DAFTAR ISI
|
HALAMAN JUDUL
…………………………………………………….. i
|
|
DAFTAR ISI
……………………………………………………………...
|
1.1
|
1.2
|
1.3 Tujuan
…………………………………………………………
|
|
2.1 Pengertian Kalimat
Efektif …………………………………..
|
2.3 Tanda Hubung
Antarkalimat ……………………………..
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat merupakan unsur karangan terkecil pembawa
gagasan yang relatif lengkap. Sebagai pembawa pesan yang relatif lengkap,
kalimat merupakan hal yang penting diperhatikan dalam menulis karangan. Hal ini
disebabkan karangan terdiri atas suatu gagasan besar yang dipecah-pecah menjadi
gagasan-gagasan yang lebih kecil yang berbentuk paragraf, dan dipecah lagi
menjadi gagasan yang lebih kecil lagi yang tertuang dalam kalimat.
Kalimat mendukung dan menentukan jelas atau
tidaknya gagasan dalam karangan. Karangan yang didukung oleh kalimat-kalimat
yang tidak jelas gagasannya akan membuat pembaca tidak memahami konsep yang ada
dalam karangan tersebut.
Dalam menulis diperlukan penyusun kalimat yang
baik, yang biasa dikenal dengan kalimat efektif, mengetahui persyaratan atau
cirri-ciri kalimat efektif, dan mengetahui pertanda hubung antarkalimat, agar
menghasilkan suatu tulisan atau karangan yang baik.
Dari permasalahan di atas, penulis akan membahas
masalah tersebut dalam suatu makalah dengan judul “pengertian dan ciri-ciri
kalimat efektif serta tanda hubung antarkalimat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka
pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai
berikut.
1.
Apa pengertian kalimat efektif?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3.
Bagaimana tanda hubung
antarkalimat?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka
pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada tujuan sebagai berikut.
1.
Mengetahui pengertian kalimat
efektif.
2. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
3.
Mengetahui tanda hubung
antarkalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Di dalam buku bahasa indonesia ilmiah disebutkan bahwa kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat dipahami pembaca sama dengan yang dimaksudkan
penulis (Agus, 1995: 31). Dalam buku bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi
disebutkan pula bahwa kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat secara tepat mewakili atau persaan pengarang dan
sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar
(Rasjid, 1984: 30).
Syarat yang harus dipenuhi oleh kalimat efektif ialah dapat mewakili
gagasan atau persaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan
yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar/pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.
Kalimat efektif tidak saja dalam bentuk lisan
tetapi lebih penting lagi dalam bentuk tertulis. Kalimat dalam bentuk tertulis
itu terutama dalam karangan-karangan ilmiah seperti makalah, laporan ilmiah,
skripsi, tesis, disertsi, dan lain-lain. Keefektifan dalam kalimat melalui
peralihan kata agar pembaca mengerti dengan baik dan tepat informasi yang
disampaikan oleh penulis. Dengan demikian, kalimat efektif tidak lepas dari
masalah ejaan, pungtuasi dan diksi (pilihan kata), variasi dan ekonomi bahasa.
Bila hal itu dipenuhi tidak mungkin terjadi salah paham dalam komunikasi antar
individu. Setelah pikiran itu dituangkan dalam kalimat, kalimat itu menjadi
efektif.
Untuk membangun kalimat
efektif perlu diperhatikan hal berikut:
1. Kesatuan gagasan, yaitu
kalimat yang mengandung satu atau lebih ide pokok yang tidak dikacaukan,
sehingga gagasan itu jelas.
Contohnya dapat dilihat
sebagai berikut.
a. kesatuan gagasan yang jelas
-Penduduk desa Waringin itu
mendapat penjelasan mengenai konsep-konsep
Repelita (kesatuan tunggal).
-Dia telah meninggalkan
rumahnya pukul lima pagi, dan telah berangkat
dengan pesawat dua jam yang lalu menuju Medan (kesatuan gabungan).
-Kamu boleh menyusul saja ke
Kampus Ungu ASMI, atau tinggal saja di sini (kesatuan pilihan).
b. kesatuan yang tidak jelas
karena salah menggunakan kata-kata depan dan kalimatnya terlalu panjang. Misalnya:
o Kepada para mahasiswa yang belum membayar uang ujian diharap
mendaftarkan ke Sekretariat ASMI.
o
Di
setiap desa di Sumatera Barat telah mempunyai listrik.
2. Koherensi (perpaduan makna)
yang baik adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur (kata atau frase)
yang membentuk kalimat itu. Dalam hal ini yang terpenting adalah hubungan
antara subyek, predikat, dan obyek. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.
Adik saya yang paling kecil memukul anjing di
kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaga (betul).
Adik saya memukul dengan sekuat tenaganya kemarin
pagi di kebun anjing (salah).
3. Penekanan ialah bagian kata
atau frase yang dipentingkan dalam kalimat dan biasanya ditekankan di bagian
depan kalimat atau berubah menjadi pokok kalimat.
Gagasan utama yang
terdapat dalam kalimat didukung oleh subyek dan inti predikat. Dalam bahasa
lisan hal itu dapat dilakukan dengan tekanan, mimik muka, gerak tubuh, dan
sebagainya. Dalam kalimat tertulis penekanan itu dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
1) Mengubah posisi kalimat
tanpa mengubah makna kalimat tersebut dan kata/frase yang mengawali kalimat
menunjukkan kata/frase itu lebih penting, misalnya:
- Minggu depan kita menghapi ujian tengah
semester.
- Kita menghadapi ujian tengah semester minggu
depan.
- Ujian tengah semester kita hadapi minggu depan.
2) Pengulangan kata/frase yang
dianggap penting dalam sebuah kalimat atau dengan cara repetisi, misalnya: Aku sangat senang dengan ditemui para
gadis. Aku suka akan kecantikan
mereka, aku suka akan kelembutan mereka, aku suka akan kehangatan mereka, dan aku suka akan kesepian mereka.
3) Penonjolan amanat kalimat
dengan mempergunakan pertentangan kata atau pertentangan kalimat. Misalnya,
Penduduk desa itu tidak menghendaki perbaikan yang bersifat sementara, tetapi perbaikan yang kokoh terhadap jembatan itu.
4) Beberapa partikel dalam
bahasa dapat menonjolkan sebuah kata atau gagasan. Partikel-partikel itu dapat dilihat
dalam kalimat sebagai berikut.
- Hendak pulang pun hari sudah hujan.
- Andalah
yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
- Menlu mengatakan bahwa
negara RI dipercaya dunia monoter internasional dalam peninjauan pelita IV.
5) Kevariasian kalimat.
Kevariasian dalam kalimat untuk menghindari
kemonotonan yang bisa membosankan pembaca. Variasi kalimat bisa dengan
kalimat-kalimat pendek dengan mempergunakan bentuk aktif (me dan ber) dan
bentuk pasif (di dan ter), variasinya dengan mengubah variasi kalimat, dan
variasi makna. Misalnya, Seribu puspa di taman bunga seribu wangi menyegar
cinta.
2.2 Ciri-ciri Kalimat
Efektif
Dalam menulis suatu
karangan diperlukan kemampuan menyusun kalimat yang baik, agar pembaca memahami
apa yang dimaksudkan penulis. Kalimat ini mempunyai dua ciri umum, yaitu mampu
mewadahi konsep/gagasan yang dimiliki penulis secara tepat, dan mampu
menimbulkan kesamaan pandangan atau gagasan antara pembaca dengan penulisnya.
Agar kalimat dalam karya
ilmiah memiliki ciri seperti di atas, maka dalam penyusunan dibutuhkan berbagai
persyaratan. Secara garis besar, kalimat efektif mempunyai ciri-ciri (1)
gramatikal, (2) bernalar atau logis, (3) efisien, dan (4) jelas tidak
berambigu. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang
perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam karangan ilmiah.
1. Gramatikal
Suatu kalimat dikatakan
gramatikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang
bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam
kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis,
bentuk kata, dan ketepatan diksi.
Berdasarkan struktur
sintaksis, kalimat dikatakan gramatikal apabila urutan kata-kata yang membentuk
kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya. Pada kalimat
surat itu saya telah tanda tangani
merupakan kalimat yang tidak gramatikal, seharusnya surat itu telah saya tanda tangani. Karena urutan kata yang
menduduki fungsi predikat tidak sesuai dengan kaidah urutan dalam bahasa
Indonesia. Urutan kata yang tepat adalah kata saya dan tanda tangani tidak
dipisahkan dengan kata telah. Kata saya pada kalimat tersebut merupakan
kata inbuhan yang membentuk kata kerja persona. Kalau demikian, maka kata saya dan tanda tangani mempunyai hubungan yang erat dan tidak boleh disisipi
oleh bentuk yang lain.
Berdasarkan tata bentukan,
kalimat dikatakan gramatikal apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang
digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan
ketidakcermatan pembentukan kata. Dibawah ini contoh kalimat yang tidak
gramatikal karena kesalahan pembentukan kata.
- Mike Tyson pukul KO lawannya.
- Pemerintah bantu korban bencana
alam.
Kata-kata yang dicetak miring seharusnya memukul dan membantu.
Berdasarkan ketepatan
diksi, sebuah kalimat dikatakan gramatikal apabila dalam kalimat itu tidak
terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang
tepat sesuai dengan perilakunya, khusunya kata-kata yang mempunyai (makna)
kolokasi dan sinonim. Contohnya dapat dilihat pada kalimat sebagai berikut.
- Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
- Ibu saya tampan sekali.
Kedua kalimat contoh itu tidak gramatikal, karena pemakaian kata dalam
kedua kalimat itu tidak sesuai dengan kaidah penggunaan kata. Kata tewas bersinonim dengan kata mati, kata tampan dengan cantik.
Namun, kata-kata itu mempunyai perilaku yang berbeda dengan sinonimnya. Kata tewas, misalnya, dalam bahasa Indonesia
digunakan dalam hubungan dengan makhluk hidup, insani, dan terhormat. Guna
mendapatkan kalimat yang gramatikal, kalimat di atas dapat diubah sebagai
berikut.
- Lampu di ruang tamu itu telah mati.
- Ibu saya cantik sekali.
Berdasarkan uraian di atas
secara ringkas dapat dikatakan bahwa kegramatikalan kalimat tergantung pada (1)
ketepatan dan kelaziman urutan kata, (2) ketepatan penggunaan pembentukan kata,
dan (3) ketepatan penggunaan kata (diksi).
2. Logis
Suatu kalimat dikatakan
logis apabila informasi (proposisi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal
atau nalar. Logis-tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila (1) gagasan yang sampaikan
masuk akal, (2) hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan (3)
hubungan gagasan pokok dan gagasan penjelas juga masuk akal. Contohnya dapat
dilihat pada kalimat, kuda memanjat pohon.
Kalimatnya merupakan kalimat yang tak logis, karena tidak masuk akal.
Tentunya tak seorang pun menjadi saksi bahwa ada kuda yang memanjat pohon.
Kelogisan kalimat didukung
oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan
dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya. Contohnya dapat dilihat
dalam pada kalimat, pencopet itu telah berhasil
ditangkap oleh aparat kepolisian. Sebaiknya kata berhasil pada kalimat tersebut dihilangkan, sehingga menjadi
pencopet itu telah ditangkap oleh aparat kepolisian.
Kelogisan kalimat juga
ditentukan oleh pembentukan kata. Contohnya dapat dilihat dalam pada kalimat,
rina menangkapkan kupu-kupu adiknya. Sebaiknya, rina menangkap kupu-kupu untuk
adiknya.
Kalimat tidak logis dapat
disebabkan oleh penggunaan logika bahasa yang salah. Seperti tampak pada
kalimat berikut.
- Waktu dan tempat kami persilahkan!
- Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Kedua kalimat tersebut di atas termasuk kalimat yang tidak logis. Kalimat
yang salah logika itu dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.
- Waktu dan tempat kami serahkan.
- Yang merasa kehilangan buku harap
mengambilnya di kantor TU.
3. Efisien
Kalimat
efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan pada kata. Artinya,
kalimat itu hanya menggunakan kata sedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan
informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan
banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan
kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami. Contoh dapat dilihat sebagai
berikut
Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang
lebih dua bulan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata yang kami kerjakan di desa
Semanten di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga
Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 1981,
bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Semanten belum berhasil.
Kalimat di atas
benar-benar padat kata, bukan padat isi. Beberapa kata diulang-ulang (misalnya
frase Keluarga Berencana, Kuliah Kerja Nyata, dan lain sebagainya) sehingga
menimbulkan kekaburan makna. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi kalimat
berikut.
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan
program KKN di desa Semanten pada bulan Juni-Juli 1981, ternyata pelaksanaan KB
di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai
dengan tiadanya unsur kalimat yang tak ada manfaatnya (atau ada unsur
mubadzir). Contohnya
dapat dilihat pada kalimat.
-
Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
-
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan
Soviet di perbatasan kota.
Kalimat amat
sangat kecil sekali mengandung tiga unsur yang sinonim, yaitu kata amat, sangat dan sekali.
Selanjutnya kata tembak-menembahk mempunyai
arti ‘saling menembak’. Jadi penggunaan kata saling pada kata saling
tembak-menembak tidak perlu. Keduanya sebagai pengeras yang mempunyai makna
relatif sama. Oleh sebab itu, penggunaan tiga kata itu secara bersama-sama
sebaiknya dihindari, cukup menggunakan salah satu saja.
Dalam
kehidupan sehari-hari ataupun di surat kabar sering dijumpai pula penggunaan
unsur mubadzir. Unsur mubadzir itu dapat berupa penggunaan kata tugas seperti
pada kalimat berikut.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitian.
Kata yang dicetak miring tersebut merupakan unsur
yang mubadzir. Kata itu tidak mempunyai fungsi gramatikal. Jadi, untuk
mendapatkan kalimat yang efisien kata itu harus dihilangkan.
4. Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk manyampaikan
informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila
proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca . Kalimat
yang proposisinya mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas.
Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat
ambigius. Kalimat yang ambigius dalam karang-mengarang harus dihindari, sebab
dapat menimbulkan salah pengertian. Contohnya dapat dilihat pada kalimat.
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kalimat diatas termasuk kalimat yang ambigius
atau mendua arti. Kalimat itu mempunyai kemungkinan makna seperti berikut.
- Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik.
- Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak
ramah
Kesalahan
penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam Koran
sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Kalimat
panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Kalimat yang panjang biasanya proposisinya sulit dipahami oleh pembaca.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal berikut. Karya ilmiah harus ditulis
dengan menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan pesan sebagaimana dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki
empat persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu
kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun berdasarkan
kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi yang
disampaikan penulis dapat diterima oleh akak sehat. Suatu kalimat dikatakan
efisien apabila dalam kalimat tersebut tidak ditemukan unsur yang mubazir. Kejelasan
kalimat berhubungan dengan ketidakambigiusan makna kalimat.
2.3 Tanda Hubung
Antarkalimat
Dalam
materi awal kita sudah dijelaskan tentang tanda hubung oleh kelompok satu.
Tentunya kita sudah memahami makna dan penggunaan tanda hubung itu sendiri.
Tanda hubung dipakai
dalam hal-hal; menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris,
menyambung unsur-unsur kata ulang, menyambung huruf dari kata yang dieja
satu-satu, merangkaikan (se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan
huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an, singkatan
huruf capital dengan imbuhan), merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing, dan memperjelas bagian-bagian ungkapan.
Untuk menghubungkan kata
dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat disebut kata
penghubung. Umpamanya kata dan, karena, dan ketika.
Dilihat dari fungsinya
dibedakan adanya dua macam kata penghubung, yaitu:
1. Kata penghubung
yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau
setara. Kata penghubung setara ini dapat dibedakan lagi manjadi kata penghubung
yang:
a) Menggabungkan biasa, yaitu kata
penghubung dan, dengan, serta. Contoh:
- Ibu dan ayah pergi ke Malang.
- Ibu dengan ayah pergi ke Malang.
- Kakek serta nenek akan datang minggu depan
b) Menggabungkan
memilih, yaitu kata penghubung atau. Contoh:
- Bagi saya makan nasi atau roti tidak menjadi masalah.
c) Menggabungkan
memepertentangkan, yaitu kata penghubung tetapi, namun, sedangkan,
sebaliknya. Contoh:
- Anak itu cerdas tetapi malas
- Sejak kecil dia kami
asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang dia
lupa kepada kami.
- Ayahnya seorang
dokter, sedangkan ibunya menjadi
bidan.
- Di
hadapan kita dia menang ramah, sebaliknya,
jauh dari kita sombongnya bukan main.
d) Menggabungkan
membetulkan, yaitu kata penghubung melainkan, hanya. Contoh:
- Bukan dia yang datang, melainkan ayahnya.
- Rumahnya besar dan bagus, hanya halamannya kurang luas.
e) Menggabungkan
menegaskan, yaitu kata penghubung bahkan, malah (malahan),
lagipula, apalagi, jangankan. Contoh:
- Anak itu memang nakal.
Bahkan ibunya sendiri pernah
ditipunya.
-
Diberi pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah dia memburuk-burukkan nama kita.
-
Saya tidak hadir karena sakit, lagipula saya
tidak diundang.
-
Kamu saja yang lulusan SMA tidak tahu, apalagi
saya yang cuma tamatan SD.
- Jangankan membantu kita, malah kita yang harus membantu.
f) Menggabungkan
membatasi, yaitu kata penghubung kecuali, hanya. Contoh:
- Semua sudah hadir kecuali Anwar.
- Semua orang setuju, hanya dia yang tidak setuju.
g) Menggabungkan
mengurutkan, yaitu kata penghubung lalu, kemudian, selanjutnya.
Contoh:
- Diambilnya selembar kertas dan
sebuah pena lalu ditulisnya sebuah surat, kemudian,
dipanggilnya anaknya, selanjutnya
disuruh anaknya itu mengantarkan surat
itu.
h) Menggabungkan menyamakan, yaitu
kata penghubung yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah.
Contoh:
-
Kedua pencuri
itu, yakni Dadi dan Dali, telah
tertangkap polisi.
-
Ayah berkata bahwa hari ini akan pergi ke Malang.
-
Bis adalah kendaraan umum yang dapat
mengangkut banyak penumpang.
i)
Menggabungkan menyimpulkan, yaitu kata penghubung jadi,
karena itu, oleh sebab itu. Contoh:
- Ibunya meninggal
ketika ia berumur dua tahun. Ayahnya meninggal sewaktu dia berusia empat tahun.
Jadi, sejak kecil dia sudah yatim
piatu.
-
Kami tidak
diundang. Karena itu, kami tidak
datang.
2. Kata penghubung
yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat,
melainkan bertingkat. Kata penghubung bertingkat ini dapat dibedakan lagi
menjadi kata penghubung yang:
a)
Menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab
dan karena.
Contoh:
-
Tanpa sebab yang jelas dia marah kepadaku
-
Karena permaalahan kemarin, sekarang dia benci sama saya.
b) Menyatakan
syarat, yaitu kata penghubung kalau, jikalau, jika, bila,
apabila, dan asal. Contoh:
-
Saya akan merantau kalau diizinkan ibu.
-
Saya ingin mengantarkannya jikalau dia menghendaki
c) Menyatakan
tujuan, yaitu kata penghubung agar dan supaya. Contoh:
- Kami melakukan
tindakan keras itu agar supaya mereka
sadar dan mau memperbaiki kesalahan mereka.
d) Menyatakan
waktu, yaitu kata penghubung ketika, sewaktu, sebelum, sesudah,
dan tatkala. Contoh:
-
Dia datang ketika kami sedang makan.
-
Ayah membaca
koran pagi sebelum berangkat kerja.
-
Kami akan berlibur ebtanas
selesai.
e) Menyatakan
akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga, dan sehingga.
Contoh:
- Dia jatuh dari pohon sehingga tangannya patah.
f) Menyatakan
sasaran, yaitu kata penghubung untuk dan guna. Contoh:
- Untuk mengamankan pelaksanaan ujian, dua orang polisi
ditempatkan di setiap sekolah.
g) Menyatakan
perbandingan, yaitu kata penghubung seperti, sebagai, dan laksana.
Contoh:
- Kami sangat terkejut seperti mendengar petir di hari terang.
h) Menyatakan
tempat, yaitu kata penghubung tempat. Contoh:
- Rumah tempat mereka berjudi digrebek polisi.
Kata penghubung ada yang
hanya dapat digunakan untuk intrakalimat; tetapi ada pula yang dapat digunakan
untuk antarkalimat, untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Kata penghubung
yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah:
(1) Sebab itu, karena itu,
oleh karena itu, dan itulah sebabnya, yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat dengan kalimat makna yang menyatakan akibat atau alasan. Contoh:
-
Sungai-sungai dan saluran-saluran air di Jakarta
penuh dengan sampah dan kotoran. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran
kalau bahaya banjir selalu mengancam.
-
Akhir-akhir ini bahaya kebakaran nampak mengikat. Sebab
itu, kita harus pula meningkatkan kewaspadaan.
-
Dulu dia pernah menipu ayah saya, dan kemarin dia
membohongi saya. Itulah sebabnya, mengapa saya benci kepadanya.
(2) Jadi, makna, kalau
begitu, jika demikian, begitulah, dan jika begitu,
yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang
menyatakan kesimpulan. Contoh:
- Minggu yang lalu kau meminjam uang saya lima ribu rupiah, sekarang meminjam lagi dua ribu lima ratus rupiah. Jadi,
hutangmu semua tujuh ribu lima
ratus rupiah.
A:
Kita belum membayar uang langganan listrik; besok hari Minggu, dan hari
Seninnya sudah tanggal 21.
B: Kalau
begitu, kita harus mambayarnya sekarang.
(3) Sebelum itu, sesudah itu,
dan sementara itu yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan
kalmat dengan makna menyatakan ‘waktu’. Contoh:
-
Kami baru saja selesai membangun masjid ini. Sebelum
itu, kami pun telah selesai membangun jembatan itu.
-
Kenaikan gaji baru berlaku mulai bulan April. Sementara
itu, harga barang-barang sudah naik lebih dahulu.
(4) Itu pun, lagi pula,
apalagi, selain itu, dan tambahan lagi, yang digunakan
untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dengan makna menyatakan ‘menguatkan’
atau ‘menegaskan’. Contoh:
- Orang lain
menyumbang sedikitnya seribu rupiah, tetapi dia hanya seratus rupiah. Itu pun diberikannya dengan berat hati.
-
Anak-anak itu memang nakal. Apalagi kalau
jauh dari orang tuanya.
- Karena masih ada
keperluan lain, maka uang langganan listrik itu tidak usahlah dibayar dulu. Lagi pula sekarang baru tanggal lima.
(5) Sebaliknya yang digunakan
untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dengan makna yang menyatakan
‘pertentangan’. Contoh:
-
Di kantor dia sangat galak terhadap bawahannya. Sebaliknya
di rumah sangat takut pada istrinya.
BAB III
PENUTUP
a.
Simpulan
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat secara tepat mewakili atau persaan pengarang dan
sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar.
Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri (1)
gramatikal, (2) bernalar atau logis, (3) efisien, dan (4) jelas tidak
berambigu. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang
perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam karangan ilmiah.
Kata penghubung yang
dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah sebab itu,
karena itu, oleh karena itu, itulah sebabnya
Jadi, makna, kalau begitu, jika
demikian, begitulah, jika begitu, sebelum itu, sesudah itu,
sementara itu, itu pun, lagi pula, apalagi, selain
itu, tambahan lagi, dan sebaliknya.
b.
Saran
Semoga makalah ini dapat
membantu dalam menulis atau
menyusun karangan dengan kalimat yang baik, yang biasa dikenal dengan kalimat
efektif. Disamping itu, tanda hubung dan kata hubung juga perlu untuk
mengabungkan antarkalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Imam
Basuki dkk. 1995. Bahasa Indonesia Ilmiah, Malang: IKIP Malang.
Badudu,
JS. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer,
Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sartuni,
Rasjid dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Nina
Dinamika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar