fisik
tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh penglihatan yang
baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan
kontrol diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam merespon
situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini sangat
dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan tugas.
3.Konsep diri
Konsep diri adalah sikap, nilai
dan image diri seseorang. Contoh, kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan
seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari
konsep diri.
4.Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang
seseorang miliki bidang tertentu. Contoh, pengetahuan ahli bedah terhadap urat
syaraf dalam tubuh manusia.
5.Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan
untuk melakukan tugas–tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh
kemampuan fisik adalah keterampilan programmer computer untuk menyusun data
secara beraturan.
Kemampuan berpikir secara
analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif
seseorang. Mereka juga mengkategorikan kompetensi kedalam dua bagian, yaitu
Threshold competences dan differentiating competence. Threshold competences
adalah karakteristik esensial (biasanya pengetahuan atau kemampuan dasar,
seperti kemampuan membaca) yang seseorang butuhkan untuk menjadi efektif dalam
suatu pekerjaan, tetapi bukan untuk membedakan pelaku superior dari yang
rata-rata.
Perbedaan pokok antara profesi
guru dengan profesi lainnya adalah terletak pada tugas dan tanggungjawabnya.
Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang
disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak
lain adalah kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat
kualitatif dari prilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat
berarti. Prilaku disini merujuk bukan hanya pada prilaku nyata, tetapi juga
meliputi hal–hal yang tidak tampak. Barlow mengemukakan bahwa kemampuan guru
adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara
bertanggungjawab dan layak.
Dengan demikian, kemampuan guru
merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas
profesinya. Tugas professional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru
mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Cooper, dalam Sudjana,
mengemukakan empat kompetensi guru yakni (a) mempunyai pengetahuan tentang
belajar dan tingkahlaku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang
studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai keterampilan
teknik mengajar.
Ada empat yang harus dikuasai
guru, yakni (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis
tingkahlaku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d)
kemampuan mengukur hasil belajar siswa.
Sementara Nana Sudjana telah
membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut;
1. Kompetensi
bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan
mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar
dan tingkahlaku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan
tentang cara menilai hasil belajar siswa dan pengetahuan tentang bimbingan
penyuluhan, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa dan
pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.
2. Kompetensi
bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya. misalnya, sikap menghargai
pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran
yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya dan memiliki
kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
3. Kompetensi
perilaku / performance artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan
/ berprilaku seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan
alat Bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan
menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun
persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas
dan lain-lain.
George J. Mouly mengatakan bahwa
ketiga bidang tersebut (kognitif, sikap dan perilaku) mempunyai hubungan
hierarkis. Artinya, saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu
mendasari kompetensi lainnya.
Menurut Crow and Crow kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi:
1. Penguasaan
subjek-matter yang akan diajarkan.
2. Keadaan
fisik dan kesehatannya .
3. Sifat–sifat
pribadi dan kontrol emosinya.
4. Memahami
sifat–sifat dan perkembangan manusia.
5. Pengetahuan
dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip–prinsip belajar.
6. Kepekan
dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama dan etnis.
7. Minatnya
terhadap perbaikan professional dan pengayaan kultural yang terus–menerus
dilakukan.
1. Pentingnya Desain Pembelajaran
Proses pengajaran merupakan suatu
proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan
belajar anak didik. Proses belajar itu saling berkaitan dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Menurut Mudhafir (1990), system
dapat diartikan sebagi satu kesatuan unsure-unsur yang saling berintegrasi dan
berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan menjadi keluaran.
Sedangkan cirri-cirinya antara lain: (a) ada tujuan yang ingin dicapai, (b) ada
fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan, (c) ada komponen yang melaksanakan
fungsi-fungsi tersebut, (d) ada interaksi antar komponen, (e) ada penggabungan
yang menimbulkan jalinan keterpaduan, (f) ada proses transformasi, (g) ada
proses balikan untuk perbaikan, dan (h) ada daerah batasan dan lingkungan.
Lebih jauh Atwi Suparman (1991) memberikan makna terhadap system yang berarti
benda, peristiwa, kejadian atau cara yang terorganisasi yang terdiri dari
bagiab-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian secara bersama-sama berfungsi
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sistem pengajaran pada mata
pelajaran tertentu, damana tujuan system disina adalah untuk menimbulkan
belajar atau learning yang komponen-komponen belajarnnya, yaitu anak didik
(siswa), pendidik, instruktur, guru, materi pengajaran, dan lingkungan pengajaran.
Agar proses pengajaran tertentu
ini dapat terlaksana dengan baik, maka salah satu yang dibenahi adalah
perbaikan kualitas tenaga pengajarnya.
2. Pengertian Desain Pembelajaran
Cunningham misalnya mengemukakan
bahwa perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi
dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
prilaku dalam batas-batas yang diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Perencanaan adalah hubungan
antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should
be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan
alokasi sumber. Bagai mana seharusnya mengacu pada masa yang akan datang.
Sementara itu definisi yang lain
tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu perencanaan adalah suatu
cara untuk mengantisifasi dan menyeimbangkan perubahan. Makna perencanaan
disini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan
lingkungannya.
Ketiga definisi yang telah
dikemukakan di atas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda. Yang satu
mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya, yang lain
menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dan keadaan masa mendatang,
dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang
juga berubah. Meskipun demikian pada hakikatnya ketiganya adalah bermakna sama,
yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi yang
pertama dan yang kedua tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa wujud yang
dicari itu akibat terjadinya peubahan, termasuk dalam perubahan cita-cita.
Berdasarkan rumusan diatas, maka
dapat dibuat suatu rumusan baru tentang apa itu perencanaan, yakni suatu cara
yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah yang antisifatip guna memperkecil kesenjangan
yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran
menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini
secara implicit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya (Uno, Hamza: 1998).
Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran
sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
1. Perbaikan
Kualitas Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dapay
dijadikan titik awal dengan perbaikan desain pembelajaran, karena dalam desain
pembelajaran tahapan yang akan dilakukan dosen atau guru dalam mengajar telah
terancang dengan baik.
2. Pembelajaran
dirancang dengan pendekatan sistem
Pendekatan system akan memberikan
peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variable yang memengaruhi
belajar.
3. Desain
pembelajaran yang mengacu pada bagimana seseorang belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak
tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran
biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya.
4. Desain
pembelajaran diacukan pada siswa perorangan
Proses pembelajaran yang
dilakukan dalam suatu kelompok tertentu akan banyak menghambat karena
karakteristik siswa yang tidak diperhatikan.
5. Desain
pembelajaran harus diacuhkan pada tujuan
Hasil pembelajaran mencakup hasil
langsung dan hasil tak langsung (pengiring). Perancangan pembelajaran perlu
memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah
melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
6. Desain
pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar
Dengan desain pembelajaran,
setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru telah terencana, dan guru dapat dengan
mudah melakukan kegiatan pembelajaran.
7. Desain
pembelajaran melibatkan variable pembelajaran
Ada tiga variable pembelajaran
yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran, yaitu: kondisi,
metode, dan hasil pembelajaran.
8. Desain
pembelajaran penetapan metode untuk mencapai tujuan
Inti dari desain pembelajaran
adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Focus utama dalam perancangan pembelajaran adalah
pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variable metode pembelajaran.
C. Langkah-Langkah Mendesain Pembelajaran
Berbagai model dapat dikembangkan
dalam mengorganisasi pengajaran. Salah satu diantaranya adalah model Dick and Carey
(1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi tujuan umum pengajaran
Setiap perancang harus
mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum yang akan
ditentukannya.
2. Melaksanakan analisis pengajaran
Dengan cara analisis pngajaran
ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate
skills).
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa
Langkah ini sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-apek
yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gata
belajar, kemampuan berpikir, minat, atau kemampuan awal.
4. Merumuskan tujuan performansi
Dick and Carey (1985) menyatakan
bahwa tujuan performansi terdiri dari: (1) tujuan harus menguraikan apa yang
akan dapat dikerjakan anak didik, (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi
atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat; (3)
menyebutkan kreteria yang digunakan untuk menilai perbuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas
(soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan
dalam suatu perangkap tujuan khusus.
6. Mengembangkan strategi pengajaran
Dalam strategi pengajaran,
menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pengajaran dan mengembangkan
materi secara procedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Karena
material pengajaran yang dikembangkan, pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu
siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajaran. Komponen strategi pengajaran
terdiri dari: (a) kegiatan prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran
seerta mahasiswa, (d) pengetesan, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
7. Mengembangkan dan memilih material pengajaran
Ada tiga pola yang disarankan
Dick and Carey, yaitu: (1) pengajar merancang bahan pembelajaran individual ,
semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan
pascates, (2) pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pengajaran, (3) pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan
semua pengajaran menurut strategi pengajaran yang telah disusunnya.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam
mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk
perbaikan pembelajaran.
9. Merevisi bahan pembelajaran
Langkah ini diperlukan untuk
menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif apabila
digunakan dalam keperluan pembelajaran sehingga memudahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif dapat ditetapkan
atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran, di mana dasar keputusan
penilaian didasarkan pada keefektifan dan efesiensi dalam kegiatan belajar
mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nana Sudjana telah membagi
kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu: (1) kompetensi bidang sikap, (2)
kompetensi bidang kognitif, (3) kompetensi bidang perilaku/performance.
Proses pengajaran merupakan suatu
proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan
belajar anak didik. Proses belajar itu saling berkaitan dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Perencanaan adalah suatu cara
yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah yang antisifatip guna memperkecil kesenjangan
yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dasar
perlunya perencanaan pembelajaran, yaitu: (1) perbaikan kualitas pembelajaran.
(2) Pembelajaran yang dirancang dengan system. (3) Desain pembelajaran yang
mengacu pada bagimana seseorang belajar. (4) Desain pembelajaran diacukan pada
siswa perorangan. (5) Desain pembelajaran harus diacuhkan pada tujuan. (6) Desain
pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar. (7) Desain pembelajaran
melibatkan variable pembelajaran. (8) Desain pembelajaran penetapan metode
untuk mencapai tujuan.
Langkah-langkah
model pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (1985): (1)
mengindentifikasi tujuan umum pengajaran, (2) melaksanakan analisis pengajaran,
(3) mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, (4)
merumuskan tujuan performansi, (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan,
(6) mengembangkan strategi pengajaran, (7) mengembangkan dan memilih material
pengajaran, (8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, (9) merevisi
bahan pembelajaran, dan (10) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
B. Saran-Saran
Sebagai
seorang pendidik harus mempunyai strategi-strategi untuk meningkatkan kualitas
pengajarannya. Agar tujuan pembelajaran yang sudah ditargetkan dapat tercapai,
maka sudah seharusnya dilakukan desain pembelajaran seperti uraian di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno, 2008, Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
http://fakultasluarkampus.net/2010/09/memahami-desain-pembelajaran/