Jumat, 26 Oktober 2012

PEMBENTUKAN MASYARAKAT LEARNING SOCIETY



PEMBENTUKAN MASYARAKAT LEARNING SOCIETY

BAB I
PENDAHULUAN
 

LATAR BELAKANG
            Jika direnungkan dan kemudian dinilai, kehidupan masyarakat saat ini ada pada keadaan yang serba kontradiktif. Hal itu sering kita jumpai pada tingkat pendidikan dan perilaku seeorang. Pada bidang ekonomi misalnya, ketika pendidikan tel;ah mampu memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri secara spektakuler, tetapi secara bersamaan justru membuat masyarakat semakin menderita. Penderitaan ini bukan hanya dialami oleh masyarakat miskin, tapi juga dirasakan oleh orang konglomerat sekalipun.
            Hampir semua pihak menyandang derita, kecuali mereka yang tetap konsisten menjalani hidup sehari-hari sesuai dengan prinsip kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual. Mereka yang mempunyai kemampuan mengendalikan diri akan terbebas dari penderitaan.
            Sehingga dapat disimpulkan dan dinilai bahwa diperlukan adanya “reformasi pendidikan”. Karena bagaimanapun pendidikan mempunyai andil yang besar. Untuk itu perlu dipikirkan metode dan sistem pendidikan yang tepat sehingga dapat mendorong terbentuknya masyarakat terdidik.

RUMUSAN MASALAH
1.      Apa konsep pendidikan?
2.      Bagaimana pendidikan yang terpadu?
3.      Bagaimana model masyarakat yang terdidik?
4.      Bagaimana perspektif masyarakat masa depan?



TUJUAN
1.      Mengetahui konsep pendidikan.
2.      Mengetahui pendidikan yang terpadu.
3.      Mengetahui model masyarakat yang terdidik.
4.      Mengetahui perspektif masyarakat masa depan.












BAB II
PEMBAHASAN


1. KONSEP PENDIDIKAN
            Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah “education” yang berarti bimbingan berkelanjutan (to lead forth). Secara etimologis mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi manusia. Sedang secara teoritis pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum manusia lahir, maksudnya manusia berkerkewajiban mendidik diri sendiri sebelum menikah dan mendidik keluarga dan keturunannya. [1]
Sjahminan Zaini dalam buku Belajar sebagai Sarana Pengembangan Fitrah Manusia mendefinisikan pendidikan dengan belajar yang artinya adalah merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[2] Dan Abdillah Hanafi dalam buku Pendidikan Non Formal membagi pendidikan dalam dua sisi, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal yaitu sistem pendidikan modern yang dibagi-bagi secara berjenjang-tersusun dan berurutan sejak dari dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang terorganisir dan setengah terorganisir yang berlangsung di luar sistem persekolahan, yang ditujukan untuk melayani sejumlah besar kebutuhan belajar dari berbagai kelompok penduduk, baik tua maupun muda.[3]
            Pendidikan dalam arti luas, memegang peranan sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kebudayaan adalah kekuatan vital dalam masyarakat karena didukung pribadi yang dinamis sebagai aktor kebudayaan. Para aktor tersebut dididik melalui proses pendidikan. Pendidikan menjadi perebutan oleh para kelompok kepentingan. Karena pendidikan adalah dapur masa depan suatu masyarakat dan bangsa.
            Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.[4]
            Pendidikan, masyarakat, kebudayaan merupakan suatu tripartit tunggal dimana kebudayaan adalah dasarnya, masyarakat menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Jadi, pendidikan tak dapat lepas dari kebudayaan dan masyarakat sebagai pemilik kebudayaan itu.[5]
Secara luas pendidikan dapat dipahami sebagai ‘pembudayaan kehidupan manusia, dan dengan kebudayaanlah manusia mendapatkan arti dan perannya sebagai manusia. Jadi dapat disimpulkan pendidikan adalah suatu sistem kegiatan ‘enkulturasi’ untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang manusiawi. Karakteristik pendidikan secara luas adalah sebagi berikut:
1.      Pendidikan berlansung sepanjang zaman (life long education), dari generasi ke generasi tanpa henti.
2.      Pendidikan berlangsung di setiap bidang kehidupan manusia, baik dalam bidang kesehatan, ekonomi keamanan, hukum dan sebagainya yang hal itu sengaja diciptakan maupun secara alami.
3.      Pendidikan berlangsung dimana pun dan kapan pun di setiap kehidupan manusia.
4.      Obyek utama pendidikan adalah kebudayaan manusia dalam memanusiawikan diri dan kehidupannya.

Pendidikan dalam arti sempit adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan dalam arti sempit bukan memotong isi dan materi pendidikan, melainkan mengorganisasinya dalam bentuk sederhana tanpa mengurangi kualitas dan hakikat pendidikan. Dalam membelajarkan isi dan materi pendidikan, lembaga pendidikan sekolah melakukan perencanaan materi pembelajaran dalam bentuk kurikulum berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.[6]
Adapun kegiatan utama pembelajaran pendidikan sekolah, pada hakikatnya bersifat pengasuhan dan pembimbingan peserta didik, dengan dua sasaran yaitu:
a)      Menumbuhkan kesadaran peserta didik terhadap persoalan hidup yang ada dan bakal ada.
b)      Membentuk kemampuan berupa kecakapan dan ketrampilan untuk dapat mengatasi semua persoalan yang ada dan kemampuan menyikapi secara tepat persoalan yang bakal terjadi di masa depan.
Mengenai arti pendidikan secara sempit, ciri khasnya antara lain:
a)      Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa, jenjang prasekolah, sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, lanjutan atas, dan perguruan tinggi.
b)       Berlangsung dalam ruang terbatas, yaitu di lembaga persekolahan.
c)      Dalam suatu suasana tertentu yang sengaja diciptakan menurut sistem administrasi dan manajemen tertentu, dalam ruang kelas demi kelancaran pembelajaran.
d)     Pendidikan disusun secara rapi sistematik dan terprogram dalam bentuk kurikulum.
e)      Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah).
Secara alternative pelaku pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan sekolah dalam suatu sistem integral yang disebut tripatit pendidikan. Tujuannya adalah agar aspirasi pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat dikembangkan dalam pendidikan sekolah untuk kemudian dapat diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat luas.
Secara ontology pendidikan berarti persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan. Pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan manusia, sedangkan kehidupan manusia mempunyai asal-asul dan tujuannya. Sehingga ontology pendidikan berarti bahawa pendidikan dalam hubungannya dengan asal-usul, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Pendidikan Tidak akan ada tanpa adanya manusia, tapi sebaliknya bagaimana jika manusia hidup tanpa pendidikan?
Secara epistemology, kebenaran pendidikan menunjuk pada output dari seluruh rangkaian penyelenggaraan pendidikan menurut objek forma, metode, dan system. Hasilnya berupa kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan berkreasi untuk mencipta segala perubahan yang berguna bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan sehari-hari.
Di dalam dunia pengalaman, watak dan sikap ilmiah terbentuk dari tiga aspek. Ada yang dibentuk melalui pendidikan sekolah, ada yang melalui tanpa sekolah tapi terkadang orang yang berpendidikan sampai sarjana strata tiga bahkan profesor sekalipun justru tidak memiliki watak dan sikap ilmiah.
Ada formulasi predikat terdidik pada taraf kehidupan individu dan sosial. Pertama, bagaimana mengukur dan memformulasiakan seorang individu terdidik. Secara formal atau umum, seseorang dikatakan terdidik apabila telah menyelasaikan jenjang-jenjang pendidikan sekolah. Semakin tinggi orang tamat dari jenjang pendidikan maka ia semakin pantas disebut sebagai orang yang terdidik.
Kedua, sebagai konsekuensi logis dari individu yang terdidik adalah masyarakat terdidik. Sebagaimana individu trdidik yang bercirikan kejujuran, kreativitas dan otonom, maka masyarakat terdidik dapat diidentifikasi sebagai terbuka, dinamis, dan merdeka.
Masyarakat terbuka memiliki ciri bahwa dalam menyelenggarakn kehidupan sosial, ia menganut system kelenturan dalam mencapai tujuannya. Idiologi apapun bisa keluar dan masuk, bersifat monopluralistik. Kebebasan dan kreativitas individual berposisi sentral. Kebebsan individu ini mendorong masyarakat yang produktif yang berazaskan keadilan.
Salah satu ciri masyarakat terdidik adalah cenderung untuk produktif dalam perekonomian. Salah satu substansi ekonomi adalah penghematan bukan pemborosan. Karena itu ada sistem yang mengatur agar setiap pihak mendapat bagian dalam fungsi masing-masing. Inilah azas keadilan itu.
Masyarakat terdidik juga bisa digambarkan dari kehidupan sosio-justifi. Yaitu masalah ketertiban sosial menurut peraturan hokum. Hukum adalah peratruran yang digali dari adat-istiadat, agama dan budaya nasional suatu masyarakat. Dan dalam aplikasinya masyarakat terdidik harus menjalankan dengan azas keadilan.
Dalam masyarakat terdidik, kegiatan politik diselenggarakan secara benar menurut epistemology pendidikan. Hakikat pendidikan adalah bimbingan. Suatu bakat dibimbing untuk dikembangkan sesuai dengan substansi bakat itu sendiri.dalam politik pun semua kegiatan harus dilakukan dengan azas keadilan untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat. Demikian dalam bidang kesehatan maupun bidang yang lain semua harus berazaskan keadilan.
Masyarakat terdidik menyelenggarakan pendidikan dari awal sampai evaluasi akhir, dijalankan secara objektif dan adil serta tidak menoleransi alasan apapun. Evaluasi ditentukan oleh sistematika kegiatan belajar dan kemampuan riil peserta didik. Kesimpulan epistemology pendidikan adlah bagaimana menyusun komponen pembentuk sikap terdidik serta menyusun sustu metodologi dan sistem kependidikan dalam rangka menentukan model pencerdasan potensi intelektul manusia.

2. SISTEM PENDIDIKAN TERPADU
            Dalam menjalani kegiatan hidup, selalu berawal dari impulsi karsa, atas pertimbangan rasa, dan menurut keputusan cipta. Karena itu masalah pendidikan adalah proses bagaimana ketiga potensi kodrat manusia itu dikembangkan secara dinamis dan berimbang. Untuk mencapai sasaran itu, proses pendidikan harus dilangsungkan dari taraf individu sampai taraf yang luas meliputi pribadi seseorang, keluarga, masyarakat lokal, nasional, regional, sampai taraf internasional.
            Pendidikan terpadu yaitu menata substansi saling berhubungan antara pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara fungsional-kausalistis. Sistem pendidikan terpadu merupakan tawaran yang diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai alternative untuk lebih mendorong dinamika pendidikan nasional, demi terbentuknya kehidupan masa depan bangsa yang berkepribadian, otonom, kreatif dan produktif.
            Pendidikan keluarga diposisikan dan difungsikan untuk membentuk kecerdasan spiritual, karena dalam keluarga terdapat kapercayaan spiritual dan tradisi yang secara alami terpelihara sebagai potensi kebudayaan. Pendidikan sekolah sebagai laboratorium yang memproses potensi-potensi budaya yang bersumber dari keluarga menjadi sebuah kecerdasan intelektual yang sarat daya kreativitas. Adapun pendidikan masyarakat untuk penanaman bibit kecerdasan intelektual dalam berbagai wujud keahlian menjadi sebuah kecakapan dan keterampilan hidup.

1.    Karakteristik Pendidikan Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama dan utama berlangsungnya pembelajaran. Pembelajaran ditekankan pada pengembangan potensi kecerdasan spiritual. Kehidupan adalah tempat yang tepat bagi pertumbuhan kesadaran atas asal mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan. Pendidikan berlangsung dengan sasaran pencerdasan spiritual berupa:
a)    Moral syukur dalam menerima setiap kelahiran, keruntungan, dan bahkan nasib buruk sekalipun.
b)   Moral sabar dalam menghadapi segala macam persoalan kehidupan.
c)    Moral ikhlas dalam menghadapi akhir kehidupan (kematian) dan bencana yang memusnahkan.
2.    Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga pendidikan sekolah lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari masyarakat. Kegiatan pembelajaran diatur secara terjadwal, sistematis, dan berjenjang menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan. Maka sekolah bersifat formal dan berkewajiban mendidik seluruh anggota masyarakat dalam suatu system kehidupan sosial kenegaraan. Isi dan materi pendidikan disusun menurut azas pragmatis dalam bentuk kurikulum dan diajarkan dengan sistem rasional-empirik.
Posisi pendidikan sekolah sebagai tempat representasi masyarakat berkumpul demi mengembangkan kemampuan rasional dan empirik pembelajaran. Maka pendidikan dituntut untuk mampu menyublimasi berbagai macam potensi nilai-nilai kebudayaan yang terbawa oleh peserta didik dari berbagai macam jenis lingkungan keluarga.
Tanggung jawab, fungsi dan perannya secara akumulatif sebagai berikut:
a)      Berperan dan berfungsi sentral dalam mempertanggungjawabkan kepercayaan keluarga dan masyarakat luas dalam hal pembinaan potensi akademis meliputi membaca, menulis, dan berhitung.
b)      Kemudian ketiga potensi itu dikembangkan secara implentatif dalam pembinaan bentuk dan corak sikap moral bagi masa depan masyarakat.
c)      Bertanggung jawa bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
d)     Pengelolaan pendidikan dapat dinilai sebagai suatu metode pembelajaran yang efisien. Hal ini didasarkan pada keterbatasan waktu yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan.
e)      Bertanggung jawab terhadap pembinaan individu menjadi makhluk sosial dan cerdas dalam beradaptasi dengan baik dalam kehidupan masyarakatnya.
f)       Sebagai tranmisi kebudayaan menjadi jelas. Sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara secara metodis dan sistematika dalam menmgembangkan pola pikir, rasa, dan pola karsa dalam bingkai peradaban dan kebudayaan dari generasi ke generasi.

3.    Lembaga Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat perlu diselenggarakan atas pertimbangan bahwa luaran pendidikan sekolah dipandang belum sepenuhnya mampu memenuhi permintaan dinamika masyarakat itu sendiri. Pendidikan di masyarakat diselenggarakan secara kelembagaan dan berlangsung dengan kebijakan khusus dan sistem administrasi manajemen tertentu. Maka lembaga pendidikan masyarakat perlu ditumbuhkembangkan yang berbanding lurus dengan perkembangan berbagai bidang kehidupan masyarakat.

3. MODEL MASYARAKAT TERDIDIK
A.  Pilar Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdiri dari pilar (fuondation) dan model bangunan atas yang saling berhubungan secara kausalitis. Pilar bangunan menentukan model bangunan diatasnya. Dengan pendidikan manusia bisa melangsungkan kehidupannya dalam mencapai pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan perkembangan dan harus ada perubahan. Untuk melakaukan manusia harus memiliki keahlian, kecakapan, dan ketrampilan. Ketiganya berakar dari porensi manusia berupa rasa, karsa dan cipta.
Manusia harus mengakui bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang lahir, berkembang dan mati dengan badanya. Badan bukanlah mareri berlaka, tapi adalah jiwa yang maujud. Pandangan ini mencerminkan kesadaran untuk mendorong adanya kecerdasan spiritual. Sikap hidup demikian akan mendorong manusia untuk menyikapi segala sesuatu sesuai dengan hakikinya. Sikap hidup spiritual-transedental berisi kecerdasan inteligensi dan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional diwujudkan dengan sikap adil terhadap diri sendiri, sesame, alam dan sang pencipta.
Adil terhadap diri sendiri yaitu memperlakukan diri sesuai kodrati manusia. Apaun profesi maupun kedudukanya harus disikapi dengan adil. Sikap inilah sikap yang bertanggung jawab. Adil terhadap sesama manusia adalah memperlakukan orang lain sesuai kodrati manusia. Perlakuan yang diskriminatif, manipulatif yang dapat menurunkan derajat manusia sangat bertentangan dengan sifat hakiki mnuasia.
 Adil terhadap alam adalah memperlakukan alam sesuai kadarnya. Manusia huidup bergantung pada alam, jika ia memperlakukan alam dengan baik maka kelangsungan hidupnya akan terjaga tapi jika ia merusak alam maka bencana siap menghadangnya. Begitu pula denga adil terhadap Tuhan. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya. Jika manusia mau beribadah secara tekun maka ia telah adail terhadapnya, tapi jika ia dhlolim maka ia telah mengingkari Tuhan.
Kemudian sebagai pilar masyarakat terdidik, filsafat, sikap dan perilaku hidup mendorong manusia untuk berkehidupan secara cerdas baik pada tingkat spiritual, intelektual, maupun moral. Kehidupan masyarakat terdidik adalah kehidupan masyarakat yang dipenuhi dengan nilai-nilai keadilan dan keradaban.

B.   Model Bangunan Masyarakat Terdidik
Masyarakat terdidik dengan dasar kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional mendorong terbentuknya ide masyarakat adil dan beradab. Ide ini difungsika sebagai pilar yang menentuka bentuk dan bangunannya. Maka semua kegiatan hidup harus mengakar pada tiga hal tadi dan selanjutnya mengerucut pada titik tujuan yang bernilai spiritual.
Moral bersyukur disimpulkan dari hasil analisis perenungan tentang hakikat asal mula. Manusia sejak lahir sampai sekarang tidak ada pikiran yang menjelaskan hakikat asal mula secara jelas. Dan yang pasti dapat dipastikan sebagai pemula adalah Tuhan. Untuk itu manusia senubuhkan sikap bersyukur atas apa yang telah Alloh berikan atas nikmatnya.
Moral bersabar disimpulkan dari perenungan terhadap eksistensi kehidupan ini. Berdasarkan pikiran dan penglaman kehidupan dipenuhi dengan keadaan serba labil. Banyak manusia melakukan kegiatan tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapannya. Disinilah moral sabar tersebut itu harus ada, jika manusia tidak bisa sabar maka akan timbul rasa kecewa dan akan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan amoral.
Moral ikhlas adalah hasil perenungan tujuan hidup. Pikiran hanya merenungi bahwa tujuan hidup itu ada, berhakikat satu, dan bersifat mutlak. Hakikat asal mual adalah bersifat misterius. Fakta misteri masa datang dan tujuan hidup mendorong manusia untuk harus menempatkan moral ikhlas.

C.    Masyarakat Terdidik, Masyarakat Maju
Secara akumulatif moral sabar, ikhlas, dan syukur mendorong seluruh dinamika kehidupan untuk bergerak satu arah. Perilaku manusia berkembang sesuai dengan tingkat pengetahuan rasional dan empirik serta keyakinan agama dalam masyarakat. Dari hal ini akan terbentuk masyarakat yang pluralitas dalam berbagai segi kehidupan.
Tugas pendidikan adalah memfasilitasi perbedaan agar bisa berkembang karena dalam perbedan itulah terkandung perkembangan hidup. Jadi kebijakan pendidikan yang menekankan pada bimbingan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi kreatif setiap peserta didik jauh lebih berari bagi upaya memajukan kehidupan masyarakat.
Masyarakat maju yang terbentuk dari pendidikan dapat diukur dari keadilan dalam masyarakat tersebut dalam kehidupannya. Hal ini terwujud dalam kegiatan sosial maupun dengan alam.  Jika ekosistem dapat terjaga maka keadilan dalam masyarakat itu telah terwujud.
Ukuran kemajuan masyarakat juga diukur dari adanya rasa syukur, sabar dan ikhlas. Tanda masyarakat yang bersyukur adalah tetap tegaknya filosofi nasionalis. Jika masyarakat dijiwai moral bersyukur berarti telah memiliki kecerdasan spiritual. Masyarakat yang memiliki kecerdasan spiritual tidak akan terpengaruh dengan isu-isu atu konfrontasi sekuler-materialistis tapi bersifat spiritual religius. Dimana setiap individu menghormati kebebasan bergama sehingga sulit menerima hal-hal yang dapat memisahkan komponen-komponen masyarakat. Karena sifat substansial dari kemajuan adalah tumbuh dan berkembang, tidak terjadi pengurangan dan pengrusakan.
Masyarakat yang bermoral sabar ditandai denga adanya sikap percaya diri dalam menghadapi persoalan masa depan. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk menciptakan kreativitas nasional. Dengan kreativitas ini perekonomian akan menjadi kukuh dan mandiri. Masyarakat yang kreatif berarti memiliki kecerdasan intelektual.
Dengan moral sabar yang cenderung merdeka mendorong masyarakat untuk saling menolong kepada yang membutuhkan. Kepribadian saling mendorong menumbuhkan sikap dan perilaku terkendali ke arah kehidupan yang layak, adil, dan tidak serakah. Dengan begitu berarti suatu masyarakat memiliki kecerdasan emosional.
Dengan kecerdasan emosional, kehidupan masyarakat semakin kukuh dalam otonomi dan kebebasannya, kreatif dan produktif dan juga semakin ikhlas dalam menolong masyarakat lainnya. Perilaku ikhlas dalm menolong berarti membantu orang lain yang membutuhkan sampai mampu menolong dri sendiri tanpa mengharap imbalan.
4.      PERSPEKTIF MASYARAKAT MASA DEPAN
A. Pandangan Mayarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengkaji sosok masyarakat Indonesia depan yang dekat dalam rangka rencana pembangunan jangka panjang. Sosok masyarakat masa depan tentunya dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam uraian ini akan disoroti aspek kehidupan masyarakat depan yang didominasi oleh masyarakat industri.
Sudah kita lihat bagaimana sosok masyarakat masa depan dengan nilai-nilainya yang dominan. Pendidikan merupakan sebagai dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri.
Peranan pendidikan memang sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai dasar akan semakin kokoh dalam kehidupan perjalanan bangsa seperti nasionalisme dan patriotisme sebagai nilai-nilai generasi pertama dari perjalanan hidup bangsa Indonesia. Sudah tentu nilai-nilai luhur itu perlu ditempa, dihaluskan, dan diasah terus-menerus sesuai dengan perubahan kehidupan. Masyarakat akan terus berubah dan setiap perubahan akan membawa nilai baru.
Apalagi kehidupan manusia dewasa ini telah mengglobal sehingga tidak bisa mengelak dari perubahan-perubahan di dunia. Dunia pendidikan biasanya tidak siap dalam menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan itu.

B. Peranan-peranan Lembaga Pedidikan untuk Masyarakat masa depan
Perubahan masyarakat Indonesia di masa depan serta fungsi SISDIKNAS sabagai subsistem dari sistem manajemen pembangunan nasional. Lembaga-lembaga pendidikan tentunya tidak lepas dari tugas nasional baik dalam fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Maupun dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Pasal 47 mengatakan tentang kemitraan masyarakat dalam ikut menyelenggarakan pendidikan nasional. Di dalam keikutsertaan itu ada beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian:
a)   Status kemitraan dari suatu pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang berkedudukan sama dalam SISDIKNAS.
b)   Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat mempunyai ciri yang khas. Inilah yang dapat disebut dengan jati diri dari satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat itu.

C. Dinamika Masyarakat masa depan
Masyarakat kita akan menuju ke arah masyarakat industri. Masyarakat industri adalah masyarakat terbuka. Keterbukaan itu ditunjang oleh kemajuan IPTEK dan kemudahan-kemudahan komunikasi yang dilahirkanya. Keterbukaan suatu proses yang tidak dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi yang melanda kehidupan manusia dewasa ini. Kita lihat benteng-benteng otokrasi rontok satu persatu diterjang oleh hasrat manusia untuk mewujudkan salah satu hakikat kemanusiaan.
Bangsa yang menjamin keterbukaan seperti yang diisyaratkan dalam UUD 1945. Tanpa kecerdasan tidak mungkin ia mengdakan refleksi, menganalisis data, berfikir logis dan sistematis, serta dapat mengantisipasi kehidupan masa depan yang lebih baik.
Keterbukaan dan kecerdasan merupakan dua sisi dari kebebasan manusia. Manusia yang bebas adalah manusia yang terbuka. Seorang yang bebas adalah seseorang berani berintrospeksi untuk melihat kelebihan maupun kekurangan dirinya. Keterbukaan terhadap dunia luar memerlukan keterlibatan inteligen.
Dunia masa depan merupakan dunia yang cepat berubah. Agar dapat memanfaatkan dinamika perubahan itu diperlukan kemampuan persepsi yang cepat terhadap perubahan, mampu menganalisisnya demi keuntungan memperkaya kepribadian agar ia tidak hanyut dalam arus perubahan itu. Disinilah penting adanya suatu tumpuan pijakan yang kuat bagi seseorang. Pijakan itu tidak lain dari budaya Indonesia dalam arti yang luas yang mendasari upaya orientasi atau wawasan setiap orang Indonesia.
Dalam kaitan dengan keterbukaan suatu masyarakat demokratis dalam rangka ketahanan budaya yang merupakan suatu mekanisme kontrol, keterbukaan disini bukan berarti ketelanjangan. Ketelanjangan adalah bebas menilai, sedangkan keterbukaan adalah syarat nilai. Ketelanjangan adalah bebas dari nilai menghargai keberadaan orang lain, tidak ada tenggang rasa dan musyawarah untuk mufakat. Sebaliknya keterbukaan mengimplikasikan sikap peduli (concern) terhadap sesama untuk kesejahtaraan bersama. Fisi dari peletak dasar Negara kita memang sangat jauh ke depan apabila mereka merumuskan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan membentuk Negara ini ialah untuk mancerdaskan kehidupan bangsa.

D. Peranan Dunia Akademik
Dalam dunia akademik selalu memainkan peranan sentral, ada masanya dunia akademik dijadikan konserfator nilai-nilai tertentu dari suatu dari sistem kekuasaan atau diperalat oleh sutu sistem kekuasaan. Ada pula masanya dunia akademik menjadi mata air perubahan sosial. Dari kedua situasi tersebut tersirat hakikat paling dalam, dalam dunia akademik ialah adanya kebebasan atau keterbukaan berfikir. Apabila dalam situasi pertama dunia akademik sengaja dibuat bungkam dan secara sadar digunakan untuk menindas kemerdekaan berfikir, maka dalam situasi kedua dunia akademik memainkan peranannya yang orisinal yaitu sebagai sumber ide bagi peningkatan hidup dan makna kehidupan manusia.
Dunia akademik mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menumbuhkembangkan kehidupan demokrasi atau keterbukaan. Budaya kampus memang didasarkan kepada keterbukaan. Kebebasan mimbar akademik pada hakekatnya adalah pengakuan terhadap keterbukaan ialah kepedulian terhadap fakta kehidupan serta keiinginan untuk menatanya dengan lebih baik.
Lembaga pendidikan tinggi dalam proses globalisasi dewasa ini dimana persaingan semakin tajam serta kualitas produksi termasuk produksi lembaga pendidikan tinggi semakin menjadi tuntutan, memang di masa depan eksistensi lembaga pendidikan tinggi akan ditentukan oleh kemampuan risetnya. Dewasa ini memang pembangunan pendidikan masih diarahkan pada usaha peningkatan sarana dan mutu ke arah pemerataan pengembangan terutama pada perguruan tinggi daerah.
Fungsi dunia akademik sebagai salah satu unsur penggerak pembangunan nasional dengan berpijak pada budaya keterbukaan kampus. Pendapat yang dikemukakan. Suerjanto Poespowardjojo mengenai hubungan antara lembaga pendidikan tinggi dengan kehidupan sosial. Pendidikan tinggi tidak dapat hanya menjadi penonton atau mungkin sebagai pengeritik kejadian sosial yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Perguruan tinggi adalah sebagian dari gerakan pembangunan nasional. Maka tugas pendidikan tinggi untuk menganalisa hal ini berarti bahwa fakta-fakta itu perlu dikaji relasinya dengan kehidupan sosial budaya bangsa secara keseluruhan. Dalam budaya kampus ditumbuhkan kemampuan dan keinginan untuk mencari dan menginterpretasikan faktor dan data dalam suatu konteks yang baru secara terus-menerus karena setiap entri data baru akan mengubah seluruh konteks yang ada sehingga memerlukan interpretasikan yang baru pula.

























BAB III
KESIMPUlLAN


            Manusia pada dasarnya memiliki fitrah untuk mendapatkan rasa aman, kesehatan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Manusia hidup di tengah-tengah masyarakat memerlukan sebuah ketrampilan sebagai bekal hidupnya. Dan untuk memiliki ketrampilan itu manusia perlu mendapatkan pendidikan sejak usia dini.
            Pendidikan itu untuk membentuk watak dan sikap ilmiah, moral yang baik berupa sabar, ikhlas dan rasa syukur. Disamping itu juga membentuk kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Sedangkan untuk membentuk semua itu tidak cukup hanya pendidikan di sekolah saja. Melainkan harus memadukan antara pendidikan keluarga, sekolah dan pendidikan masyarakat.
            Dengan memadukan semua aspek pendidikan yang ada diharapkan nanti manusia bisa menjadi warga masyarakat yang benar-benar terdidik yang memiliki moral yang baik dan kecerdasan yang optimal. Sehingga bisa hidup dalam mayarakat yang serba kompleks.





























DAFTAR PUSTAKA



Bakry, Hasbullah. 1990. Sistematik Filsafat. Jakarta: Widjaya Djakarta
Jalaludin & Said, Usman. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mudyahardjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suhartono, Suparlan. 2006. Fisafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tilaar, 1992. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Zaini, Sjahminan & Muhaimin. 1991. Belajar Sebagai Sarana Pengembangan Fitrah Manusia. Jakarta: Kalam Mulia



[1] Suparlan Hartono, Filsafat Pendidikan, hal. 77
[2] Sjahminan Zaini, Belajar Sebagai sarana Pengembangan Fitrah Manusia. Hal. 1
[3] Abdillah Hanafi, Pendidikan Non Formal, hal. 15-16
[4] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan. Hal. 3
[5] H.A.R. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, hal: vii
[6] Redja Mudyahardjo, Pengantar ......., hal. 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar