TAHAPAN
PERKEMBANGAN INDIVIDU
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar
belakang
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta
perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang
tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas
yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang
hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun
elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau
melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran yang tidak sedikit menimbulkan
sejumlah korban.
Pendidikan
dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk
mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu
dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat
strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika,
atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan
norma tentang bagaimana kita harus hidup. Moral dapat diukur secara subyektif
dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif,
adapun norma memberikan ukuran yang obyektif.
Anak berhadapan dengan berbagai tipe manusia, tutur kata, gaya hidup, dan
tingkah laku moral yang bervariasi. Pola kehidupan masyarakat semakin cenderung
individualis, dengan kontrol sosial yang relatif luas. Munculah fenomena baru
sebagai model bagi anak yaitu teman sepermainannya, atau tokoh-tokoh serial
televisi. Demikian upaya untuk membina ketahanan moral menjadi sesuatu yang
tidak dapat ditunda. Ketahanan moral dalam hal ini selain harus bersifat
defensif hendaknya juga bersifat generatif. Generatif mengandung arti bahwa
seorang anak harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan ketahanan moralnya
sendiri dari dalam, dari keyakinannya pada prinsip-prinsip ajaran llahi, akal
pikirannya dan tradisi yang dijunjung tinggi
I.2 Fokus
Pembahasan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan tahapan
perkembangan individu, dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Pengertian fase
perkembangan
2. Kriteria
Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
3. Tugas-tugas
Perkembangan Individu
4. Hukum- hukum
perkembangan individu
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
fase perkembangan
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang
besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap,
lebih komleks dan lebih berdiferensiasi.[1]
Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan.
Dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan tentang perjalanan
kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku
tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Di samping itu, hal-hal lain
yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan yaitu:
a. Karena adanya kematangan fisik tertentu
pada fase perkembangan tertentu
b. Karena adanya dorongan cita-cita psikologi
manusia yang sedang berkembang itu sendiri
c. Karena adanya tuntutan kultural masyarakat
sekitar
Tahap perkembangan berdasarkan psikologi para ahli yang menggunakan aspek
psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari
pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya
dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain.
Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada
umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu
dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu
evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua
orang, karena itu dapat digunakan sebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang
lain dalam proses perkembangan.
Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau
kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang
disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode.
Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu :
a. Trotz – periode I, anak mengalami masa
krisis pertama ketika ia berusia 3 – 5 tahun, masa ini disebut juga asa
anak-anak awal.
b. Trotz – periode II, anak mengalami masa
krisis kedua ketika ia berusia 11 – 12 tahun, masa ini termasuk masa
kerahasiaan bersekolah.
c. Trotz – periode III, terjadi pada akhir
masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa
kritis.
Sifat-sifat anak Trotz ini adalah
meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu
mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan
periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis
maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi
sebagai berikut :
1. Masa intra –
uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi
2. Masa anak kecil
3. Masa anak
sekolah
4. Masa remaja
5. Masa dewasa
II.2 Kriteria Penahapan Perkembangan Individu
Perkembangan manusia
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui
berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan
ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan
sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut
Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia
dalam sepuluh tahapan atau masa perkembangan, yaitu:
a. Masa sebelum lahir (Prenatal)
selama 280 hari
b. Masa bayi baru lahir (new born)
0 – 2 minggu
c. Masa bayi ( baby hood ) 2
minggu – 2 tahun
d. Masa kanak-kanak awal (early
childhood) 2 – 6 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir (later
childhood) 6– 12 tahun
f. Masa puber (puberty) 12 – 16 tahun
g. Masa remaja (adolescence) 16 – 21
tahun
h. Masa dewasa awal (early adulthood)
21– 40 tahun
i.
Masa
dewasa madya (middle adulthood) 40 – 60 tahun
j.
Masa
usia lanjut (later adulthood) 60 tahun
Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai
anak selesai remaja.
II.3 Tugas-tugas Perkembangan Individu (kebiasaan)
II.3 Tugas-tugas Perkembangan Individu (kebiasaan)
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu
pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia
mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan
dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya
juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang
merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada
tugas-tugas perkembangan tersebut adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat
atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.
Pembagian tugas-tugas pekembangan serta masing-masing
fase atau tahapan adalah sebagai berikut :
1. Masa bayi dan anak kecil untuk belajar
berjalan untuk belajar makan makanan padat untuk belajar berbicara, untuk pelajar
mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, untuk mencapai stabilitas fisiologi
untuk belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang luar, untuk
belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang salah serta mengembangkan kata
hati.
2. Masa anak sekolah untuk belajar
ketangkasan, untuk pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme
yang sedang tumbuh. Untuk belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak
sebaya, untuk belajar peran jenis kelamin, untuk mengembangkan dasar-dasar
kecakapan membaca, menulis dan berhitung, untuk mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan kata
hati moralitas dan skala nilai-nilai. Untuk belajar membebaskan ketergantungan
diri dan mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga.
3. Masa remaja untuk menerima keadaan
jasmaniah dan menggunakannya secara efektif, untuk menerima peranan social
jenis kelamin sebagai pria atau wanita, untuk menginginkan dan mencapai
perilaku social yang bertanggung jawab social, untuk mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, untuk belajar bergaul dengan
kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki, untuk perkembangan skala
nilai untuk secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat untuk persiapan
mandiri secara ekonomi dan pemilihan dan latihan jabatan untuk mempersiapkan
perkawinan dan keluarga Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap
sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat
menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik diperlukan bantuan atau bimbingan
yang lebih baik, diperlukan bantuan atau bimbingan yang lebih baik dari pihak
pendidik. (orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan anak pada setiap tahap
perkembangannya.
II.4 Hukum
perkembangan
Bagaimana proses-proses perkembangan berlangsung, apakah berjalan dengan
mulus saja, ataukan kadang-kadang terdapat krisis pada waktu-waktu tertentu,
apakah ada percepatan-percepatan atau pengulangan-pengulangan, disinilah para
ahli bermacam-macam tujuannya sehingga melahirkan berbagai acuan atau
hukum-hukum perkembangan yang merupakan lawan dari fakta.
Menurut
Shamrock (1998), teori adalah “ a coherent set of ideas that help
explain data and make predication. A theory contain hypothesis, assumption that
can be tasted to determine their accuracy “ jadi sebenarnya teori
adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang
belum diketahui secara pasti sehingga perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan
akurasinya. Apabila dalam pengujian materi itu ternyata benar, maka ia menjadi
fakta, setidaknya-tidaknya ada dua peranan penting dari teori perkembangan.[2]yaitu
:
a.
Mengorganisir dan memberimakna
terhadap fakta-fakta atau gejala-gejala perkembangan
b. Memberikan pedoman dalam melakukan
penelitian dan menghasilkan informasi baru.
Hukum bertahan dan berkembang sendiri teori dan hukum perkembangan itu
antara lain adalah :
a. Dorongan bertahan yang bertujuan untuk
memelihara atau mempertahankan diri agar tepat survival.
b. Dorongan untuk bekembang sendiri, yang
bertujuan untuk berkembang sendiri untuk mencari kepandaian, pengalaman, atau
pengetahuan baru, yang terlihat dalam tingkah laku konservasi dan bermain.
Kedua dorongan tersebut selalu bekerja sama dalam menggerakkan anak
menjalin perkembangannya.
Hukum tempo perkembangan anak satu dengan anak yang lainnya berbeda-beda.
Ada yang tingkat perkembangannya serba cepat (cepat merangkak, cepat belajar
berjalan,cepat berbicara dan lain-lain) sementara da pula anak yang Nampak
selalu lambat dalam mencapai kemampuan-kemampuan tersebut. Cepat atau lambatnya
perkembangan anak disamping potensi yang dibawanya sejak lahir, kesehatan dan
gizi ikut pula mempengaruhinya.
a)
Hukum sarana perkembangan
Disamping
perkembangan itu mempunyai temponya masing-masing, ada juga yang mempunyai
irama tertentu. Berlangsungnya perkembangan fungsi-fungsi pada anak tidaklahs
elalu berjalan lurus, teptapi berliku-liku, bisa melompat-lombatdan penuh
kegoyangan, kadang-kadang kita saksikan seseorang anak dapat berjalan denganc
epat, kemudian tertegun/terhenti, kemudian berlangsung lagi dengan cepat. Ada
anak yang kelihatan cepat belajar berbicara dalam beberapa minggu, kemudian
waktu-waktu berikutnya terhenti dan ketinggalan jika dibandingkan dengan
teman-temannya. Irama perkembangan itu bukan saja berbeda dari anak yang satu
degan anak yang lainnya, tetapi yang berbeda atau terjadi antara fungsi yang
satu dengan fungsi yang lain pada diri seorang anak. Ada fungsi jasmaninya yang
berkembang denga cepat tetapi juga aspek fungsi kejiwaan nampak berjalan dengan
lambat. Hal ini dapat kita lihat pada seorang anak yang mulai belajar berjalan,
akan kelihatan pada perkembangan berbicaranya agak terhenti, dan jika berjalan
itu telah dikuasainya maka perkembangan berbicaranya kelihatan maju lagi dengan
cepat. Disini jelas terdapat keadaan seperi seperti kejar-kejaran bagaikan
gelombang, pada satu fungsi ada yang menaikkan dan pada fungsi yang lain ada
yang terhenti atau turun.
b) Hukum Masa Peka
Yang dimaksud dengan masa peka adalah suatu masa
dimana suatu fungsi berada pada perkembangan yang baik dan pesat, jika
dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Setiap fungsi hanya mengalami sekali
saja datanya masa peka. Oleh karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan
untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Hanya saja untuk mengetahui datangnya
masa peka itu tidaklah mudah, kecuali apabila kita rajin memperhatikan
perubahan tingkah laku anak setiap hari. Sebagai contoh : masa peka untuk
berjalan umumnya pada tahun kedua, masa peka untuk menggambar pada tahun
kelima, masa peka untuk perkembangan ingatan logis pada tahun 12 atau 13 dan
sebagainya. Montessori pernah mengembangkan sistem pendidikan kearah penemuan
masa peka pada anak didik. Di sekolah Montessori disediakan berbagai macam
permainanan anak dan anak diberinya kebebasan memilih sendiri permainan yang
dia sukai. Apabila minat anak Nampak kearah pada permainan tertentu, lalu
dicari dan ditentukan bahwa anak tersebut sudah peka terhadap suatu fungsi.
BAB III
ANALISIS MATERI
Setelah kita amati dalam tahapan perkembangan individu maka dapat diperoleh
suatu analisis bahwa:
Dalam berbagai literatur kita dapati berbagai pendekatan dalam menentukan
tahapan perkembangan individu, diantaranya adalah pendekatan didaktis. Dalam
hal ini, tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis,
sebagai berikut :
Ø Masa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra Sekolah
terbagi dua yaitu (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik[3]
1.
Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama
dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena
mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak
belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang
jauh. Pada tahun kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui
latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau
dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya.
2. Masa Estetik; dianggap sebagai masa
perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca
indera masih sangat peka.
Ø Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar
disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7
tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu :
(a)
masa kelas-kelas rendah dan
(b)
masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada
masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :
a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara
keadaan jasmani dengan prestasi.
b)
Sikap tunduk kepada
peraturan-peraturan permainan tradisional.
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d) Membandingkan dirinya dengan anak yang
lain.
e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu
soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka
rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
a) Minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret.
b) Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin
belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
mereka membuat peraturan sendiri.
Ø
Masa Usia Sekolah Menengah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke
dalam 3 bagian yaitu :
1. Masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat
negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
2. Masa remaja madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan
untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada
masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung
dan dipuja.
3. Masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan
pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah
terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar
bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
Ø
Masa Usia Kemahasiswaan (18-25 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal
atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya. 2005
Sarwo, Sarlito
Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta; Bulan Bintang, 1984.