EJAAN DAN TANDA BACA
PENGERTIAN EJAAN
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaedah perlambangan bunyi bahasa pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan merupakan kaedah yang harus diakui oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). Mulai diberlakukan tanggal 16 Agustus 1972.
RUANG LINGKUP EYD
PEMAKAIAN HURUF
Pemakaian huruf dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (2006: 9-13) adalah sebagai berikut:
Huruf Abjad
Yaitu abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas 26 huruf
Huruf Vokal
Melambangkan vokal dalam bahasa indonesia terdiri atas a,i,u,e,o
Huruf Konsonan
Yaitu huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa indonesia
Huruf Diftong
Yaitu huruf yang melambangkan bunyi diftong dalam bahasa indonesia terdiri atas ai,au dan oi.
Misalnya :
pemakaian dalam kata;pandai,saudara,amboi
Gabungan Huruf Konsonan
Dalam bahasa indonesia tedapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan yaitu; kh,ng,ny,sy
Pemenggalan Kata, berada pada beberapa penempatan antara lain adalah:
Pemenggalan Kata Dasar
Jika ditengah sebuah kata terdapat vokal berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua vokal itu.
Misalnya :
ma-ut,ku-ah
Huruf diftong tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara huruf itu
Misalnya :
au-ra bukan a-u-ra
Pemenggalan dilakukan sebelum konsonan yaitu apabila ditengah kata ada huruf konsonan,termasuk gabungan huruf konsonan terletak diantara dua buah vokal
Misalnya :
ka-wan, ma-kan, susah.
Pemenggalan dilakukan diantara dua huruf konsonan yaitu apabila ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan
Misalnya :
tak-si,min ta,san-tun
Pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsanan yang kedua ,yaitu apabila ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih
Misalnya :
kon-trak,sur-plus.
Pemenggalan pada imbuhan akhiran dan imbuhan awalan
yaitu pemenggalan dilakukan sebelum dan/atau sesudah kata dasarnya.
Misalnya :
minum-an,me-mabuk-kan
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari suatu unsur dan salah satu unsurdapat bergabung dengan unsur lain, maka pemenggalan dilakukan dengan dua cara yaitu:
Diantara unsur-unsur itu
Misalnya :
bio-logi
Pada unsur gabungan itu
Misalnya :
bi-o-lo-gi
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dipakai sebagai huruf pertama satuan kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Saya pergi ke sawah
Dipakai sebagai huruf pertama dalam petikan langsung.
Misalnya:
Ibu berpesan, “Gunakan waktumu untuk ibadah.”
Dipakai untuk menulis huruf pertama dari ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan (termasuk kata ganti tuhan) nama agama, nama nabi, nama kitab suci..
Misalnya:
Allah Islam
Muhammad rahmat - Nya
Al Quran Injil
Dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan,pangkat,gelar kehormatan keturunan,keagamaan yang diikuti nama orang. Namun hal ini tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,keturunan dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Presiden Ahmad Menkominfo Bambang
contoh pengecualiannya:
dia adalah seorang anak sultan
Dipakai sebagai unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.Namun tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat.
Misalnya :
Presiden Soekarno Gubernur Jawa Tengah.
contoh pengecualiannya:
bapaknya sebagai seorang polisi
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Namun tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang sebagai jenis atau satuan ukur.
Misalnya:
Soekarno Muhammad Hatta
contoh pengecualiannya:
10 ampere mesin diesel
Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku,dan bahasa. Namun tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku,dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
bangsa Arab suku Jawa
contoh pengecualiannya:
Mengindonesiakan orang asing
Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,bulan,hari,dan sejarah.
Misalnya:
hari Minggu perang Badar.
Dipakai sebagai huruf pertama geografi. Namun tidak berlaku jika tidak menjadi unsur diri dan digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya :
Kali Brantas Timur Tengah
contoh pengecualiannya:
pergi ke sungai Berlayar ke utara
Dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemeritahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi kecuali kata dan. Namun tidak berlaku jika hal-hal diatas tidak resmi.
Misalnya :
Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat
contoh pengecualiannya:
menurut undang-undang yang berlaku
Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Perserikatan Bangsa - Bangsa
Unsur Kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua unsur kata ulang sempurna ) di dalam nama buku, majalah, sutrat kabar, dan judul kara-ngan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan yang, dan untuk yang tdak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Dia adalah agen surat kabar Jawa Pos.
Ia menulis karangan berjudul “ Selamatkan Indonesia dengan Syariah
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
Dr. doktor
M. A master of arts
S. S Sarjana sastra
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Mengapa Bapak tidak hadir kemarin?
Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Apakah Anda pura-pura tidak tahu?
Huruf Miring
Fungsi huruf miring sebagaimana menurut Otong Setiawan dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi, (2001: 61) antara lain sebagai berikut:
1. Dipakai untuk menulis judul buku, nama majalah, nama surat kabar yang dikutip dalam kalimat.
Misalnya:
…seperti diberitahukan kompas …
2. Dipakai untuk menegaskan bagian kata atau frasa dalam kalimat.
Misalnya:
kasus BLBI merupakan penyelewengan dana.
3. Dipakai untuk menulis nama ilmiah,ungkapan asing yang ditulis dengan bahasa aslinya.
Misalnya:
Tulisan Mesir Kuno dikenal dengan istilah hieroglyphies
PENULISAN KATA
Berikut adalah beberapa ketentuan penulisan kata berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang di-terbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Na-sional Republik Indonesia, (2006: 20 - 25).
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Misalnya :
Ali makan siang di kantin
Ani punya buku matematika.
B. Kata Turunan
Imbuhan ( awalan, sisipan, dan akhiran ) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
menanam gumelar
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
mendarah daging
garis bawahi
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur kata ini ditulis serangkai.
Misalnya :
menyebarluaskan
membumihanguskan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditilis serangkai.
Misalnya :
adipati mahasiswa
antarkota telepon
purnawirawan Pancasila
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya :
anak – anak macam – macam
berjalan – jalan tukar – menukar
porak – poranda dibesar - besarkan
Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, insur 0- unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar orang tua
meja tulis persegi panjang
kambing hitam rumah sakit daerah
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat situlis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
ibu – bapak kami orang- tua muda
buku sejarah – baru anak – istri saya
Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apapun yang kupunyai boleh kau ambil.
uangku, uangmu, dan uangnya adalah pemberian ayah
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya :
Buku itu ditaruh di atas meja.
kamu ingin pergi ke mana?
Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Ali lebih tua daripada Budi.
Surat itu diberikan kepada kakaknya.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
Ali memukul si Eka
Sang Kancil berhasil mengalahkan sang Buaya.
Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Tulislah dengan benar.
Adakah Engkau mendengarku?
Siapatah orang yang telah menolongku itu?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun makanannya, minumnya tetap air.
Akhirnya sia pun juga ikut sinting.
Kecuali kelompok kata yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sunggupun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya :
Adapun masalah yang sedang kita hadapi belum selesai.
Bagaimanapun keadaannya, aku akan tetap berjuang demi Islam.
Walaupun Budi kurang pandai, tetapi ia tetap semangat.
Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Berikut adalah kaidah - kaidah penulisan singkatan berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,(2006: 25 -27) yakni:
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
Moh. Zubet Sdr. Anang
Ahmad S. E. Kol. Suyanto
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
BUMN Badan Usaha Milik Negara
KTM KartuTanda Mahasiswa
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya :
dll. dan lain - lain
dsb. dan sebagainya
hlm. halaman
Yth. Yang terhormat
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
Ag Argentum
km kilo meter
Rp rupiah
2. Akronim adalah singkatan berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, gabu-ngan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai deret kata. Kaidah penulisan akronim berdasarkan buku Otong Setiawan, Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi, (200: 66 - 67) ialah sebagai beikut:
a. Gabungan yang hanya mengambil huruf awal dari deret kata yang berupa nama atau sebutan, ditulils dengan menggunakan huruf huruf kapital.
Contohnya:
PSSI Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia
b. Gabungan kata yang mengambil suku kata dari deret kata berupa nama atau sebutan, ditulils dengan mengkapitalisasi huruf awalnya.
Contohnya:
Cagub Calon Gubernur
Wagub WakilGubernur
c. Akronim yang bukan berupa nama atau sebutan seluruhnya ditulis huruf kecil..
Contohnya:
pemilu
Angka dan Lambang Bilangan
Kaidah - kaidah penulisan angka dan lambang berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Isti-lah yang di-terbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Na-sional Republik Indonesia, (2006: 28 - 31) ialah sebagai berikut:
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
Misalnya :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
2,4 milimeter 14 kilogram
30 meter persegi 1 jam 30 mmenit
Rp 2500,00 !00 persen
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya :
Jalan Propinsi No. 45 A
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Bab II, pasal 35, halaman 234
Qs. Al Baqarah, 2 :34
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.:
a. Bilangan utuh
Misalnya :
35 tiga puluh lima
3 tiga
b Bilangan pecahan
Misalnya :
Setengah ½
seperlima 1/5
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut :
Misalnya :
Paku Buwono X
Paku Buwono ke – 10
Bab II
Bab ke - dua
7. Penulisan lambang bilangan berakhiran –anmangikuti cara berikut :
Misalnya :
uang 500 - an
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan
Misalnya :
Agus menjatuhkan jam weker sampai tiga kali.
Di antara 77 anggota yang hadir, 50 orang setuju, dan 2 lainnya tidak setuju.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya :
Pak Rosyid mengundang 1000 orang tamu.
Seribu orang diundang oleh Pak Rosyid.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih muda.
Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman dana sebesar 90 Rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta jiwa.
11. Bilangan idak perlu ditulis dengan huruf dan angka sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :
Kelas kami siswanya berjumlah dua puluh orang.
Bukan
Kelas kami siswanya berjumlah 20 orang.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka atau huruf, penulisannya harus tepat.
Misanya :
Saya memperoleh cek dari bapak saya sebesar Rp 99999,25 ( sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan dua puluh lima perseratus rupiah )
V. Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca yang benar berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Isti-lah yang di-terbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Na-sional Republik Indonesia, (2006: 41 - 57) ialah sebagai berikut:
A. Tanda Titik ( . )
1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Budi ke Solo naik kereta api
.
2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya :
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 . . . . .
3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu..
Misalnya :
pukul 1.20.33 ( pukul 1 lewat 20 menit 33 detik )
4. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, da detik yag menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
1.33.21 ( i jam, 33 menit, 21 detk )
5. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya :
Wahyudi, Ahmad.2008. Terapkan Syariah di Indonesia. Jombang: Balai Pustaka
6. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya :
Mahasiswa UIN Malang yang tidak melakukan registrasi sebanyak 2.389 orang.
Namun tidak berlaku apabila tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya :
Saya lahir pada tanggal 15 September 1989.
B. Tanda Koma ( , )
1. Dipakai di antara unsur – unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya pagi ini makan ikan teri, lele, bandeng dan gak pakai nasi.
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata – kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya :
Saya mau makan, tetapi saya belum lapar.
Dia bukan Rio, melainkan Roi.
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
Karena terlambat datang, maka pak guru menghukumnya
.
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
... Oleh karena itu, kita harus berhati – hati
5. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
Kata Budi,”Saya ingin menjadi pendidik bukan guru.”
6. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari sngkatan diri, keluarga, dan marga.
Misalnya :
A. Wahyudi, S. E.
7. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Atas bantuan Ali, Kadafi bisa hidup sampai sekarang.
Tanda Titik Koma ( ; )
1. Dipakai untuk memisalkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah sedang menjahit; ibu memasak di dapur; adik menangis.
Budi memancing; saya memasang kailnya.
Tanda Titik Dua ( : )
1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Agus membeli peralatan menggambarnya: pensil, penggaris, penghapus, dan cat warna
Namun tidak berlaku jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Saya memakan mangga, anggur, dan jeruk.
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
tempat : gedung A
waktu : 19.30 WIB
3. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ali : "Bagaimana kabarmu?"
Ahmad : "Alhamdulillah baik – baik"
4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Jawa Pos, ( 2002 ), 23: 4
Qs. Al baqarah, 2: 23
Tulisan Ali Hasan, Ilmu itu Mutiara: Sebuah Gagasan,sudah terbit.
Ali.2008. Jagalah Bumi Kita. Jombang: Jpress.
Tanda Hubung ( - )
1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian garis.
Misalnya:
Saya ingin pergi ka-
lau punya uang.
2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian garis.
Misalnya:
Kita mempunyai gagas-
an untuk masalah ini.
3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur klata ulang.
Misalnya:
bapak – bapak
ibu - ibu
4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
s-e-n-j-a-t-a
23-8-1099
5. Tidak dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Arab
tahun 50-an
7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-block
Tanda Pisah ( — )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Perjuangan bangsa ini—sya yakin bisa—harus dengan sungguh – sungguh.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi—adalah menyesatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai'.
Misalnya:
2008—2009
Tanda Ellipsis ( ... )
1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Oleh karena Itu ... mari kita pergi.
2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
janganlah ... ayo!
Tanda Tanya ( ? )
1. Dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan kamu datang?
2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 2020 (?)
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Jangan nakal – nakal nak!
Tanda Kurung ( (...) )
1. Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Saya lupa tidak membawa KTP ( Kartu Tanda Penduduk )
2. Dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Tulisan itu ( lihat halaman 33 ) membutuhkan kejelian.
3. Dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
kamu ( Ali ) harus punya prinsip hidup.
4. Dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci suatu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) manusia.
Tanda Kurung Siku ( [...] )
1. Digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalma naskah asli.
Misalnya:
Sang Purba men[u]lis di tangannya.
2. Digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Proses itu ( penyulingan [ lihat halaman 45-46 ] yang ilegal ) harus ditindaklanjuti
Tanda Petik ( "..." )
1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah.
Misalnya:
"Saya akan berjuang." kata Imam, "siap!"
2. Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalm kaliamat.
Misalnya:
Bacalah "Syariah is The Solution" dalam buku Indonesia Butuh jalan Keluar.
3. Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dalaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
4. Dipakai sebagai penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Antara Lain:
Kata Adi, "Kamu itu pejuang Islam!"
5. Dipakai sebagai penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kat atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena Kecerdakannya, ia dipanggil "Si kancil."
Tanda Petik Tunggal ( '...' )
1. Dipakai untuk mengapit petikan yang tersususn di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Indun,"Dengarkan suara 'tekek-tekek' itu"
2. Dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
feed-back 'balikan'
Tanda Garis Miring ( / )
1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun.
Misalnya:
No. 8/KK/2008
Tahun ajaran 2008/2009
2. Dipakai sebagai penggantin kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
harganya Rp 1599.00/lembar
Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ' )
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun .
Misalnya:
dia 'tlah pergi ( 'tlah = telah )
VI. Penulisan Kata Turunan
Penulisan kata turunan menurut Otong Setiawan dalam bukunya Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi, (2001: 68) antara lain sebagai berikut:
1. Afiksasi ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contohnya:
bertani pelukis
menanam bernyanyi
2. Afiksasi yang digabung dengan kata ulang ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mengawalinya.
Misalnya:
bergandengtangan.
3. Konfiks yang dirangkai dengan gabungan kata ditulis serangkai dengan gabungan kata itu.
Misalnya:
menggarisbawahi
4. Unsur terikat ditulis serangkai dengan unsur-unsur lainnya.
Misalnya:
Paripurna mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar