Jumat, 03 Mei 2013

AGAMA SHINTO



AGAMA SHINTO

BAB I
PENDAHULUAN


A.                LATAR BELAKANG
Shinto sebagai agama asli Jepang mempunyai kelonggaran aturan-aturan. Hal ini tampak pada berbagai macam kepercayaan dan pelaksanaannya. Didalamnya keberagaman hal ini begitu luas sehingga kadang-kadang begitu sulit untuk mendefisikan Shinto. Oleh karena itu, kita hanya bisa mendaftar beberapa saja diantaranya yang terlihat, Shinto adalah sebuah bentuk patriotisme Jepang yang Religious. Mereka memiliki metologi yang menggambarkan Jepang sebagai Negara paling superior dibanding yang lainya. Ia memuja pahlawan-pahlawan yang hebat dan kejadian-kejadian besar dalam sejarah Jepang. Menurut sejarah, ia mengajarkan orang-orang Jepang bahwa kaisar mereka merupakan keturunan dari dewi matahari.  
Agama Shinto mempercayai keberadaan berbagai macam dewa (Kami). Jumlah dewa dalam agama Shinto tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah sebagaimana diungkapkan dalam istilah yao-yarozu no kami (delapan juta dewa). Pandangan agama Shinto menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki watak yang baik dan bersih. Keadaaanya menjadi jahat dan kotor merupakan suatu kondisi yang harus dihilangkan melalui upacara penyucian (Harae). Karena itu, shintho sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan penyucian. Hakikat ajaran Shinto ialah gagasan bahwa kami ada pada setiap saat dan dalam segala hal. karena itu, memberikan perhatian pada setiap saat, betapapun kecilnya, akan membuka kesadaran kearah kebenaran.

B. RUMUSAN MASALAH.
            1. Bagaimana Sejarah berdirinya Agama Shinto?
2. Bagaimana kedudukan Agama Shinto dalam susunan Negara Jepang?
3. Apa aliran-aliran dalam agama Shinto ?
4. Bagaimana ajaran agama Shinto ?
5. Bagaimana perkembangan agama Shinto pada Era ini ?
C. TUJUAN MASALAH
            1. Mengetahui Sejarah berdirinya Agama Shinto.
2. Mengetahui kedudukan Agama Shinto dalam susunan Negara Jepang.
3. Mengetahui aliran-aliran dalam agama Shinto.
4 Mengetahui ajaran agama Shinto.
5. Mengetahui perkembangan agama Shinto pada Era ini.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Agama Shinto
Agama Shinto adalah agama resmi di negara jepang yang diproklamirkan sebagai agama negara pada tahun 1869. agama tersebut memiliki kira-kira sepuluh aliran dengan penganutnya kira-kira dua puluh satu juta jiwa.
Kalimat Shinto tersebut memiliki dua makna:
o   Shen : artinya roh
o   Tao : jalan dunia, langit dan bumi.
Agama Shinto berarti perjalanan roh yang baik ( Shintō; secara harfiah bermakna "jalan/jalur dewa"). Dari nama ini dapat kita lihat bahwa istilah ini dipengaruhi oleh aliran taoisme dari Tiongkok, tapi pengaruh tersebut tidak mengenai kepercayaan pokok, karena penganut agama Shinto masih mengatakan “ kami negara omosi” artinya jalan secara para-para dewa, tugasnya masih menyakini “kami’” (dewa jepang)
Agama ini timbul pada zaman pra sejarah, dan siapa pembangunnya tak dapat dikenal dengan pasti. Penyebarannya ialah di Asia dan yang terbanyak ialah di Jepang. Agama Shinto di jepang itu tumbuh dan hidup berkembang dalam lingkungan penduduk, bukan datang dari luar. Nama asli bagi agama itu adalah Kami no Michi, yang bermakna: Jalan Dewa.
Pada saat jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak ke belakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna: jalan-langit. Perubahan bunyi serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekta agama Buddha mazhab Mahayana di tiongkok, menjadi aliran Zen. Sewaktu berkembang di Jepang.
            Kira-kira pada abad keenam masehi (6M) agama budha Masuk ke Jepang dari tiongkok dengan melalui Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembang dengan pesat. Bahakan lama-kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto. Akan tetapi karena gama Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja, maka Rajapun berusaha untuk melindunginya. Sehingga pada tahun 1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama Negara.
            Tujuan terutama bagi para penganut agama Shinto ialah kebahagiaan dalam kehidupan di dunia. Mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam menjalankan hidup ini.[1]
            Dari abad ke abad kultus (kebaktian) kepada roh nenek moyang selalu berubah bentuknya, tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang jepang tidak menolak aliran-aliran saja yang datang kesana, karena itu maka agama budha dan lain-lain yang datang di Jepang dapat berkembang baik.


Kebangkitan Kembali Agama Shinto.
Sejak abad ke-8 Masehi Shinta dan Budha bergabung kedalam satu bentuk agama Sinkretis. Pada saat ini, Shinto hamper sering tidak dimunculkan sebagai agama yang berdiri sendiri. Namun para pembentuknya selalu berusaha untuk memperbaiki dan menghidupkan kembali agama asli Jepang yaitu pada abad ke-14 banyak sarjana yang mencoba untuk memberi perhatian pada kekuatan Shinto dan meletakan ditempatnya yang sesuai agar menjadi agama yang terkemuka di masyarakat. Karena Kristen dan Budha adalah Agama asing, maka keduanya dihapuskan dari Negara Jepang dan agama Shinto dimunculkan kembali.
Selama masa Tokugawa, Jepang melakukan segala hal yang terbaik untuk menghindari pengaruh asing dalam segala bidang. Ia menutup diri dari perdagangan dengan orang asing, turis dan berbagai macam agama asing. Selama periode ini, ia hanya mengandalkan sumber-sumber asli di negaranya untuk mencukupi negarannya. Dibelahan dunia yang lain disebagian Negara barat sedang bergerak kea rah industrialisasi. Angkatan laut Anerika Serikat membuka pelabuhan di Jepang untuk memulai hubungan perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Sejak saat itu Jepang mengungguli Negara-negara lain didunia dalam bidang industri. Hal ini membawa Jepang kedunia modern dan tentu saja membawa pengaruh bagi agama-agama yang ada disana.
Setelah periode tersebut terjadi kebingungan tentang peran agama di Jepang yang baru, kemudian pada tahun 1889 pada konstitusi diputuskan, Negara ini akan mengikuti pola yang banyak diterapkan di Negara-negara barat, yaitu agama dijadikan pendukung Negara sedangkan agama-agama yang laen tetap diijinkan untuk eksis dan menyebarkan agamanya. Dengan menjadi agama Negara, Shinto tetap mempertahankan ritual-ritual kepahlawanan di kuil-kuil. Mereka juga berharap dengan perkembangan Shinto semakin mendapat dukungan dari pemeluknya yang taat. Lama-kelamaan peribadatan Shinto dapat dilakukan di rumah dengan membangun kuil domestic yang sederhana. Dari sini dapat diketahui bahwa aliran Shinto termasuk agama-agama yang lain seperti Budha, Kristen dan lainya dapat bebas eksis di Jepang.  [2]
Sejarah perkembangan agama Shinto di Jepang dapat dibagi kepada beberapa tahap masa sebagai berikut:
  1. Masa perkembangannya dengan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di Jepang, yaitu dari tahun 660 sebelum masehi sampai tahun 552 masehi, di dalam masa duabelas abad lamanya.
  2. Masa agama budha dan ajaran Kungfutzu dan ajaran Tao masuk ke Jepang, yaitu dari tahun 552 M sampai tahun 800 M, yang dlam masa dua setenagn abad itu agama Shinto beroleh saingan berat. “Pada tahun 645 masehi Kaisar Kotoku merestui agama Buddha dan mengenyampingkan Kami no Michi”. (Nihonji,2: 195). “pada tahun 671 masehi sang kaisar membelakangi dunia dengan pakaian rahib.” (Nihonji, 2:302).
  3. Masa sinkronisasi secara berangsur antara agama Shinto dengan tiga Tiga ajaran lainnya, yaitu dari tahun 800 M sampai 1700 M, yang dlam masa sembilan abad itu pada akhirnya lahir Ryobu-Shinto (Shinto-Paduan). Dibangun oleh Kobo-Daishi (774-835 M) dan Kitabake Chikafuza (1293-1354 M) dan Ichijo Kanoyoshi (1465-1500 M).[3]

B.     Kedudukan Agama Shinto dalam susunan Negara Jepang.
Menurut kondtitusi tahun 1889, Negara mendukung lebih dari 110.000 kuil Shinto dan kurang lebih 16.000 Pendeta yang mendiami kuil-kuil milik Negara tersebut. Aliran Shinto ini dikenal dengan nama Jinja yang berarti kuil untuk membedakannya dengan aliran-aliran yang lain (skuha). Masing-masing kuil yanmg m endapat bantuan Pemerintah digunakan untuk pemujaan Dewa-dewa local, pahlawan atau peristiwa-peristiwa besar. Kuil kerajaan yang termegah di Ise diperuntukkan bagi pemujaan ibu dewi bangsa Jepang,Amaterasu.
Kuil utama terdiri dari dua bangunan, kuil luar dan dalam. Masing-masing bangunan dibuat dari kayu yang tidak dicat yang harus dirobohkan dan dibangun kembal setiap 20 tahun. Pengunjung yang ingin memasuki kuil bertujuan melakukan meditasi kepada Dewa atau merayakan hari besar di sana dan dengan penuh kerendahan hati berdoa di sana. Tak seoangpun diwajibkan pergi ke kuil, tapi ada kesepakatan tak tertulis bahwa setiap pengikut agama yang taat akan pergi ke kuil Ise setidaknya sekal seumur hidup
Shinto sebagai agama Negara memberikan sikap Patriotis dan setia pada Negara. Ia ditetapkan sebagai dasar Negara bagi Negara jepang,selain itu tak ada fungsi yang lain. Setelah konstitusi 1889, Pemerintah Jepang melarang pendeta ynag mengunjungi kuil negaa dengan melakukan kegiatan seperti memuja makam. Agama  Shinto ini menjadi alat pendukung militer pada Jepang yang berperang paa akhir abad 19 an pada awal abad 20. agama Shinto juga mnjadi bagian pendukung saat Jepang ikut dalam perang dunia II. Shinto juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari militer Jepang, sehingga angkatan Amerika perlu untuk menghapuskan peran Shinto. Inim terjadi pada tahun Desember 1945. pada tahun 1946, angkatan perang mendesak kaisar agar mengakui bahwa ia bukanlah Tuhan.

C.    Aliran-Aliran Shinto
Dengan berkembangnya Era Meiji (1868-1912) pada pemerintah menjadi aliran Shinto ini menjadi alat Intitusi Negara dan militer. Aliran-aliran Shinto yang lain terpaka mencari identitas dan dukungan sendiri, seperti halnya agama-agama yang lain. Tiga balas aliran Shinto yang utama terbagi menjadi tiga kategori, yaiitu :
1.      Aliran-aliran Shinto yang mengutamakan pemujaan di gunung-gunung. Kecantika an keanggunan gunung-gunung di Jepang selalu menarik untuk dijaikan objek pemujaan bagi orang-orang ini.
2.        Merupakan pengembangan dari praktek  Shaman dan peribadatan kaum petani Jepang, orang-orang yang tertarik pada aliran ini adalah mereka yang membuka diri pada keyakinan penyenbuhan dalam dunia Jepang yang modern atau yang menggunakan ajaran-ajaran surgawi, agama ini mengutamakan berbagai macam elemen yang selalu menjadi bagian dari dasar agama petani-petani di Jepang. Mesalnya shaman, tari-tarian, dan penyembuhan.
3.      Aliran Shinto ini bisa diklasifikasikan sebagai Shinto yang murni, ketika pemerintah menyediakan kuil-kuil pada Era meiji dan menggunakannya untuk tujuan politik. Aliran ini justru meninggalkannya dan kembali ke dasar Shinto sebagai agama tradisional dengan mitologi dan ritualnya.
Tiga aliran utama ini berkembang dengan mengutamakan elemen-elemen keagamaan dan tetap mempertahankan mitos dari cerita-cerita asli Jepang. Mereka percaya ada dimensi religius dan etika sebagus aspek politik Shinto, mereka mengutamakan kemurnian jiwa melalui puasa, olah pernafasan, mandi di air yang dingin, dzikir dan berbagai hal yang mempunyai kemiripan dengan yoga pada agama Hindu. Saat ini sekte aliran ini semaki menghilang di tengah-tengah masyarakat Jepang, sementaa itu kelompok seperti tenrikyo justru semakin berkembang.

D.    AJARAN AGAMA SHINTO
a.      Rumah Tangga
Aliran Shinto yang diatur oleh Negara lebih berkembang dari bentuk dasarnya, sedangkan bentuk yang sederhana dan biasa dari Shinto yang ini biasanya terdapat di rumah-rumah orang Jepang. Dasar atau symbol Shinto di dalam rumah tangga ini adalah kamidana (rakdewa), yang banyak ditemukan di ruamah-rumah penduduk. Kamidana meskipun sederhana mengandung symbol-simbol yang angat penting bagi peribaatan keluarga yang biasanya terdapat nama-nama silsilah anggota keluarga. Karena pemujaan kepada leluhur merupakan bagian dari agama  kami dan biasanya juga berisi patung dewa-dewa warisan leluhur mereka ang tinggi nilainya.
Kamidana tradisional mengandung obyek-obyek yang diambil dari kuil-kuil besar, salah satunya dari kuil Ise. Pweribadatan kamidana bagi orang Jepang sangat sederhana, pemberian bunga, lampu, kemenyan, makanan atau miniman bisa diletakkan di altar selama beberapa hari. kegiatan harian yang sederhana  biasanya dimulai dengan mencuci tangan sebagai symbol komunikasi dengan jiwa yang suci dan bahkan memberikan kertas doa bisa dilakukan di sana. Pada perayaan penting seperti hari raya, pernikahan, ulang tahun biasanya digelar upacara di kamidana. Meskipun demikian untuk upacara keagamaan di pemakaman misalnya keluarga Jepang tidak pergi ke dewa-dewa atau pendeta Shinto tetapi pada pendeta Budha. Yang istimewa dari agama sinkretis Jepang ini adalah bahwa Shinto untuk hidup, sedangkan Budha untuk kehidupan yang akan datang.
Bagi bebrap orang Jepang, munculnya mitos dan ritual dalam agama mereka adalah murni dari bangsanya sendiri. Mereka selalu menghormati mitos-mitos dan ritual pada hari-hari besar Negara atau selama mengunjungi kuil Negara. Agama bagi mereka lebih dari sekedar kegiatan  rutin tetapi juga sebuah perhatian besar bagi kehidupan di masa mendatang sseperti halnya seorang Budha.
b. Kitab Suci Agama Shinto
Kitab suci yang tertua di dalam agama Shinto itu adalah dua buah, tetapi disusun sepuluh abad sepeninggal Jimmu Tenno (660sM), kaisar yang pertama, dan dua buah lagi disusun pada masa yang lebih belakang.[4] Yaitu:
a.       Kojiki   : Berisi cerita-cerita dan naluri kuno. Kitab ini di susun pada tahun 712 M.
b.      Nihongi : Berisi cerita-cerita jepang. Kitab ini di susun pada tahun 720 M.
c.       Yengisiki  yang artinya berbagai lembaga pada masa Yengi. Kitab ini di susun pada abad ke-10 M. kitab ini berisikan kisah-kisah purbakala yang bersifat kultus dan doa-doa pujaan yang panjang pada berbagai upacara keagamaan.
d.      Manyoshiu  yang artinya himpunan sepuluh ribu daun. Berisi rantai, rampai. himpunan kisah-kisah legendaris beserta sajak-sajak (4496 sajak) tentang asal-usul kedewaan, asal-usul kepulauan jepang dan kerajaan jepang.     
Kitab-kitab itulah yang dipakai pedoman oleh para penganut agama Shinto, tetapi kitab-kitab itu tidak dipandang sebagai kitab suci.[5]

c. Ritual Jepang
Di Jepang, ritual shinto dalam rangka menghormati dewa matahari dikaitkan dengan Kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan bidang pertanian (Budaya Beras). Disini kan diberikan suatu lukisan mengenai ritual Perayaan Doa Panen (Toshigoi no Matsuri)
Inilah ritual dimana doa atas panenan dan kesejahteraan ditujukan kepada dewi kehidupan dan pertumbuhan, leluhur dari keluarga penguasa.[6] Demikian pula, perayaan petik buah pertama (Nii-name) sebagai upacara syukur atas panenan hingga hari ini tetap dirayakan. Ritual Shinto yang sangat misterius ini ditujukan untuk memuja dewata tak dikenal, dan dilakukan dalam kegelapan, dengan kecualian sedikit obordi halaman. Dewi matahari dianggap menjalankan tugas dari imam-imam dan kaisar menjalankan tugas imam kepala. Kaisar ini mungkin mempunyai hubungan langsung dengan dewata tak dikenal atau malah diidentikan begitu saja dengannya; dan apa yang ia lakukan merupakan misteri bagi semua orang termasuk dirinya. Para peserta yang berada di luar kuil bagian dalam dianggap turut ambil bagaian dalam persekutuan misterius ini dalam kegelapan dan keselarasan dengan irama musik kuno. Didalam misteri ini, ritual keagamaan diintegrasikan ke dalam kehidupan politik dan ekonomi.[7]


d. Hari Besar Agama Shinto
1. Hari raya.
Hari raya tradisional Jepang merupakan gabungan dari perayaan sekuer, pertanian, Budha dan Shinto. Saat ini terdapat satu tradisi atau agama yang telah ditetapkan pada hari-hari tertentu dan yang bercampur menjadi satu, berbagai macam festifal tersebut digelar di kuil Shinto setiap tahunnya.
            2. Tahun Baru.
Hari raya yang paling meriah dilaksanakan di Jepang adalah tahun baru. Dahulu, ketika penaggalan bulan masih digunakan tahun baru ini jatuh pada bulan februari. Tetapi saat ini tahun baru jatuh pada tanggal 1 sampai 6 januari. Selama periode ini, kantor-kantor tutup dan orang-orang berkumpul bersama keluarga, masing-masing keluarga membersihkan dan menyiapkan rumahnya untuk memperingati tahun baru. Kemudian mereka menyantap hidangan yang istimewa dan mempersembahkan untuk leluhur.
Candi-candi Budha dibersihkan ditengah malam, gong dipukul sebanyak 108 kali untuk 108 keinginan. Kenudian kelurga tersebut pergi ke tempat-tempat ibadah seperti, kecandi Budha dan ke kuil Shinto. Kemudian pada akhir bulan, semua hiasan tahun baru dibakar pada api unggun.
            3. Festifal musim gugur.
Gabungan antara perayaan pertanian dan Shinto adalah festifal musim gugur (Niiname-sai) yang diselenggarakan pada tanggal 23-24 Nofember. Pada saat itu kaisar mempersembahkan buah-buahan pada panen pertama dimusim gugur kepada amaterasu dan kami yang lain diise. Meskipun ini dalam perayaan panen, berbagai macam acara syukuran digelar di Jepang selama Oktober-November.

E.     PERKEMBANGAN AGAMA SHINTO PADA ERA INI
Setelah kekalahan Jepang pada perang Dunia II, beberapa peristiwa telah menyebabkan masa depan Shinto menjai tidak pasti. Yang paling langsung dirasakan agaa ini adalah berkurangnya dukungan pemerintah resmi. Ancaman kedua datang dari dunia industri Jepang yang terus meningkat. Dalam beberapa pewriode, industri dan ilmu pengetahuan Jepang telah menyalip banyak Negara-negara I barat, dan dalam beberapa kasus bahan mengunggulinya,
Lingkungan ynag cepat berubah pada abad  ke 20 ini telah membuat agama-agama kuno seperti hinto ini sulit untuk bertahan, pertarungannya dengan dunia modern juga telah membuat Shinto kalah dengan saingan lamanya, yaitu Budha. Banyak orang Jepang saat ni yang lebih mengutamakan Budha. Shinto dipanaang sebagai agama kedua yang patriotis, selain itu seseorang juga berpikir bahwa mitos-mitos kuno, ritual dan kuil; cepat atau lambat akan tergilas.
Tetapi Shinto tidak alah dalam segala hal ia masih punya kekuatan, ia tetap bertahan dengan dukungan pemeerintah dan bantuan swasta. Lebih jauh lagi, aliran baru Shinto yang mengutamakan kekuatan penyenbuhan, berpikir poisitif, dan dzikir masih bisa diterima oleh jutaan masyarakat Jepang. Dalam beberapa kasus, pengikut-pengikut Shinto bahkan masuk ke dalam dunia politik dan organisasi-organisasi buruh. Bentuk Shinto yang baru juga telah menyediakan tempat bagi aspirasi keagamaan warga, membantu mereka melepaskan diri dari stress sehri-hari kehidupan modern. Di samping itu, Shinto dalam berbagai bentuk masih dianggap mempunyai kekuatan penting pada kebudayaan Jepang.



 
  


























BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN.

  • Agama Shinto adalah agama resmi di negara jepang yang diproklamirkan sebagai agama negara pada tahun 1869. agama tersebut memiliki kira-kira sepuluh aliran dengan penganutnya kira-kira dua puluh satu juta jiwa.
Agama Shinto berarti perjalanan roh yang baik ( Shintō; secara harfiah bermakna "jalan/jalur dewa"). Dari nama ini dapat kita lihat bahwa istilah ini dipengaruhi oleh aliran taoisme dari Tiongkok, tapi pengaruh tersebut tidak mengenai kepercayaan pokok, karena penganut agama Shinto masih mengatakan “ kami negara omosi” artinya jalan secara para-para dewa, tugasnya masih menyakini “kami’” (dewa jepang).
  • Menurut Shinto, roh-roh disebut kami. Diantara kami yang disembah itu ialah benda alam atau kekuatan alam, seperti matahari, bulan, petir dan kilat. Sungai, gunung, telaga dan pepohonan juga dianggap mempunyai ruh atau kami yang harus disembah. Selain itu mereka juga menyembah kami para pahlawan di zaman dahulu dan kami leluhur suku. Disamping itu tiap-tiap keluarga menyembah roh leluhurnya sendiri, yang dianggap sebagai kami pelindung rumah tangga.
  •   Hari Besar Agama Shinto
1. Hari raya.
Hari raya tradisional Jepang merupakan gabungan dari perayaan sekuer, pertanian, Budha dan Shinto. Saat ini terdapat satu tradisi atau agama yang telah ditetapkan pada hari-hari tertentu dan yang bercampur menjadi satu, berbagai macam festifal tersebut digelar di kuil Shinto setiap tahunnya.
            2. Tahun Baru.
Hari raya yang paling meriah dilaksanakan di Jepang adalah tahun baru. Dahulu, ketika penaggalan bulan masih digunakan tahun baru ini jatuh pada bulan februari. Tetapi saat ini tahun baru jatuh pada tanggal 1 sampai 6 januari. Selama periode ini, kantor-kantor tutup dan orang-orang berkumpul bersama keluarga, masing-masing keluarga membersihkan dan menyiapkan rumahnya untuk memperingati tahun baru. Kemudian mereka menyantap hidangan yang istimewa dan mempersembahkan untuk leluhur.
            3. Festifal musim gugur.
Gabungan antara perayaan pertanian dan Shinto adalah festifal musim gugur (Niiname-sai) yang diselenggarakan pada tanggal 23-24 Nofember. Pada saat itu kaisar mempersembahkan buah-buahan pada panen pertama dimusim gugur kepada amaterasu dan kami yang lain diise.

DAFTAR PUSTAKA


-          Rifai Muhammad. Perbandingan Agama. PT Wicaksana, Semarang, 1980.
-          Religions Originating in China and Jepang.
-          Joesef  Sou’yb. Agama-Agama Besar di Dunia. Pustaka Alhusna. Jakarta. 1983
-          Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama, Kanisius: Yogyakarta, 1995, Hlm. 170-171
-          Masaharu Anesaki, Histori of Japanese Religion, Tokyo, 1963, hlm. 33.




[1] Rifai Muhammad. Perbandingan Agama. PT Wicaksana, Semarang, 1980. Hlm. 103
[2] Religions Originating in China and Jepang. Hal 226.
[3] Joesef  Sou’yb. Agama-Agama Besar di Dunia. Pustaka Alhusna. Jakarta. 1983. Hlm. 209
[4] Op. Cit. Joesef  Souyb. Hlm. 210
[5] Op. Cit. Abu Ahmadi. Hlm. 70
[6] Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama, Kanisius: Yogyakarta, 1995, Hlm. 170-171
[7] Masaharu Anesaki, Histori of Japanese Religion, Tokyo, 1963, hlm. 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar