AGAMA SHINTO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Shinto sebagai
agama asli Jepang mempunyai kelonggaran aturan-aturan. Hal ini tampak pada
berbagai macam kepercayaan dan pelaksanaannya. Didalamnya keberagaman hal ini
begitu luas sehingga kadang-kadang begitu sulit untuk mendefisikan Shinto. Oleh
karena itu, kita hanya bisa mendaftar beberapa saja diantaranya yang terlihat,
Shinto adalah sebuah bentuk patriotisme Jepang yang Religious. Mereka memiliki
metologi yang menggambarkan Jepang sebagai Negara paling superior dibanding
yang lainya. Ia memuja pahlawan-pahlawan yang hebat dan kejadian-kejadian besar
dalam sejarah Jepang. Menurut sejarah, ia mengajarkan orang-orang Jepang bahwa
kaisar mereka merupakan keturunan dari dewi matahari.
Agama Shinto mempercayai keberadaan
berbagai macam dewa (Kami). Jumlah dewa dalam agama Shinto tidak terbatas,
bahkan senantiasa bertambah sebagaimana diungkapkan dalam istilah yao-yarozu no
kami (delapan juta dewa). Pandangan agama Shinto menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya memiliki watak yang baik dan bersih. Keadaaanya menjadi jahat dan
kotor merupakan suatu kondisi yang harus dihilangkan melalui upacara penyucian
(Harae). Karena itu, shintho sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan
penyucian. Hakikat ajaran Shinto ialah gagasan bahwa kami ada pada setiap saat
dan dalam segala hal. karena itu, memberikan perhatian pada setiap saat,
betapapun kecilnya, akan membuka kesadaran kearah kebenaran.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Agama
Shinto?
2. Bagaimana kedudukan Agama
Shinto dalam susunan Negara Jepang?
3. Apa aliran-aliran dalam
agama Shinto ?
4. Bagaimana ajaran agama
Shinto ?
5. Bagaimana perkembangan
agama Shinto pada Era ini ?
C. TUJUAN MASALAH
1.
Mengetahui Sejarah berdirinya Agama Shinto.
2. Mengetahui kedudukan Agama
Shinto dalam susunan Negara Jepang.
3. Mengetahui aliran-aliran
dalam agama Shinto.
4 Mengetahui ajaran agama
Shinto.
5. Mengetahui perkembangan
agama Shinto pada Era ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Agama Shinto
Agama Shinto adalah agama
resmi di negara jepang yang diproklamirkan sebagai agama negara pada tahun
1869. agama tersebut memiliki kira-kira sepuluh aliran dengan penganutnya
kira-kira dua puluh satu juta jiwa.
Kalimat Shinto tersebut
memiliki dua makna:
o
Shen
: artinya roh
o
Tao :
jalan dunia, langit dan bumi.
Agama Shinto berarti
perjalanan roh yang baik ( Shintō; secara harfiah bermakna
"jalan/jalur dewa").
Dari nama ini dapat kita lihat bahwa istilah ini dipengaruhi oleh aliran
taoisme dari Tiongkok, tapi pengaruh tersebut tidak mengenai kepercayaan pokok,
karena penganut agama Shinto masih mengatakan “ kami negara omosi” artinya
jalan secara para-para dewa, tugasnya masih menyakini “kami’” (dewa jepang)
Agama ini timbul pada zaman
pra sejarah, dan siapa pembangunnya tak dapat dikenal dengan pasti.
Penyebarannya ialah di Asia dan yang terbanyak ialah di Jepang. Agama Shinto di jepang itu tumbuh dan hidup berkembang dalam
lingkungan penduduk, bukan datang dari luar. Nama asli bagi agama itu adalah
Kami no Michi, yang bermakna: Jalan Dewa.
Pada saat jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok
maka nama asli itu terdesak ke belakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama
baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna: jalan-langit. Perubahan
bunyi serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekta agama Buddha mazhab
Mahayana di tiongkok, menjadi aliran Zen. Sewaktu berkembang di Jepang.
Kira-kira pada abad
keenam masehi (6M) agama budha Masuk ke Jepang dari tiongkok dengan melalui
Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembang dengan pesat. Bahakan
lama-kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto. Akan tetapi karena gama
Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja, maka
Rajapun berusaha untuk melindunginya. Sehingga pada tahun 1396 agama Shinto
ditetapkan sebagai agama Negara.
Tujuan terutama
bagi para penganut agama Shinto ialah kebahagiaan dalam kehidupan di dunia.
Mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam
menjalankan hidup ini.[1]
Dari abad ke abad
kultus (kebaktian) kepada roh nenek moyang selalu berubah bentuknya, tetapi
sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang jepang tidak menolak
aliran-aliran saja yang datang kesana, karena itu maka agama budha dan
lain-lain yang datang di Jepang dapat berkembang baik.
Kebangkitan Kembali Agama Shinto.
Sejak abad ke-8 Masehi Shinta dan Budha bergabung
kedalam satu bentuk agama Sinkretis. Pada saat ini, Shinto hamper sering tidak
dimunculkan sebagai agama yang berdiri sendiri. Namun para pembentuknya selalu
berusaha untuk memperbaiki dan menghidupkan kembali agama asli Jepang yaitu
pada abad ke-14 banyak sarjana yang mencoba untuk memberi perhatian pada
kekuatan Shinto dan meletakan ditempatnya yang sesuai agar menjadi agama yang
terkemuka di masyarakat. Karena Kristen dan Budha adalah Agama asing, maka
keduanya dihapuskan dari Negara Jepang dan agama Shinto dimunculkan kembali.
Selama masa Tokugawa, Jepang melakukan segala hal yang
terbaik untuk menghindari pengaruh asing dalam segala bidang. Ia menutup diri
dari perdagangan dengan orang asing, turis dan berbagai macam agama asing.
Selama periode ini, ia hanya mengandalkan sumber-sumber asli di negaranya untuk
mencukupi negarannya. Dibelahan dunia yang lain disebagian Negara barat sedang
bergerak kea rah industrialisasi. Angkatan laut Anerika Serikat membuka pelabuhan
di Jepang untuk memulai hubungan perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat.
Sejak saat itu Jepang mengungguli Negara-negara lain didunia dalam bidang
industri. Hal ini membawa Jepang kedunia modern dan tentu saja membawa pengaruh
bagi agama-agama yang ada disana.
Setelah periode tersebut terjadi kebingungan tentang
peran agama di Jepang yang baru, kemudian pada tahun 1889 pada konstitusi
diputuskan, Negara ini akan mengikuti pola yang banyak diterapkan di
Negara-negara barat, yaitu agama dijadikan pendukung Negara sedangkan
agama-agama yang laen tetap diijinkan untuk eksis dan menyebarkan agamanya.
Dengan menjadi agama Negara, Shinto tetap mempertahankan ritual-ritual
kepahlawanan di kuil-kuil. Mereka juga berharap dengan perkembangan Shinto
semakin mendapat dukungan dari pemeluknya yang taat. Lama-kelamaan peribadatan
Shinto dapat dilakukan di rumah dengan membangun kuil domestic yang sederhana.
Dari sini dapat diketahui bahwa aliran Shinto termasuk agama-agama yang lain
seperti Budha, Kristen dan lainya dapat bebas eksis di Jepang. [2]
Sejarah perkembangan agama Shinto di Jepang dapat dibagi
kepada beberapa tahap masa sebagai berikut:
- Masa perkembangannya dengan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di Jepang, yaitu dari tahun 660 sebelum masehi sampai tahun 552 masehi, di dalam masa duabelas abad lamanya.
- Masa agama budha dan ajaran Kungfutzu dan ajaran Tao masuk ke Jepang, yaitu dari tahun 552 M sampai tahun 800 M, yang dlam masa dua setenagn abad itu agama Shinto beroleh saingan berat. “Pada tahun 645 masehi Kaisar Kotoku merestui agama Buddha dan mengenyampingkan Kami no Michi”. (Nihonji,2: 195). “pada tahun 671 masehi sang kaisar membelakangi dunia dengan pakaian rahib.” (Nihonji, 2:302).
- Masa sinkronisasi secara berangsur antara agama Shinto dengan tiga Tiga ajaran lainnya, yaitu dari tahun 800 M sampai 1700 M, yang dlam masa sembilan abad itu pada akhirnya lahir Ryobu-Shinto (Shinto-Paduan). Dibangun oleh Kobo-Daishi (774-835 M) dan Kitabake Chikafuza (1293-1354 M) dan Ichijo Kanoyoshi (1465-1500 M).[3]
B.
Kedudukan Agama Shinto
dalam susunan Negara Jepang.
Menurut kondtitusi tahun 1889, Negara
mendukung lebih dari 110.000 kuil Shinto dan kurang lebih 16.000 Pendeta yang
mendiami kuil-kuil milik Negara tersebut. Aliran Shinto ini dikenal dengan nama
Jinja yang berarti kuil untuk membedakannya dengan aliran-aliran yang lain
(skuha). Masing-masing kuil yanmg m endapat bantuan Pemerintah digunakan untuk
pemujaan Dewa-dewa local, pahlawan atau peristiwa-peristiwa besar. Kuil
kerajaan yang termegah di Ise diperuntukkan bagi pemujaan ibu dewi bangsa
Jepang,Amaterasu.
Kuil utama terdiri dari dua bangunan,
kuil luar dan dalam. Masing-masing bangunan dibuat dari kayu yang tidak dicat
yang harus dirobohkan dan dibangun kembal setiap 20 tahun. Pengunjung yang
ingin memasuki kuil bertujuan melakukan meditasi kepada Dewa atau merayakan
hari besar di sana dan dengan penuh kerendahan hati berdoa di sana. Tak
seoangpun diwajibkan pergi ke kuil, tapi ada kesepakatan tak tertulis bahwa
setiap pengikut agama yang taat akan pergi ke kuil Ise setidaknya sekal seumur
hidup
Shinto sebagai agama Negara
memberikan sikap Patriotis dan setia pada Negara. Ia ditetapkan sebagai dasar
Negara bagi Negara jepang,selain itu tak ada fungsi yang lain. Setelah
konstitusi 1889, Pemerintah Jepang melarang pendeta ynag mengunjungi kuil negaa
dengan melakukan kegiatan seperti memuja makam. Agama Shinto ini menjadi alat pendukung militer
pada Jepang yang berperang paa akhir abad 19 an pada awal abad 20. agama Shinto
juga mnjadi bagian pendukung saat Jepang ikut dalam perang dunia II. Shinto
juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari militer Jepang, sehingga angkatan
Amerika perlu untuk menghapuskan peran Shinto. Inim terjadi pada tahun Desember
1945. pada tahun 1946, angkatan perang mendesak kaisar agar mengakui bahwa ia
bukanlah Tuhan.
C.
Aliran-Aliran Shinto
Dengan berkembangnya Era Meiji
(1868-1912) pada pemerintah menjadi aliran Shinto ini menjadi alat Intitusi
Negara dan militer. Aliran-aliran Shinto yang lain terpaka mencari identitas
dan dukungan sendiri, seperti halnya agama-agama yang lain. Tiga balas aliran
Shinto yang utama terbagi menjadi tiga kategori, yaiitu :
1.
Aliran-aliran Shinto yang
mengutamakan pemujaan di gunung-gunung. Kecantika an keanggunan gunung-gunung
di Jepang selalu menarik untuk dijaikan objek pemujaan bagi orang-orang ini.
2.
Merupakan pengembangan dari praktek Shaman dan peribadatan kaum petani Jepang,
orang-orang yang tertarik pada aliran ini adalah mereka yang membuka diri pada
keyakinan penyenbuhan dalam dunia Jepang yang modern atau yang menggunakan
ajaran-ajaran surgawi, agama ini mengutamakan berbagai macam elemen yang selalu
menjadi bagian dari dasar agama petani-petani di Jepang. Mesalnya shaman, tari-tarian,
dan penyembuhan.
3.
Aliran Shinto ini bisa
diklasifikasikan sebagai Shinto yang murni, ketika pemerintah menyediakan
kuil-kuil pada Era meiji dan menggunakannya untuk tujuan politik. Aliran ini
justru meninggalkannya dan kembali ke dasar Shinto sebagai agama tradisional
dengan mitologi dan ritualnya.
Tiga aliran utama ini berkembang
dengan mengutamakan elemen-elemen keagamaan dan tetap mempertahankan mitos dari
cerita-cerita asli Jepang. Mereka percaya ada dimensi religius dan etika
sebagus aspek politik Shinto, mereka mengutamakan kemurnian jiwa melalui puasa,
olah pernafasan, mandi di air yang dingin, dzikir dan berbagai hal yang
mempunyai kemiripan dengan yoga pada agama Hindu. Saat ini sekte aliran ini
semaki menghilang di tengah-tengah masyarakat Jepang, sementaa itu kelompok
seperti tenrikyo justru semakin berkembang.
D.
AJARAN AGAMA SHINTO
a.
Rumah Tangga
Aliran Shinto yang diatur oleh Negara
lebih berkembang dari bentuk dasarnya, sedangkan bentuk yang sederhana dan
biasa dari Shinto yang ini biasanya terdapat di rumah-rumah orang Jepang. Dasar
atau symbol Shinto di dalam rumah tangga ini adalah kamidana (rakdewa), yang
banyak ditemukan di ruamah-rumah penduduk. Kamidana meskipun sederhana mengandung
symbol-simbol yang angat penting bagi peribaatan keluarga yang biasanya
terdapat nama-nama silsilah anggota keluarga. Karena pemujaan kepada leluhur
merupakan bagian dari agama kami dan biasanya
juga berisi patung dewa-dewa warisan leluhur mereka ang tinggi nilainya.
Kamidana tradisional mengandung
obyek-obyek yang diambil dari kuil-kuil besar, salah satunya dari kuil Ise.
Pweribadatan kamidana bagi orang Jepang sangat sederhana, pemberian bunga,
lampu, kemenyan, makanan atau miniman bisa diletakkan di altar selama beberapa
hari. kegiatan harian yang sederhana
biasanya dimulai dengan mencuci tangan sebagai symbol komunikasi dengan
jiwa yang suci dan bahkan memberikan kertas doa bisa dilakukan di sana. Pada
perayaan penting seperti hari raya, pernikahan, ulang tahun biasanya digelar
upacara di kamidana. Meskipun demikian untuk upacara keagamaan di
pemakaman misalnya keluarga Jepang tidak pergi ke dewa-dewa atau pendeta Shinto
tetapi pada pendeta Budha. Yang istimewa dari agama sinkretis Jepang ini adalah
bahwa Shinto untuk hidup, sedangkan Budha untuk kehidupan yang akan datang.
Bagi bebrap orang Jepang, munculnya
mitos dan ritual dalam agama mereka adalah murni dari bangsanya sendiri. Mereka
selalu menghormati mitos-mitos dan ritual pada hari-hari besar Negara atau
selama mengunjungi kuil Negara. Agama bagi mereka lebih dari sekedar
kegiatan rutin tetapi juga sebuah
perhatian besar bagi kehidupan di masa mendatang sseperti halnya seorang Budha.
b. Kitab Suci Agama
Shinto
Kitab suci yang tertua di dalam agama Shinto itu adalah
dua buah, tetapi disusun sepuluh abad sepeninggal Jimmu Tenno (660sM), kaisar
yang pertama, dan dua buah lagi disusun pada masa yang lebih belakang.[4] Yaitu:
a.
Kojiki : Berisi cerita-cerita dan
naluri kuno. Kitab ini di susun pada tahun 712 M.
b.
Nihongi : Berisi cerita-cerita jepang. Kitab ini di susun pada tahun 720 M.
c.
Yengisiki yang artinya berbagai
lembaga pada masa Yengi. Kitab ini di susun pada abad ke-10 M. kitab ini
berisikan kisah-kisah purbakala yang bersifat kultus dan doa-doa pujaan yang
panjang pada berbagai upacara keagamaan.
d.
Manyoshiu yang artinya himpunan
sepuluh ribu daun. Berisi rantai, rampai. himpunan kisah-kisah legendaris
beserta sajak-sajak (4496 sajak) tentang asal-usul kedewaan, asal-usul
kepulauan jepang dan kerajaan jepang.
Kitab-kitab itulah yang dipakai pedoman oleh para
penganut agama Shinto, tetapi kitab-kitab itu tidak dipandang sebagai kitab
suci.[5]
c. Ritual Jepang
Di Jepang, ritual shinto dalam rangka menghormati dewa
matahari dikaitkan dengan Kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan bidang
pertanian (Budaya Beras). Disini kan diberikan suatu lukisan mengenai ritual
Perayaan Doa Panen (Toshigoi no Matsuri)
Inilah ritual dimana doa atas panenan dan kesejahteraan
ditujukan kepada dewi kehidupan dan pertumbuhan, leluhur dari keluarga penguasa.[6] Demikian
pula, perayaan petik buah pertama (Nii-name) sebagai upacara syukur atas
panenan hingga hari ini tetap dirayakan. Ritual Shinto yang sangat misterius
ini ditujukan untuk memuja dewata tak dikenal, dan dilakukan dalam kegelapan,
dengan kecualian sedikit obordi halaman. Dewi matahari dianggap menjalankan
tugas dari imam-imam dan kaisar menjalankan tugas imam kepala. Kaisar ini
mungkin mempunyai hubungan langsung dengan dewata tak dikenal atau malah
diidentikan begitu saja dengannya; dan apa yang ia lakukan merupakan misteri
bagi semua orang termasuk dirinya. Para peserta yang berada di luar kuil bagian
dalam dianggap turut ambil bagaian dalam persekutuan misterius ini dalam
kegelapan dan keselarasan dengan irama musik kuno. Didalam misteri ini, ritual
keagamaan diintegrasikan ke dalam kehidupan politik dan ekonomi.[7]
d. Hari Besar Agama Shinto
1. Hari raya.
Hari raya tradisional Jepang
merupakan gabungan dari perayaan sekuer, pertanian, Budha dan Shinto. Saat ini
terdapat satu tradisi atau agama yang telah ditetapkan pada hari-hari tertentu
dan yang bercampur menjadi satu, berbagai macam festifal tersebut digelar di
kuil Shinto setiap tahunnya.
2. Tahun Baru.
Hari raya yang paling meriah
dilaksanakan di Jepang adalah tahun baru. Dahulu, ketika penaggalan bulan masih
digunakan tahun baru ini jatuh pada bulan februari. Tetapi saat ini tahun baru
jatuh pada tanggal 1 sampai 6 januari. Selama periode ini, kantor-kantor tutup
dan orang-orang berkumpul bersama keluarga, masing-masing keluarga membersihkan
dan menyiapkan rumahnya untuk memperingati tahun baru. Kemudian mereka
menyantap hidangan yang istimewa dan mempersembahkan untuk leluhur.
Candi-candi Budha dibersihkan
ditengah malam, gong dipukul sebanyak 108 kali untuk 108 keinginan. Kenudian
kelurga tersebut pergi ke tempat-tempat ibadah seperti, kecandi Budha dan ke
kuil Shinto. Kemudian pada akhir bulan, semua hiasan tahun baru dibakar pada
api unggun.
3. Festifal musim
gugur.
Gabungan antara perayaan pertanian
dan Shinto adalah festifal musim gugur (Niiname-sai) yang diselenggarakan pada
tanggal 23-24 Nofember. Pada saat itu kaisar mempersembahkan buah-buahan pada
panen pertama dimusim gugur kepada amaterasu dan kami yang lain diise. Meskipun
ini dalam perayaan panen, berbagai macam acara syukuran digelar di Jepang
selama Oktober-November.
E.
PERKEMBANGAN AGAMA
SHINTO PADA ERA INI
Setelah kekalahan Jepang pada perang
Dunia II, beberapa peristiwa telah menyebabkan masa depan Shinto menjai tidak
pasti. Yang paling langsung dirasakan agaa ini adalah berkurangnya dukungan
pemerintah resmi. Ancaman kedua datang dari dunia industri Jepang yang terus
meningkat. Dalam beberapa pewriode, industri dan ilmu pengetahuan Jepang telah
menyalip banyak Negara-negara I barat, dan dalam beberapa kasus bahan
mengunggulinya,
Lingkungan ynag cepat berubah pada
abad ke 20 ini telah membuat agama-agama
kuno seperti hinto ini sulit untuk bertahan, pertarungannya dengan dunia modern
juga telah membuat Shinto kalah dengan saingan lamanya, yaitu Budha. Banyak
orang Jepang saat ni yang lebih mengutamakan Budha. Shinto dipanaang sebagai
agama kedua yang patriotis, selain itu seseorang juga berpikir bahwa
mitos-mitos kuno, ritual dan kuil; cepat atau lambat akan tergilas.
Tetapi Shinto tidak alah dalam segala
hal ia masih punya kekuatan, ia tetap bertahan dengan dukungan pemeerintah dan
bantuan swasta. Lebih jauh lagi, aliran baru Shinto yang mengutamakan kekuatan
penyenbuhan, berpikir poisitif, dan dzikir masih bisa diterima oleh jutaan
masyarakat Jepang. Dalam beberapa kasus, pengikut-pengikut Shinto bahkan masuk
ke dalam dunia politik dan organisasi-organisasi buruh. Bentuk Shinto yang baru
juga telah menyediakan tempat bagi aspirasi keagamaan warga, membantu mereka
melepaskan diri dari stress sehri-hari kehidupan modern. Di samping itu, Shinto
dalam berbagai bentuk masih dianggap mempunyai kekuatan penting pada kebudayaan
Jepang.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN.
- Agama Shinto adalah agama resmi di negara jepang yang diproklamirkan sebagai agama negara pada tahun 1869. agama tersebut memiliki kira-kira sepuluh aliran dengan penganutnya kira-kira dua puluh satu juta jiwa.
Agama Shinto berarti
perjalanan roh yang baik ( Shintō; secara harfiah bermakna
"jalan/jalur dewa").
Dari nama ini dapat kita lihat bahwa istilah ini dipengaruhi oleh aliran
taoisme dari Tiongkok, tapi pengaruh tersebut tidak mengenai kepercayaan pokok,
karena penganut agama Shinto masih mengatakan “ kami negara omosi” artinya
jalan secara para-para dewa, tugasnya masih menyakini “kami’” (dewa jepang).
- Menurut Shinto, roh-roh disebut kami. Diantara kami yang disembah itu ialah benda alam atau kekuatan alam, seperti matahari, bulan, petir dan kilat. Sungai, gunung, telaga dan pepohonan juga dianggap mempunyai ruh atau kami yang harus disembah. Selain itu mereka juga menyembah kami para pahlawan di zaman dahulu dan kami leluhur suku. Disamping itu tiap-tiap keluarga menyembah roh leluhurnya sendiri, yang dianggap sebagai kami pelindung rumah tangga.
- Hari Besar Agama Shinto
1. Hari raya.
Hari raya tradisional Jepang
merupakan gabungan dari perayaan sekuer, pertanian, Budha dan Shinto. Saat ini
terdapat satu tradisi atau agama yang telah ditetapkan pada hari-hari tertentu
dan yang bercampur menjadi satu, berbagai macam festifal tersebut digelar di
kuil Shinto setiap tahunnya.
2. Tahun Baru.
Hari raya yang paling meriah
dilaksanakan di Jepang adalah tahun baru. Dahulu, ketika penaggalan bulan masih
digunakan tahun baru ini jatuh pada bulan februari. Tetapi saat ini tahun baru
jatuh pada tanggal 1 sampai 6 januari. Selama periode ini, kantor-kantor tutup
dan orang-orang berkumpul bersama keluarga, masing-masing keluarga membersihkan
dan menyiapkan rumahnya untuk memperingati tahun baru. Kemudian mereka
menyantap hidangan yang istimewa dan mempersembahkan untuk leluhur.
3. Festifal musim
gugur.
Gabungan antara perayaan pertanian
dan Shinto adalah festifal musim gugur (Niiname-sai) yang diselenggarakan pada
tanggal 23-24 Nofember. Pada saat itu kaisar mempersembahkan buah-buahan pada
panen pertama dimusim gugur kepada amaterasu dan kami yang lain diise.
DAFTAR PUSTAKA
-
Rifai Muhammad. Perbandingan
Agama. PT Wicaksana, Semarang, 1980.
-
Religions Originating in China and Jepang.
-
Joesef Sou’yb. Agama-Agama Besar
di Dunia. Pustaka Alhusna. Jakarta. 1983
-
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi
Agama, Kanisius: Yogyakarta, 1995, Hlm. 170-171
-
Masaharu Anesaki, Histori
of Japanese Religion, Tokyo, 1963, hlm. 33.
[1] Rifai Muhammad. Perbandingan Agama. PT Wicaksana, Semarang,
1980. Hlm. 103
[2] Religions Originating in China and Jepang. Hal 226.
[3] Joesef Sou’yb. Agama-Agama
Besar di Dunia. Pustaka Alhusna. Jakarta. 1983. Hlm. 209
[4] Op. Cit. Joesef Souyb. Hlm.
210
[5] Op. Cit. Abu Ahmadi. Hlm. 70
[6] Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama, Kanisius:
Yogyakarta, 1995, Hlm. 170-171
[7] Masaharu Anesaki, Histori of Japanese Religion,
Tokyo, 1963, hlm. 33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar