PEMBENTUKAN MASYARAKAT LEARNING SOCIETY
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Jika direnungkan dan kemudian
dinilai, kehidupan masyarakat saat ini ada pada keadaan yang serba
kontradiktif. Hal itu sering kita jumpai pada tingkat pendidikan dan perilaku
seeorang. Pada bidang ekonomi misalnya, ketika pendidikan tel;ah mampu
memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri secara spektakuler, tetapi
secara bersamaan justru membuat masyarakat semakin menderita. Penderitaan ini
bukan hanya dialami oleh masyarakat miskin, tapi juga dirasakan oleh orang
konglomerat sekalipun.
Hampir semua pihak menyandang
derita, kecuali mereka yang tetap konsisten menjalani hidup sehari-hari sesuai
dengan prinsip kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual. Mereka yang
mempunyai kemampuan mengendalikan diri akan terbebas dari penderitaan.
Sehingga dapat disimpulkan dan
dinilai bahwa diperlukan adanya “reformasi pendidikan”. Karena
bagaimanapun pendidikan mempunyai andil yang besar. Untuk itu perlu dipikirkan
metode dan sistem pendidikan yang tepat sehingga dapat mendorong terbentuknya masyarakat terdidik.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa konsep pendidikan?
2.
Bagaimana pendidikan yang
terpadu?
3.
Bagaimana model masyarakat yang
terdidik?
4.
Bagaimana perspektif masyarakat
masa depan?
TUJUAN
1.
Mengetahui konsep pendidikan.
2.
Mengetahui pendidikan yang
terpadu.
3.
Mengetahui model masyarakat
yang terdidik.
4.
Mengetahui perspektif
masyarakat masa depan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. KONSEP
PENDIDIKAN
Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah
“education” yang berarti bimbingan berkelanjutan (to lead forth).
Secara etimologis mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari
generasi ke generasi sepanjang eksistensi manusia. Sedang secara teoritis
pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum manusia lahir, maksudnya manusia
berkerkewajiban mendidik diri sendiri sebelum menikah dan mendidik keluarga dan
keturunannya. [1]
Sjahminan Zaini dalam buku Belajar sebagai Sarana Pengembangan
Fitrah Manusia mendefinisikan pendidikan dengan belajar yang artinya adalah
merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[2]
Dan Abdillah Hanafi dalam buku Pendidikan Non Formal membagi pendidikan
dalam dua sisi, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan
formal yaitu sistem pendidikan modern yang dibagi-bagi secara
berjenjang-tersusun dan berurutan sejak dari dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang
terorganisir dan setengah terorganisir yang berlangsung di luar sistem
persekolahan, yang ditujukan untuk melayani sejumlah besar kebutuhan belajar dari
berbagai kelompok penduduk, baik tua maupun muda.[3]
Pendidikan dalam arti luas, memegang
peranan sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu
masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kebudayaan adalah kekuatan vital
dalam masyarakat karena didukung pribadi yang dinamis sebagai aktor kebudayaan.
Para aktor tersebut dididik melalui proses
pendidikan. Pendidikan menjadi perebutan oleh para kelompok kepentingan. Karena
pendidikan adalah dapur masa depan suatu masyarakat dan bangsa.
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu.[4]
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan
merupakan suatu tripartit tunggal dimana kebudayaan adalah dasarnya,
masyarakat menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama
dalam masyarakat. Jadi, pendidikan tak dapat lepas dari kebudayaan dan
masyarakat sebagai pemilik kebudayaan itu.[5]
Secara luas pendidikan dapat dipahami sebagai ‘pembudayaan kehidupan
manusia, dan dengan kebudayaanlah manusia mendapatkan arti dan perannya sebagai
manusia. Jadi dapat disimpulkan pendidikan adalah suatu sistem kegiatan
‘enkulturasi’ untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang manusiawi. Karakteristik
pendidikan secara luas adalah sebagi berikut:
1.
Pendidikan berlansung sepanjang
zaman (life long education), dari generasi ke generasi tanpa henti.
2.
Pendidikan berlangsung di
setiap bidang kehidupan manusia, baik dalam bidang kesehatan, ekonomi keamanan,
hukum dan sebagainya yang hal itu sengaja diciptakan maupun secara alami.
3.
Pendidikan berlangsung dimana
pun dan kapan pun di setiap kehidupan manusia.
4.
Obyek utama pendidikan adalah
kebudayaan manusia dalam memanusiawikan diri dan kehidupannya.
Pendidikan dalam arti sempit adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan,
dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem
pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan.
Pendidikan dalam arti sempit bukan memotong isi dan materi pendidikan,
melainkan mengorganisasinya dalam bentuk sederhana tanpa mengurangi kualitas
dan hakikat pendidikan. Dalam membelajarkan isi dan materi pendidikan, lembaga
pendidikan sekolah melakukan perencanaan materi pembelajaran dalam bentuk
kurikulum berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah
segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.[6]
Adapun kegiatan utama pembelajaran pendidikan sekolah, pada
hakikatnya bersifat pengasuhan dan pembimbingan peserta didik, dengan dua
sasaran yaitu:
a)
Menumbuhkan kesadaran peserta
didik terhadap persoalan hidup yang ada dan bakal ada.
b)
Membentuk kemampuan berupa
kecakapan dan ketrampilan untuk dapat mengatasi semua persoalan yang ada dan
kemampuan menyikapi secara tepat persoalan yang bakal terjadi di masa depan.
Mengenai arti pendidikan secara sempit, ciri khasnya antara lain:
a)
Pendidikan berlangsung dalam
waktu terbatas yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa, jenjang prasekolah,
sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, lanjutan atas, dan perguruan tinggi.
b)
Berlangsung dalam ruang terbatas, yaitu di
lembaga persekolahan.
c)
Dalam suatu suasana tertentu
yang sengaja diciptakan menurut sistem administrasi dan manajemen tertentu,
dalam ruang kelas demi kelancaran pembelajaran.
d)
Pendidikan disusun secara rapi
sistematik dan terprogram dalam bentuk kurikulum.
e)
Tujuan pendidikan ditentukan
oleh pihak luar (sekolah).
Secara alternative pelaku pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan
sekolah dalam suatu sistem integral yang disebut tripatit pendidikan. Tujuannya adalah agar aspirasi pendidikan yang
tumbuh dari setiap keluarga dapat dikembangkan dalam pendidikan sekolah untuk
kemudian dapat diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat luas.
Secara ontology pendidikan berarti persoalan tentang hakikat
keberadaan pendidikan. Pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan
manusia, sedangkan kehidupan manusia mempunyai asal-asul dan tujuannya.
Sehingga ontology pendidikan berarti bahawa pendidikan dalam hubungannya dengan
asal-usul, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Pendidikan Tidak akan ada
tanpa adanya manusia, tapi sebaliknya bagaimana jika manusia hidup tanpa
pendidikan?
Secara epistemology, kebenaran pendidikan menunjuk pada output dari
seluruh rangkaian penyelenggaraan pendidikan menurut objek forma, metode, dan
system. Hasilnya berupa kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan berkreasi untuk
mencipta segala perubahan yang berguna bagi kelangsungan dan perkembangan
kehidupan sehari-hari.
Di dalam dunia pengalaman, watak dan sikap ilmiah terbentuk dari
tiga aspek. Ada
yang dibentuk melalui pendidikan sekolah, ada yang melalui tanpa sekolah tapi
terkadang orang yang berpendidikan sampai sarjana strata tiga bahkan profesor
sekalipun justru tidak memiliki watak dan sikap ilmiah.
Ada formulasi predikat terdidik pada taraf kehidupan individu dan sosial.
Pertama, bagaimana mengukur dan memformulasiakan seorang individu
terdidik. Secara formal atau umum, seseorang dikatakan terdidik apabila telah
menyelasaikan jenjang-jenjang pendidikan sekolah. Semakin tinggi orang tamat
dari jenjang pendidikan maka ia semakin pantas disebut sebagai orang yang
terdidik.
Kedua, sebagai konsekuensi logis dari
individu yang terdidik adalah masyarakat terdidik. Sebagaimana individu
trdidik yang bercirikan kejujuran, kreativitas dan otonom, maka masyarakat
terdidik dapat diidentifikasi sebagai terbuka, dinamis, dan merdeka.
Masyarakat terbuka memiliki ciri bahwa dalam menyelenggarakn
kehidupan sosial, ia menganut system kelenturan dalam mencapai tujuannya.
Idiologi apapun bisa keluar dan masuk, bersifat monopluralistik. Kebebasan dan
kreativitas individual berposisi sentral. Kebebsan individu ini mendorong
masyarakat yang produktif yang berazaskan keadilan.
Salah satu ciri masyarakat terdidik adalah cenderung untuk produktif
dalam perekonomian. Salah satu substansi ekonomi adalah penghematan
bukan pemborosan. Karena itu ada sistem yang mengatur agar setiap pihak
mendapat bagian dalam fungsi masing-masing. Inilah azas keadilan itu.
Masyarakat terdidik juga bisa digambarkan dari kehidupan sosio-justifi.
Yaitu masalah ketertiban sosial menurut peraturan hokum. Hukum adalah
peratruran yang digali dari adat-istiadat, agama dan budaya nasional suatu
masyarakat. Dan dalam aplikasinya masyarakat terdidik harus menjalankan dengan
azas keadilan.
Dalam masyarakat terdidik, kegiatan politik diselenggarakan secara
benar menurut epistemology pendidikan. Hakikat pendidikan adalah bimbingan.
Suatu bakat dibimbing untuk dikembangkan sesuai dengan substansi bakat itu
sendiri.dalam politik pun semua kegiatan harus dilakukan dengan azas keadilan
untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat. Demikian dalam bidang kesehatan
maupun bidang yang lain semua harus berazaskan keadilan.
Masyarakat terdidik menyelenggarakan pendidikan dari awal sampai
evaluasi akhir, dijalankan secara objektif dan adil serta tidak menoleransi
alasan apapun. Evaluasi ditentukan oleh sistematika kegiatan belajar dan kemampuan
riil peserta didik. Kesimpulan epistemology pendidikan adlah bagaimana menyusun
komponen pembentuk sikap terdidik serta menyusun sustu metodologi dan sistem
kependidikan dalam rangka menentukan model pencerdasan potensi intelektul
manusia.
2. SISTEM
PENDIDIKAN TERPADU
Dalam menjalani kegiatan hidup,
selalu berawal dari impulsi karsa, atas pertimbangan rasa, dan menurut
keputusan cipta. Karena itu masalah pendidikan adalah proses bagaimana ketiga
potensi kodrat manusia itu dikembangkan secara dinamis dan berimbang. Untuk
mencapai sasaran itu, proses pendidikan harus dilangsungkan dari taraf individu
sampai taraf yang luas meliputi pribadi seseorang, keluarga, masyarakat lokal,
nasional, regional, sampai taraf internasional.
Pendidikan terpadu yaitu menata
substansi saling berhubungan antara pendidikan keluarga, sekolah, dan
masyarakat secara fungsional-kausalistis. Sistem pendidikan terpadu merupakan
tawaran yang diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai alternative untuk lebih
mendorong dinamika pendidikan nasional, demi terbentuknya kehidupan masa depan
bangsa yang berkepribadian, otonom, kreatif dan produktif.
Pendidikan keluarga
diposisikan dan difungsikan untuk membentuk kecerdasan spiritual, karena dalam
keluarga terdapat kapercayaan spiritual dan tradisi yang secara alami terpelihara
sebagai potensi kebudayaan. Pendidikan sekolah sebagai laboratorium yang
memproses potensi-potensi budaya yang bersumber dari keluarga menjadi sebuah
kecerdasan intelektual yang sarat daya kreativitas. Adapun pendidikan
masyarakat untuk penanaman bibit kecerdasan intelektual dalam berbagai wujud
keahlian menjadi sebuah kecakapan dan keterampilan hidup.
1.
Karakteristik Pendidikan
Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama dan utama berlangsungnya
pembelajaran. Pembelajaran ditekankan pada pengembangan potensi kecerdasan
spiritual. Kehidupan adalah tempat yang tepat bagi pertumbuhan kesadaran atas
asal mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan. Pendidikan berlangsung dengan
sasaran pencerdasan spiritual berupa:
a)
Moral syukur dalam menerima
setiap kelahiran, keruntungan, dan bahkan nasib buruk sekalipun.
b)
Moral sabar dalam menghadapi
segala macam persoalan kehidupan.
c)
Moral ikhlas dalam menghadapi
akhir kehidupan (kematian) dan bencana yang memusnahkan.
2.
Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga pendidikan sekolah lahir dan berkembang secara
efektif dan efisien dari masyarakat. Kegiatan pembelajaran diatur secara
terjadwal, sistematis, dan berjenjang menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan. Maka sekolah bersifat formal dan berkewajiban mendidik seluruh
anggota masyarakat dalam suatu system kehidupan sosial kenegaraan. Isi dan
materi pendidikan disusun menurut azas pragmatis dalam bentuk kurikulum dan
diajarkan dengan sistem rasional-empirik.
Posisi pendidikan sekolah sebagai tempat representasi masyarakat
berkumpul demi mengembangkan kemampuan rasional dan empirik pembelajaran. Maka
pendidikan dituntut untuk mampu menyublimasi berbagai macam potensi nilai-nilai
kebudayaan yang terbawa oleh peserta didik dari berbagai macam jenis lingkungan
keluarga.
Tanggung jawab, fungsi dan perannya secara akumulatif
sebagai berikut:
a)
Berperan dan berfungsi sentral
dalam mempertanggungjawabkan kepercayaan keluarga dan masyarakat luas dalam hal
pembinaan potensi akademis meliputi membaca, menulis, dan berhitung.
b)
Kemudian ketiga potensi itu
dikembangkan secara implentatif dalam pembinaan bentuk dan corak sikap moral
bagi masa depan masyarakat.
c)
Bertanggung jawa bagi
kelangsungan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
d)
Pengelolaan pendidikan dapat
dinilai sebagai suatu metode pembelajaran yang efisien. Hal ini didasarkan pada
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan.
e)
Bertanggung jawab terhadap
pembinaan individu menjadi makhluk sosial dan cerdas dalam beradaptasi dengan
baik dalam kehidupan masyarakatnya.
f)
Sebagai tranmisi kebudayaan
menjadi jelas. Sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara secara
metodis dan sistematika dalam menmgembangkan pola pikir, rasa, dan pola karsa
dalam bingkai peradaban dan kebudayaan dari generasi ke generasi.
3.
Lembaga Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat perlu diselenggarakan atas
pertimbangan bahwa luaran pendidikan sekolah dipandang belum sepenuhnya mampu
memenuhi permintaan dinamika masyarakat itu sendiri. Pendidikan di masyarakat
diselenggarakan secara kelembagaan dan berlangsung dengan kebijakan khusus dan
sistem administrasi manajemen tertentu. Maka lembaga pendidikan masyarakat
perlu ditumbuhkembangkan yang berbanding lurus dengan perkembangan berbagai
bidang kehidupan masyarakat.
3. MODEL MASYARAKAT TERDIDIK
A. Pilar Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdiri dari pilar (fuondation) dan model bangunan atas
yang saling berhubungan secara kausalitis. Pilar bangunan menentukan model
bangunan diatasnya. Dengan pendidikan manusia bisa melangsungkan kehidupannya
dalam mencapai pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan perkembangan dan harus ada
perubahan. Untuk melakaukan manusia harus memiliki keahlian, kecakapan, dan
ketrampilan. Ketiganya berakar dari porensi manusia berupa rasa, karsa dan
cipta.
Manusia harus mengakui bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang
lahir, berkembang dan mati dengan badanya. Badan bukanlah mareri berlaka, tapi
adalah jiwa yang maujud. Pandangan ini mencerminkan kesadaran untuk mendorong
adanya kecerdasan spiritual. Sikap hidup demikian akan mendorong manusia
untuk menyikapi segala sesuatu sesuai dengan hakikinya. Sikap hidup
spiritual-transedental berisi kecerdasan inteligensi dan kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional diwujudkan dengan sikap adil terhadap diri
sendiri, sesame, alam dan sang pencipta.
Adil terhadap diri sendiri yaitu
memperlakukan diri sesuai kodrati manusia. Apaun profesi maupun kedudukanya
harus disikapi dengan adil. Sikap inilah sikap yang bertanggung jawab. Adil
terhadap sesama manusia adalah memperlakukan orang lain sesuai kodrati
manusia. Perlakuan yang diskriminatif, manipulatif yang dapat menurunkan
derajat manusia sangat bertentangan dengan sifat hakiki mnuasia.
Adil terhadap alam adalah memperlakukan alam sesuai kadarnya. Manusia huidup
bergantung pada alam, jika ia memperlakukan alam dengan baik maka kelangsungan
hidupnya akan terjaga tapi jika ia merusak alam maka bencana siap
menghadangnya. Begitu pula denga adil terhadap Tuhan. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya. Jika manusia
mau beribadah secara tekun maka ia telah adail terhadapnya, tapi jika ia
dhlolim maka ia telah mengingkari Tuhan.
Kemudian sebagai pilar masyarakat terdidik, filsafat, sikap dan
perilaku hidup mendorong manusia untuk berkehidupan secara cerdas baik pada
tingkat spiritual, intelektual, maupun moral. Kehidupan masyarakat terdidik
adalah kehidupan masyarakat yang dipenuhi dengan nilai-nilai keadilan dan
keradaban.
B. Model Bangunan Masyarakat
Terdidik
Masyarakat terdidik dengan dasar kecerdasan spiritual, intelektual,
dan emosional mendorong terbentuknya ide masyarakat adil dan beradab. Ide ini
difungsika sebagai pilar yang menentuka bentuk dan bangunannya. Maka semua
kegiatan hidup harus mengakar pada tiga hal tadi dan selanjutnya mengerucut pada
titik tujuan yang bernilai spiritual.
Moral bersyukur disimpulkan dari hasil analisis perenungan tentang hakikat
asal mula. Manusia sejak lahir sampai sekarang tidak ada pikiran yang menjelaskan
hakikat asal mula secara jelas. Dan yang pasti dapat dipastikan sebagai pemula
adalah Tuhan. Untuk itu manusia senubuhkan sikap bersyukur atas apa yang telah
Alloh berikan atas nikmatnya.
Moral bersabar disimpulkan dari perenungan terhadap eksistensi
kehidupan ini. Berdasarkan pikiran dan penglaman kehidupan dipenuhi dengan
keadaan serba labil. Banyak manusia melakukan kegiatan tapi hasilnya tidak
sesuai dengan harapannya. Disinilah moral sabar tersebut itu harus ada, jika
manusia tidak bisa sabar maka akan timbul rasa kecewa dan akan mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan amoral.
Moral ikhlas adalah hasil perenungan tujuan hidup. Pikiran hanya
merenungi bahwa tujuan hidup itu ada, berhakikat satu, dan bersifat mutlak.
Hakikat asal mual adalah bersifat misterius. Fakta misteri masa datang dan
tujuan hidup mendorong manusia untuk harus menempatkan moral ikhlas.
C.
Masyarakat Terdidik,
Masyarakat Maju
Secara akumulatif moral sabar, ikhlas, dan syukur mendorong seluruh
dinamika kehidupan untuk bergerak satu arah. Perilaku manusia berkembang sesuai
dengan tingkat pengetahuan rasional dan empirik serta keyakinan agama dalam
masyarakat. Dari hal ini akan terbentuk masyarakat yang pluralitas dalam
berbagai segi kehidupan.
Tugas pendidikan adalah memfasilitasi perbedaan agar bisa berkembang
karena dalam perbedan itulah terkandung perkembangan hidup. Jadi kebijakan
pendidikan yang menekankan pada bimbingan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi kreatif setiap peserta didik jauh lebih berari bagi upaya memajukan
kehidupan masyarakat.
Masyarakat maju yang terbentuk dari pendidikan dapat diukur dari
keadilan dalam masyarakat tersebut dalam kehidupannya. Hal ini terwujud dalam
kegiatan sosial maupun dengan alam. Jika
ekosistem dapat terjaga maka keadilan dalam masyarakat itu telah terwujud.
Ukuran kemajuan masyarakat juga diukur dari adanya rasa syukur, sabar
dan ikhlas. Tanda masyarakat yang bersyukur adalah tetap tegaknya filosofi
nasionalis. Jika masyarakat dijiwai moral bersyukur berarti telah memiliki
kecerdasan spiritual. Masyarakat yang memiliki kecerdasan spiritual tidak akan
terpengaruh dengan isu-isu atu konfrontasi sekuler-materialistis tapi bersifat
spiritual religius. Dimana setiap individu menghormati kebebasan bergama sehingga sulit
menerima hal-hal yang dapat memisahkan komponen-komponen masyarakat. Karena
sifat substansial dari kemajuan adalah tumbuh dan berkembang, tidak terjadi
pengurangan dan pengrusakan.
Masyarakat yang bermoral sabar ditandai denga adanya sikap percaya
diri dalam menghadapi persoalan masa depan. Hal ini akan mendorong masyarakat
untuk menciptakan kreativitas nasional. Dengan kreativitas ini perekonomian
akan menjadi kukuh dan mandiri. Masyarakat yang kreatif berarti memiliki
kecerdasan intelektual.
Dengan moral sabar yang cenderung merdeka mendorong masyarakat untuk
saling menolong kepada yang membutuhkan. Kepribadian saling mendorong
menumbuhkan sikap dan perilaku terkendali ke arah kehidupan yang layak, adil,
dan tidak serakah. Dengan begitu berarti suatu masyarakat memiliki kecerdasan
emosional.
Dengan kecerdasan emosional, kehidupan masyarakat semakin kukuh dalam
otonomi dan kebebasannya, kreatif dan produktif dan juga semakin ikhlas dalam
menolong masyarakat lainnya. Perilaku ikhlas dalm menolong berarti membantu
orang lain yang membutuhkan sampai mampu menolong dri sendiri tanpa mengharap
imbalan.
4.
PERSPEKTIF MASYARAKAT
MASA DEPAN
A. Pandangan
Mayarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia
dewasa ini sedang mengkaji sosok masyarakat Indonesia depan yang dekat dalam
rangka rencana pembangunan jangka panjang. Sosok masyarakat masa depan tentunya
dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam uraian ini akan disoroti aspek
kehidupan masyarakat depan yang didominasi oleh masyarakat industri.
Sudah kita lihat bagaimana sosok masyarakat masa depan dengan
nilai-nilainya yang dominan. Pendidikan merupakan sebagai dari kehidupan masyarakat
dan juga sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri.
Peranan pendidikan memang sangat strategis karena menjadi tiang
sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai dasar akan
semakin kokoh dalam kehidupan perjalanan bangsa seperti nasionalisme dan
patriotisme sebagai nilai-nilai generasi pertama dari perjalanan hidup bangsa Indonesia.
Sudah tentu nilai-nilai luhur itu perlu ditempa, dihaluskan, dan diasah
terus-menerus sesuai dengan perubahan kehidupan. Masyarakat akan terus berubah
dan setiap perubahan akan membawa nilai baru.
Apalagi kehidupan manusia dewasa ini telah mengglobal sehingga tidak
bisa mengelak dari perubahan-perubahan di dunia. Dunia pendidikan biasanya
tidak siap dalam menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan itu.
B. Peranan-peranan
Lembaga Pedidikan untuk Masyarakat masa depan
Perubahan masyarakat Indonesia
di masa depan serta fungsi SISDIKNAS sabagai subsistem dari sistem manajemen
pembangunan nasional. Lembaga-lembaga pendidikan tentunya tidak lepas dari
tugas nasional baik dalam fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Maupun dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan dan
mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.
Pasal 47 mengatakan tentang kemitraan masyarakat dalam ikut
menyelenggarakan pendidikan nasional. Di dalam keikutsertaan itu ada beberapa
unsur yang perlu mendapat perhatian:
a) Status
kemitraan dari suatu pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
berkedudukan sama dalam SISDIKNAS.
b) Satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat mempunyai ciri yang khas.
Inilah yang dapat disebut dengan jati diri dari satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat itu.
C. Dinamika Masyarakat masa depan
Masyarakat kita akan menuju ke arah masyarakat industri. Masyarakat
industri adalah masyarakat terbuka. Keterbukaan itu ditunjang oleh kemajuan
IPTEK dan kemudahan-kemudahan komunikasi yang dilahirkanya. Keterbukaan suatu
proses yang tidak dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi
yang melanda kehidupan manusia dewasa ini. Kita lihat benteng-benteng otokrasi
rontok satu persatu diterjang oleh hasrat manusia untuk mewujudkan salah satu
hakikat kemanusiaan.
Bangsa yang menjamin keterbukaan seperti yang diisyaratkan dalam UUD
1945. Tanpa kecerdasan tidak mungkin ia mengdakan refleksi, menganalisis data,
berfikir logis dan sistematis, serta dapat mengantisipasi kehidupan masa depan
yang lebih baik.
Keterbukaan dan kecerdasan merupakan dua sisi dari kebebasan
manusia. Manusia yang bebas adalah manusia yang terbuka. Seorang yang bebas
adalah seseorang berani berintrospeksi untuk melihat kelebihan maupun
kekurangan dirinya. Keterbukaan terhadap dunia luar memerlukan keterlibatan inteligen.
Dunia masa depan
merupakan dunia yang cepat berubah. Agar dapat memanfaatkan dinamika perubahan
itu diperlukan kemampuan persepsi yang cepat terhadap perubahan, mampu
menganalisisnya demi keuntungan memperkaya kepribadian agar ia tidak hanyut dalam
arus perubahan itu. Disinilah penting adanya suatu tumpuan pijakan yang kuat
bagi seseorang. Pijakan itu tidak lain dari budaya Indonesia
dalam arti yang luas yang mendasari upaya orientasi atau wawasan setiap orang Indonesia.
Dalam kaitan dengan keterbukaan suatu masyarakat demokratis dalam
rangka ketahanan budaya yang merupakan suatu mekanisme kontrol, keterbukaan
disini bukan berarti ketelanjangan. Ketelanjangan adalah bebas menilai,
sedangkan keterbukaan adalah syarat nilai. Ketelanjangan adalah bebas dari
nilai menghargai keberadaan orang lain, tidak ada tenggang rasa dan musyawarah
untuk mufakat. Sebaliknya keterbukaan mengimplikasikan sikap peduli (concern)
terhadap sesama untuk kesejahtaraan bersama. Fisi dari peletak dasar Negara
kita memang sangat jauh ke depan apabila mereka merumuskan dalam pembukaan UUD
1945 bahwa salah satu tujuan membentuk Negara ini ialah untuk mancerdaskan
kehidupan bangsa.
D. Peranan
Dunia Akademik
Dalam dunia akademik selalu memainkan peranan sentral, ada masanya
dunia akademik dijadikan konserfator nilai-nilai tertentu dari suatu dari
sistem kekuasaan atau diperalat oleh sutu sistem kekuasaan. Ada pula masanya dunia akademik menjadi mata
air perubahan sosial. Dari kedua situasi tersebut tersirat hakikat paling
dalam, dalam dunia akademik ialah adanya kebebasan atau keterbukaan berfikir.
Apabila dalam situasi pertama dunia akademik sengaja dibuat bungkam dan secara
sadar digunakan untuk menindas kemerdekaan berfikir, maka dalam situasi kedua
dunia akademik memainkan peranannya yang orisinal yaitu sebagai sumber ide bagi
peningkatan hidup dan makna kehidupan manusia.
Dunia akademik mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
menumbuhkembangkan kehidupan demokrasi atau keterbukaan. Budaya kampus memang
didasarkan kepada keterbukaan. Kebebasan mimbar akademik pada hakekatnya adalah
pengakuan terhadap keterbukaan ialah kepedulian terhadap fakta kehidupan serta
keiinginan untuk menatanya dengan lebih baik.
Lembaga pendidikan tinggi dalam proses globalisasi dewasa ini dimana
persaingan semakin tajam serta kualitas produksi termasuk produksi lembaga
pendidikan tinggi semakin menjadi tuntutan, memang di masa depan eksistensi
lembaga pendidikan tinggi akan ditentukan oleh kemampuan risetnya. Dewasa ini
memang pembangunan pendidikan masih diarahkan pada usaha peningkatan sarana dan
mutu ke arah pemerataan pengembangan terutama pada perguruan tinggi daerah.
Fungsi dunia akademik sebagai salah satu unsur penggerak pembangunan
nasional dengan berpijak pada budaya keterbukaan kampus. Pendapat yang
dikemukakan. Suerjanto Poespowardjojo mengenai hubungan antara lembaga
pendidikan tinggi dengan kehidupan sosial. Pendidikan tinggi tidak dapat hanya
menjadi penonton atau mungkin sebagai pengeritik kejadian sosial yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Perguruan tinggi adalah sebagian dari gerakan
pembangunan nasional. Maka tugas pendidikan tinggi untuk menganalisa hal ini
berarti bahwa fakta-fakta itu perlu dikaji relasinya dengan kehidupan sosial
budaya bangsa secara keseluruhan. Dalam budaya kampus ditumbuhkan kemampuan dan
keinginan untuk mencari dan menginterpretasikan faktor dan data dalam suatu
konteks yang baru secara terus-menerus karena setiap entri data baru akan
mengubah seluruh konteks yang ada sehingga memerlukan interpretasikan yang baru
pula.
BAB
III
KESIMPUlLAN
Manusia pada dasarnya memiliki
fitrah untuk mendapatkan rasa aman, kesehatan, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya. Manusia hidup di tengah-tengah masyarakat memerlukan sebuah
ketrampilan sebagai bekal hidupnya. Dan untuk memiliki ketrampilan itu manusia
perlu mendapatkan pendidikan sejak usia dini.
Pendidikan itu untuk membentuk watak
dan sikap ilmiah, moral yang baik berupa sabar, ikhlas dan rasa syukur.
Disamping itu juga membentuk kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
Sedangkan untuk membentuk semua itu tidak cukup hanya pendidikan di sekolah
saja. Melainkan harus memadukan antara pendidikan keluarga, sekolah dan
pendidikan masyarakat.
Dengan memadukan semua aspek
pendidikan yang ada diharapkan nanti manusia bisa menjadi warga masyarakat yang
benar-benar terdidik yang memiliki moral yang baik dan kecerdasan yang optimal.
Sehingga bisa hidup dalam mayarakat yang serba kompleks.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakry, Hasbullah. 1990. Sistematik Filsafat. Jakarta: Widjaya Djakarta
Jalaludin & Said, Usman. 1996. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Mudyahardjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Suhartono,
Suparlan. 2006. Fisafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, Dan
Masyarakat Madani Indonesia.
Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tilaar, 1992. Manajemen
Pendidikan Nasional. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Zaini, Sjahminan & Muhaimin. 1991. Belajar Sebagai Sarana Pengembangan Fitrah
Manusia. Jakarta:
Kalam Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar