Jumat, 26 Oktober 2012

Kalimat Efektif (Bahasa Indonesia)



DAFTAR ISI


i
 
 
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i
iii
 
ii
 
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
1
 
BAB I PENDAHULUAN
1.1 
1
 
Latar Belakang ……………………………………………….
1.2 
1
 
Rumusan Masalah ……………………………………………
1.3  Tujuan …………………………………………………………
5
 
3
 
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif …………………………………..
10
 
2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif ………………………………………
2.3 Tanda Hubung Antarkalimat ……………………………..
15
 
BAB III PENUTUP
15
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kalimat merupakan unsur karangan terkecil pembawa gagasan yang relatif lengkap. Sebagai pembawa pesan yang relatif lengkap, kalimat merupakan hal yang penting diperhatikan dalam menulis karangan. Hal ini disebabkan karangan terdiri atas suatu gagasan besar yang dipecah-pecah menjadi gagasan-gagasan yang lebih kecil yang berbentuk paragraf, dan dipecah lagi menjadi gagasan yang lebih kecil lagi yang tertuang dalam kalimat.
Kalimat mendukung dan menentukan jelas atau tidaknya gagasan dalam karangan. Karangan yang didukung oleh kalimat-kalimat yang tidak jelas gagasannya akan membuat pembaca tidak memahami konsep yang ada dalam karangan tersebut.
Dalam menulis diperlukan penyusun kalimat yang baik, yang biasa dikenal dengan kalimat efektif, mengetahui persyaratan atau cirri-ciri kalimat efektif, dan mengetahui pertanda hubung antarkalimat, agar menghasilkan suatu tulisan atau karangan yang baik.
Dari permasalahan di atas, penulis akan membahas masalah tersebut dalam suatu makalah dengan judul “pengertian dan ciri-ciri kalimat efektif serta tanda hubung antarkalimat”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian kalimat efektif?
2.      Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3.      Bagaimana tanda hubung antarkalimat?

1.3  Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada tujuan sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengertian kalimat efektif.
2.      Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
3.      Mengetahui tanda hubung antarkalimat.





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Di dalam buku bahasa indonesia ilmiah disebutkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat dipahami pembaca sama dengan yang dimaksudkan penulis (Agus, 1995: 31). Dalam buku bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi disebutkan pula bahwa kalimat efektif adalah  kalimat yang dapat secara tepat mewakili atau persaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar (Rasjid, 1984: 30).
Syarat yang harus dipenuhi oleh kalimat efektif ialah dapat mewakili gagasan atau persaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar/pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
            Kalimat efektif tidak saja dalam bentuk lisan tetapi lebih penting lagi dalam bentuk tertulis. Kalimat dalam bentuk tertulis itu terutama dalam karangan-karangan ilmiah seperti makalah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, disertsi, dan lain-lain. Keefektifan dalam kalimat melalui peralihan kata agar pembaca mengerti dengan baik dan tepat informasi yang disampaikan oleh penulis. Dengan demikian, kalimat efektif tidak lepas dari masalah ejaan, pungtuasi dan diksi (pilihan kata), variasi dan ekonomi bahasa. Bila hal itu dipenuhi tidak mungkin terjadi salah paham dalam komunikasi antar individu. Setelah pikiran itu dituangkan dalam kalimat, kalimat itu menjadi efektif.
            Untuk membangun kalimat efektif perlu diperhatikan hal berikut:
1. Kesatuan gagasan, yaitu kalimat yang mengandung satu atau lebih ide pokok yang tidak dikacaukan, sehingga gagasan itu jelas.

Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.
a. kesatuan gagasan yang jelas
-Penduduk desa Waringin itu mendapat penjelasan mengenai konsep-konsep       Repelita (kesatuan tunggal).
-Dia telah meninggalkan rumahnya pukul lima pagi, dan telah berangkat  dengan pesawat dua jam yang lalu menuju Medan (kesatuan gabungan).
-Kamu boleh menyusul saja ke Kampus Ungu ASMI, atau tinggal saja di sini (kesatuan pilihan).
b. kesatuan yang tidak jelas karena salah menggunakan kata-kata depan dan kalimatnya terlalu panjang. Misalnya:
o  Kepada para mahasiswa yang belum membayar uang ujian diharap mendaftarkan ke Sekretariat ASMI.
o   Di setiap desa di Sumatera Barat telah mempunyai listrik.
2. Koherensi (perpaduan makna) yang baik adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur (kata atau frase) yang membentuk kalimat itu. Dalam hal ini yang terpenting adalah hubungan antara subyek, predikat, dan obyek. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.
Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaga (betul).
Adik saya memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing (salah).
3. Penekanan ialah bagian kata atau frase yang dipentingkan dalam kalimat dan biasanya ditekankan di bagian depan kalimat atau berubah menjadi pokok kalimat.
            Gagasan utama yang terdapat dalam kalimat didukung oleh subyek dan inti predikat. Dalam bahasa lisan hal itu dapat dilakukan dengan tekanan, mimik muka, gerak tubuh, dan sebagainya. Dalam kalimat tertulis penekanan itu dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Mengubah posisi kalimat tanpa mengubah makna kalimat tersebut dan kata/frase yang mengawali kalimat menunjukkan kata/frase itu lebih penting, misalnya:
- Minggu depan kita menghapi ujian tengah semester.
- Kita menghadapi ujian tengah semester minggu depan.
- Ujian tengah semester kita hadapi minggu depan.
2) Pengulangan kata/frase yang dianggap penting dalam sebuah kalimat atau dengan cara repetisi, misalnya: Aku sangat senang dengan ditemui para gadis. Aku suka akan kecantikan mereka, aku suka akan kelembutan mereka, aku suka akan kehangatan mereka, dan aku suka akan kesepian mereka.
3) Penonjolan amanat kalimat dengan mempergunakan pertentangan kata atau pertentangan kalimat. Misalnya, Penduduk desa itu tidak menghendaki perbaikan yang bersifat sementara, tetapi perbaikan yang kokoh terhadap jembatan itu.
4) Beberapa partikel dalam bahasa dapat menonjolkan sebuah kata atau gagasan. Partikel-partikel itu dapat dilihat dalam kalimat sebagai berikut.
- Hendak pulang pun hari sudah hujan.
- Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
- Menlu mengatakan bahwa negara RI dipercaya dunia monoter internasional dalam peninjauan pelita IV.
5) Kevariasian kalimat.
Kevariasian dalam kalimat untuk menghindari kemonotonan yang bisa membosankan pembaca. Variasi kalimat bisa dengan kalimat-kalimat pendek dengan mempergunakan bentuk aktif (me dan ber) dan bentuk pasif (di dan ter), variasinya dengan mengubah variasi kalimat, dan variasi makna. Misalnya, Seribu puspa di taman bunga seribu wangi menyegar cinta.

2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
            Dalam menulis suatu karangan diperlukan kemampuan menyusun kalimat yang baik, agar pembaca memahami apa yang dimaksudkan penulis. Kalimat ini mempunyai dua ciri umum, yaitu mampu mewadahi konsep/gagasan yang dimiliki penulis secara tepat, dan mampu menimbulkan kesamaan pandangan atau gagasan antara pembaca dengan penulisnya.
            Agar kalimat dalam karya ilmiah memiliki ciri seperti di atas, maka dalam penyusunan dibutuhkan berbagai persyaratan. Secara garis besar, kalimat efektif mempunyai ciri-ciri (1) gramatikal, (2) bernalar atau logis, (3) efisien, dan (4) jelas tidak berambigu. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam karangan ilmiah.

1. Gramatikal
            Suatu kalimat dikatakan gramatikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi.
            Berdasarkan struktur sintaksis, kalimat dikatakan gramatikal apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya. Pada kalimat surat itu saya telah tanda tangani merupakan kalimat yang tidak gramatikal, seharusnya surat itu telah saya tanda tangani. Karena urutan kata yang menduduki fungsi predikat tidak sesuai dengan kaidah urutan dalam bahasa Indonesia. Urutan kata yang tepat adalah kata saya dan tanda tangani tidak dipisahkan dengan kata telah. Kata saya pada kalimat tersebut merupakan kata inbuhan yang membentuk kata kerja persona. Kalau demikian, maka kata saya dan tanda tangani mempunyai hubungan yang erat dan tidak boleh disisipi oleh bentuk yang lain.
            Berdasarkan tata bentukan, kalimat dikatakan gramatikal apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata. Dibawah ini contoh kalimat yang tidak gramatikal karena kesalahan pembentukan kata.
- Mike Tyson pukul KO lawannya.
- Pemerintah bantu korban bencana alam.
Kata-kata yang dicetak miring seharusnya memukul dan membantu.
            Berdasarkan ketepatan diksi, sebuah kalimat dikatakan gramatikal apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat sesuai dengan perilakunya, khusunya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim. Contohnya dapat dilihat pada kalimat sebagai berikut.
- Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
- Ibu saya tampan sekali.
Kedua kalimat contoh itu tidak gramatikal, karena pemakaian kata dalam kedua kalimat itu tidak sesuai dengan kaidah penggunaan kata. Kata tewas bersinonim dengan kata mati, kata tampan dengan cantik. Namun, kata-kata itu mempunyai perilaku yang berbeda dengan sinonimnya. Kata tewas, misalnya, dalam bahasa Indonesia digunakan dalam hubungan dengan makhluk hidup, insani, dan terhormat. Guna mendapatkan kalimat yang gramatikal, kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut.
- Lampu di ruang tamu itu telah mati.
- Ibu saya cantik sekali.
            Berdasarkan uraian di atas secara ringkas dapat dikatakan bahwa kegramatikalan kalimat tergantung pada (1) ketepatan dan kelaziman urutan kata, (2) ketepatan penggunaan pembentukan kata, dan (3) ketepatan penggunaan kata (diksi).

2. Logis
            Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proposisi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis-tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila (1) gagasan yang sampaikan masuk akal, (2) hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan (3) hubungan gagasan pokok dan gagasan penjelas juga masuk akal. Contohnya dapat dilihat pada kalimat, kuda memanjat pohon.
Kalimatnya merupakan kalimat yang tak logis, karena tidak masuk akal. Tentunya tak seorang pun menjadi saksi bahwa ada kuda yang memanjat pohon.
            Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya. Contohnya dapat dilihat dalam pada kalimat, pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh aparat kepolisian. Sebaiknya kata berhasil pada kalimat tersebut dihilangkan, sehingga menjadi pencopet itu telah ditangkap oleh aparat kepolisian.
            Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata. Contohnya dapat dilihat dalam pada kalimat, rina menangkapkan kupu-kupu adiknya. Sebaiknya, rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
            Kalimat tidak logis dapat disebabkan oleh penggunaan logika bahasa yang salah. Seperti tampak pada kalimat berikut.
- Waktu dan tempat kami persilahkan!
- Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Kedua kalimat tersebut di atas termasuk kalimat yang tidak logis. Kalimat yang salah logika itu dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.
-    Waktu dan tempat kami serahkan.
-    Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.

3. Efisien
            Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan pada kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami. Contoh dapat dilihat sebagai berikut
Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata yang kami kerjakan di desa Semanten di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 1981, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Semanten belum berhasil.
Kalimat di atas benar-benar padat kata, bukan padat isi. Beberapa kata diulang-ulang (misalnya frase Keluarga Berencana, Kuliah Kerja Nyata, dan lain sebagainya) sehingga menimbulkan kekaburan makna. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Semanten pada bulan Juni-Juli 1981, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tak ada manfaatnya (atau ada unsur mubadzir). Contohnya dapat dilihat pada kalimat.
-      Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
-      Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Kalimat amat sangat kecil sekali mengandung tiga unsur yang sinonim, yaitu kata amat, sangat dan sekali. Selanjutnya kata tembak-menembahk mempunyai arti ‘saling menembak’. Jadi penggunaan kata saling pada kata saling tembak-menembak tidak perlu. Keduanya sebagai pengeras yang mempunyai makna relatif sama. Oleh sebab itu, penggunaan tiga kata itu secara bersama-sama sebaiknya dihindari, cukup menggunakan salah satu saja.
            Dalam kehidupan sehari-hari ataupun di surat kabar sering dijumpai pula penggunaan unsur mubadzir. Unsur mubadzir itu dapat berupa penggunaan kata tugas seperti pada kalimat berikut.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitian.
Kata yang dicetak miring tersebut merupakan unsur yang mubadzir. Kata itu tidak mempunyai fungsi gramatikal. Jadi, untuk mendapatkan kalimat yang efisien kata itu harus dihilangkan.

4. Jelas
            Tujuan menyusun kalimat adalah untuk manyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca . Kalimat yang proposisinya mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius. Kalimat yang ambigius dalam karang-mengarang harus dihindari, sebab dapat menimbulkan salah pengertian. Contohnya dapat dilihat pada kalimat.
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kalimat diatas termasuk kalimat yang ambigius atau mendua arti. Kalimat itu mempunyai kemungkinan makna seperti berikut.
- Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik.
- Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah
            Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam Koran sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
            Kalimat panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat. Kalimat yang panjang biasanya proposisinya sulit dipahami oleh pembaca.
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal berikut. Karya ilmiah harus ditulis dengan menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan sebagaimana dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki empat persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun berdasarkan kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi yang disampaikan penulis dapat diterima oleh akak sehat. Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut tidak ditemukan unsur yang mubazir. Kejelasan kalimat berhubungan dengan ketidakambigiusan makna kalimat.

2.3 Tanda Hubung Antarkalimat
            Dalam materi awal kita sudah dijelaskan tentang tanda hubung oleh kelompok satu. Tentunya kita sudah memahami makna dan penggunaan tanda hubung itu sendiri.
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal; menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris, menyambung unsur-unsur kata ulang, menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu, merangkaikan (se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan ­an, singkatan huruf capital dengan imbuhan), merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing, dan memperjelas bagian-bagian ungkapan.
Untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung. Umpamanya kata dan, karena, dan ketika.
Dilihat dari fungsinya dibedakan adanya dua macam kata penghubung, yaitu:
1.  Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung setara ini dapat dibedakan lagi manjadi kata penghubung yang:
a)      Menggabungkan biasa, yaitu kata penghubung dan, dengan, serta. Contoh:
- Ibu dan ayah pergi ke Malang.
- Ibu dengan ayah pergi ke Malang.
- Kakek serta nenek akan datang minggu depan
b)      Menggabungkan memilih, yaitu kata penghubung atau. Contoh:
- Bagi saya makan nasi atau roti tidak menjadi masalah.
c)      Menggabungkan memepertentangkan, yaitu kata penghubung tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Contoh:
- Anak itu cerdas tetapi malas
- Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang dia lupa kepada kami.
- Ayahnya seorang dokter, sedangkan ibunya menjadi bidan.
- Di hadapan kita dia menang ramah, sebaliknya, jauh dari kita sombongnya bukan main.
d)     Menggabungkan membetulkan, yaitu kata penghubung melainkan, hanya. Contoh:
- Bukan dia yang datang, melainkan ayahnya.
- Rumahnya besar dan bagus, hanya halamannya kurang luas.
e)      Menggabungkan menegaskan, yaitu kata penghubung bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan. Contoh:
- Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya.
- Diberi pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah dia memburuk-burukkan nama kita.
- Saya tidak hadir karena sakit, lagipula saya tidak diundang.
- Kamu saja yang lulusan SMA tidak tahu, apalagi saya yang cuma tamatan SD.
- Jangankan membantu kita, malah kita yang harus membantu.  
f)       Menggabungkan membatasi, yaitu kata penghubung kecuali, hanya. Contoh:
- Semua sudah hadir kecuali Anwar.
- Semua orang setuju, hanya dia yang tidak setuju.
g)      Menggabungkan mengurutkan, yaitu kata penghubung lalu, kemudian, selanjutnya. Contoh:
-  Diambilnya selembar kertas dan sebuah pena lalu ditulisnya sebuah surat, kemudian, dipanggilnya anaknya, selanjutnya disuruh anaknya itu mengantarkan surat itu.
h)      Menggabungkan menyamakan, yaitu kata penghubung yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah. Contoh:
-           Kedua pencuri itu, yakni Dadi dan Dali, telah tertangkap polisi.
-           Ayah berkata bahwa hari ini akan pergi ke Malang.
-           Bis adalah kendaraan umum yang dapat mengangkut banyak penumpang.
i)        Menggabungkan menyimpulkan, yaitu kata penghubung jadi, karena itu, oleh sebab itu. Contoh:
-  Ibunya meninggal ketika ia berumur dua tahun. Ayahnya meninggal sewaktu dia berusia empat tahun. Jadi, sejak kecil dia sudah yatim piatu.
-           Kami tidak diundang. Karena itu, kami tidak datang.
2.  Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat. Kata penghubung bertingkat ini dapat dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
a)      Menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab dan karena.
Contoh:
-           Tanpa sebab yang jelas dia marah kepadaku
-           Karena permaalahan kemarin, sekarang dia benci sama  saya.
b)      Menyatakan syarat, yaitu kata penghubung kalau, jikalau, jika, bila, apabila, dan asal. Contoh:
-          Saya akan merantau kalau diizinkan  ibu.
-          Saya ingin mengantarkannya jikalau dia menghendaki
c)      Menyatakan tujuan, yaitu kata penghubung agar dan supaya. Contoh:
-  Kami melakukan tindakan keras itu agar supaya mereka sadar dan mau memperbaiki kesalahan mereka.
d)     Menyatakan waktu, yaitu kata penghubung ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, dan tatkala. Contoh:
-           Dia datang ketika kami sedang makan.
-           Ayah membaca koran pagi sebelum berangkat kerja.
-           Kami akan berlibur ebtanas selesai.
e)      Menyatakan akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga, dan sehingga. Contoh:
- Dia jatuh dari pohon sehingga tangannya patah.
f)       Menyatakan sasaran, yaitu kata penghubung untuk dan guna. Contoh:
-  Untuk mengamankan pelaksanaan ujian, dua orang polisi ditempatkan di setiap sekolah.
g)      Menyatakan perbandingan, yaitu kata penghubung seperti, sebagai, dan laksana. Contoh:
- Kami sangat terkejut seperti mendengar petir di hari terang.
h)      Menyatakan tempat, yaitu kata penghubung tempat. Contoh:
- Rumah tempat mereka berjudi digrebek polisi.
Kata penghubung ada yang hanya dapat digunakan untuk intrakalimat; tetapi ada pula yang dapat digunakan untuk antarkalimat, untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Kata penghubung yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah:
(1)   Sebab itu, karena itu, oleh karena itu, dan itulah sebabnya, yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat makna yang menyatakan akibat atau alasan. Contoh:
-      Sungai-sungai dan saluran-saluran air di Jakarta penuh dengan sampah dan kotoran. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran kalau bahaya banjir selalu mengancam.
-      Akhir-akhir ini bahaya kebakaran nampak mengikat. Sebab itu, kita harus pula meningkatkan kewaspadaan.
-      Dulu dia pernah menipu ayah saya, dan kemarin dia membohongi saya. Itulah sebabnya, mengapa saya benci kepadanya.
(2)   Jadi, makna, kalau begitu, jika demikian, begitulah, dan jika begitu, yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan kesimpulan. Contoh:
-      ­Minggu yang lalu kau meminjam uang saya lima ribu rupiah, sekarang meminjam lagi dua ribu lima ratus rupiah. Jadi, hutangmu semua tujuh ribu lima ratus rupiah.
A: Kita belum membayar uang langganan listrik; besok hari Minggu, dan hari Seninnya sudah tanggal 21.
B: Kalau begitu, kita harus mambayarnya sekarang.
(3)   Sebelum itu, sesudah itu, dan sementara itu yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalmat dengan makna menyatakan ‘waktu’. Contoh:
-      Kami baru saja selesai membangun masjid ini. Sebelum itu, kami pun telah selesai membangun jembatan itu.
-      Kenaikan gaji baru berlaku mulai bulan April. Sementara itu, harga barang-barang sudah naik lebih dahulu.
(4)   Itu pun, lagi pula, apalagi, selain itu, dan tambahan lagi, yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dengan makna menyatakan ‘menguatkan’ atau ‘menegaskan’. Contoh:
-      ­Orang lain menyumbang sedikitnya seribu rupiah, tetapi dia hanya seratus rupiah. Itu pun diberikannya dengan berat hati.
-      Anak-anak itu memang nakal. Apalagi kalau jauh dari orang tuanya.
-      Karena masih ada keperluan lain, maka uang langganan listrik itu tidak usahlah dibayar dulu. Lagi pula sekarang baru tanggal lima.
(5)   Sebaliknya yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dengan makna yang menyatakan ‘pertentangan’. Contoh:
-      Di kantor dia sangat galak terhadap bawahannya. Sebaliknya di rumah sangat takut pada istrinya.










BAB III
PENUTUP

a.      Simpulan
Kalimat efektif adalah  kalimat yang dapat secara tepat mewakili atau persaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar.
Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri (1) gramatikal, (2) bernalar atau logis, (3) efisien, dan (4) jelas tidak berambigu. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam karangan ilmiah.
Kata penghubung yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah sebab itu, karena itu, oleh karena itu, itulah sebabnya
Jadi, makna, kalau begitu, jika demikian, begitulah, jika begitu, sebelum itu, sesudah itu, sementara itu, itu pun, lagi pula, apalagi, selain itu, tambahan lagi, dan sebaliknya.

b.      Saran
Semoga makalah ini dapat membantu dalam menulis atau menyusun karangan dengan kalimat yang baik, yang biasa dikenal dengan kalimat efektif. Disamping itu, tanda hubung dan kata hubung juga perlu untuk mengabungkan antarkalimat.










DAFTAR PUSTAKA


Agus, Imam Basuki dkk. 1995. Bahasa Indonesia Ilmiah, Malang: IKIP Malang.


Badudu, JS. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.


Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.


                    Sartuni, Rasjid dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Nina Dinamika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar