Jumat, 26 Oktober 2012

EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM (IPI)

EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
    Dalam proses pendidikan Islam, tujuan adalah merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Sebagaimana telah diterangkan dalam bagian-bagian terdahulu bahwa kurikulum yang mengandung materi pelajaran yang tersusun  dalam program dan diproses dengan berbagai metode yang sesuai, menuju suatu tujuan pendidikan yang maksimal, yang kita sebut produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.
    Dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah manusia didik, dimana nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian manusia-didik yang dibentuk melalui prose situ, maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan menjiwai pribadi manusia-didik tidak akan dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui proses evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah
    Dengan latar belakang yang telah kami paparkan, maka kami dapat merumuskan masalah dalam beberapa kategori yaitu :
Apa pengertian evaluasi pendidikan Islam?
Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?
Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam?
Bagaimana sistem evaluasi pendidikan Islam?
Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam?
Apa saja syarat-syarat evaluasi pendidikan Islam?
Apa saja sifat, teknik dan macam evaluasi pendidikan Islam?











BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara etimologi, evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”. Istilah ini pada mulanya popular di kalangan para filosof. Plato salah seorang di antara para seorang filosof, di anggap banyak para pemikir pendidikan dewasa ini adalah orang yang pertama kali mengemukakan dan yang “membidani” leahirnya istilah evaluasi. Pada perkembangan selanjutnya istilah “evaluasi” mulai dipakai dalam berbagai disiplin ilmutak terkecuali ilmu pendidikan.
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara aau teknik penilaian terhadap tingkah laku manusia berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketrampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah serta sejauhmana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Evaluasi adalah suatu penilaian yang lebih menitikberatkan pada perubahan kepribadian secara luas dan terhadap sasaran-sasaran umum dari program kependidikan, sedangkan pengukuran (Measurement) lebih menekankan pada aspek-aspek daripada kemajuan bahan pelajaran atau keterampilan (skill) khusus dan kemampuan spesifik.
    Evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa. Angka-angka yang diperoleh dicantumkan sebagai laporan kepada orang tua, untuk kenaikan kelas dan penentuan kelulusan para siswa.
2. Untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa.
3. Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang berguna, untuk menetukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa.
4. Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
5. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
6. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok kurikulum secara komprehensif.
   
Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
    Sehubungan dengan diadakannya evaluasi harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Kesinambungan (Kontiunitas)
Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali atau persemester, tetapi dilakukan secara terus menerus, mulai dari proses belajar mengajar sambil memperhatikan keadaan anakdidiknya, hingga anak didik tersebut tamat dari lembaga sekolah. Dengan evaluasi secara kontiniu ini perkembangan anak didikdapat terkontrol dengan baik. Dalam ajaran Islam, prinsip kesinambungan ini sangat diperhatikan dan sesuai dengan al Quran surat Al Ahqaaf ayat 13-14.
2. Prinsip Menyeluruh (Komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek sasaran pendidikan; aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Prinsip Obyektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang berifat emsional dan irasional.Pendidik tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak merasa bahwa ia dipersulit oleh guru. Guru/ pendidik yang obyektif dalam mengevaluasi menunjukkan bahwa mereka memiliki sifat ihlas. Keihlasan dalam mengevaluasi mengandung tiga unsur, antara lain:
Penilaian tidak didasarkan kepada kesan baik atau prasangka buruk.
Memiliki sifat serba guna, berguna untuk mengetahui tingkat penguasaan bahan, untuk mengadakan perbaikan cara belajar, perbaikan cara mengajar, cara membuat tes dll.
Bersifat perorangan. Kemajuan siswa dalam penguasaan pengetahuan dan sikap keagamaan dalam hubungannya dalam pencapaian tujuan kurikulum, haruslah dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masing-masing anak didik.        

Sistem Evaluasi Pendidikan Islam
Sistem evaluasi yang dikembangkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya berimplikasikan pedagogis sebagai berikut:
Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problem kehidupan yang dialami.
Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasullullah saw kepada umatnya, seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud.
Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian  Allah terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya.
Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentag asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat.
Memberikan semacam tabsyir (berita gembira)bagi yang beraktivitas baik dan memberikan semacam iqob (siksa) bagi mereka yang braktivitas buruk.  
Tuhan memberikan contoh system evaluasi seperti difirmankan dalam kitab suciNya, yang sasarannya adalah untuk mengetahui dan menilai sejauh mana kadar iman, takwa, ketahanan mental dan ketegangan/keteguhan hati serta kesediaan menerima ajakan Tuhan untuk mentaati perintah dan menjahui larangan-Nya. Kemudian setelah dinilai, maka Tuhan menetapkan criteria-kriteria derajat kemuliaan hamba-Nya. Bagi yang berderajat mulia di sisi-Nya, Dia akan memberi “hadiah” atau pahala sesuai dengan Kehendak-Nya yang berpuncak pada pahala tertinggi yaitu surga. Dan yang berderajat rendah karena ingkar terhadap ajakan-Nya, maka Dia akan memberi balasan siksa dan siksa tertinggi ialah api neraka.
Sistem evaluasi Tuhan yang tersebut di dalam al Quran, adalah bersifat makro dan universal dengan menggunakan teknik testing mental (Mental test) atau psiko test sedangkan dalam Sunnah Nabi system evaluasi yang bersofat mikro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia termasuk Nabi sendiri, sebagaimana kisah kedatangan malaikat Jibril kepada Nabi waktu beliau sedang mengajar sahabat di suatu majlis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan setiap jawabanNabi selalu dibenarkan oleh Malaikat utusan Allah itu.
Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan Islam
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam ada empat macam, yaitu:
Evaluasi Formatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan pelayanan khusu bagi murid/siswa. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah ia menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan (QS. an-Nisa’:28) dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa (QS. an-Nahl:78), sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap itu tidak dibiasakan. Untuk itu, Allah swt. menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai tuntaas, mulai proses pencarian (belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi itu telah dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain. (QS. al-Insyirah:7-8)
Evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memerikan angka kemajuan belajar murid/siswa yang sekaligus dapat digunakan untuk pemberian laporan kepada orangtua, penentuan kenaikan kelas dan sebagainya. Selain itu evaluasi ini dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu caturwulan, satu semester, atau akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya (perhatikan QS. al-Insyiqaq: 19, al-Qamar: 49)



Evaluasi penempatan (placement).
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan menempatkan murid/siswa pada situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan/karakteristik lainnya yang dimilikinya.
Evaluasi diagnosis.
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan mengenal latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam
Syarat-syarat yang dapat dipenuhi dalam proses evaluasi pendidikan Islam sebagai berikut:
Validity. Tes harus dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang tertentu yang diinginkan dan diselidiki, sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Soal-soal tes harus memberi gambaran keseleruhan (representative) dari kesanggupan anak mengenai bidang itu.
Reliable. Tes yang dapat dipercaya yang memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya. Soal yang ditampilkan tidak tafsiran yang macam-macam.
Efisiensi. Tes yang mudah dalam administrasi, penilaian dan interprestrasinya. Allah swt berfirman: “Maka dia akan dievaluasi dengan pengevaluasian yang mudah(QS.al-Insyiqaq:8)
Sifat, Teknik dan Macam Evaluasi Pendidikan Islam
Sifat-sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam bentuk angka, misalnya 50, 79 dan 100.
Kualitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, mislanya memuaskan, baik, cukup dan kurang.
Sedang macam-macam evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:
Tes tertulis (written test)
Tes lisan (oral test)
Perbuatan (performance test).
Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun lisan, sedangkan aspek psikomotorik menggunakan tes perbuatan.
Pada masa pertumbuhan Islam (Rasulullah dan Para Sahabat), evaluasi pendidikan Islam menggunakan teknik testing mental (mental test) atau psikotes. Sedangkan dalam sunnah Nabi saw. sistem evaluasi yang bersifat makro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia termasuk Nabi saw. sendiri, sebagaimana kisah kedatangan malaikat Jibril menguji Nabi saw. dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam.  Adapun bentuk evaluasi berupa pengujian penghafalan serta system tanya jawab berupa lisan.  
Teknik yang dapat digunakan dalan evaluasi pendidikan Islam di masa saat ini adalah:
Teknik tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta bakat khusus dan intelegensinya. Teknik ini terdiri atas:
Uraian (essay test), baik uraian bebas (free test) maupun uraian terbatas (limited essay)
Obyek tes, dalam bentuk betul salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), isian (complation) dan jawaban singkat (short answer)
Bentuk tes lain, seperti bentuk ihtisar, laporan dan bentuk khusus dalam pelajaran bahasa.
Non tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya, misalnya minat, sikap, dan kepribadian siswa. Teknik ini meliputi observasi terkontrol, wawancara (interview), rating scale, inventory, questionnaire dan anecdotal accounts.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar