Sabtu, 04 Mei 2013

PERAN FUNGSI DAN JENIS KURIKULUM



PERAN FUNGSI DAN JENIS KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa kedudukan kurikulum sangat sentral dalam menjadikan berjalan tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar, walaupun tidak hanya factor kurikulum yang menjadikan berhasil tidaknya proses belajar mengajar.
Sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar, kurikulum sebagai bahan rujukan/bahan acuan. Disinilah kurikulum mempunyai peran sehingga kehidupan masyarakat bisa dinamis. Dalam pengembangan kurikulum perlu juga memandang aspek kebudayaan masyarakat yang berlaku, sehingga kebudayaan masyarakat bisa terus di wariskan kepada generasi selanjutnya.
Selain mempunyai peran, kurikulum juga mempunyai fungsi, fungsi inilah yang menjadikan pentingnya adanya kurikulum. Fungsi kurikulum berkaitan dengan komponen-komponen yang mengarah pada tujuan pendidikan, baik tujuan nasional, institutional, kurikuler, dan instruksional. Tujuan pendidikan dalam suatu wilayah akan berjalan dengan baik, jika kurikulum bisa dikembangkan dengan baik pula.
Dalam perkembangannya, jenis-jenis kurikulum pun bermacam-macam pula, di Indonesia saat ini menggunakan kurikulum yang bersifat desentralisasi, dimana pengembangan kurikulum berkembang bukan dari pusat (pemerintah) akan tetapi di kembangkan dari bawah (guru).
Perkembangan selanjutnya muncul jenis-jenis lain antara lain, separated subject curriculum, Correlated curriculum, Integrate curriculum, Broad-field Curriculum, dimana setiap jenis-jenis tersebut memiliki criteria sendiri-sendiri.



B.     Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, ditemukan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Apa sajakah peran kurikulum?
2.      Apa fungsi kurikulum bagi pendidikan?
3.      Apa jenis-jenis kurikulum?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran fungsi dan jenis-jenis kurilum bagi berlangsungnya pendidikan.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Peran Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Apabila masyarakat dinamis, kebutuhan anak didik pun akan dinamis sehingga tidak terasing dalam masyarakat, karena masyarakat berubah berdasarkan kebutuhan itu sendiri.
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta didik). Apabila dianalisis dari sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi social dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga (3) peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis, atau evaluative, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.

1.      Peranan Konservatif
Kebudayaan sudah ada sebelum lahirnya suatu generasi dan tidaka akan pernah mati meski generasi yang bersangkutan sudah habis. Kebudayaan diperlukan dalam manusia dan diwujudkan dalam tingkah laku, bahkan kebudayaan terwujud dan didirikan dari perilaku manusia. Kebudayaan mencakup aturan yang berisi kewajiban dan tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak atau tindakan yang dilarang dan yang diizinkan. Semua kebudayaan yang sudah membudaya harus ditransmisikan kepada anak didik selaku generasi penerus. Oleh karena itu, semua ini menjadi tanggung jawab kurikulum dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna membina perilaku anak didik. Sekolah sebagai lambang social sangat berperan dalam memengaruhi perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai social yang ada dalam masyarakat. Jadi, kurikulum bertugas menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya.
Dengan demikian, kurikulum dapat dikatan konservatif karena mentransmisikan dan menafsirkan warisan social pada generasi muda (anak didik). Sekolah sebagai suatu  lembaga social, sangat berperan penting dalam mempengaruhi dan membina tingkah laku anak sesuai dengan nilai-nilai social yang ada di lingkungan masyarakat, sejalan dan selaras dengan peranan pendidikan sebagi suatu proses social.
Pada hakikatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa di dalam suatu proses pembudayaan yang semaki berkembang menjadi lebih kompleks.

2.     Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagi unsur kebudayaan yang akan diwariskan.
Dalam hal ini, kurikulum ikut aktif berpartisipasi dalam control social dan menekankan pada unsure kritis. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi serta dilakukan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar criteria tertentu.
Maksudnya, kurikulum itu selain mewariskan atau mentransmisikan nilai-nilai kepada generasi muda, juga sebagai alatuntuk mengevaluasi kebudayaan yang ada. Apakah nilai-nilai social yang ada atau dibawa itu sesuai atau tidak dengan perkembangan yang akan datang serta apakah perlu diadakan perubahan atau tetap sesuai aslinya.

3.        Peranan Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu dalam mengembangkan potensinya, kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan berketerampilan baru, sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketiga peran diatas harus dilaksanakan secara seimbang sehingga tercipta keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan untuk membantu peserta didik menuju kebudayaan yang akan datang, sehingga mereka menjadi generasi yang siap dan terampildalam segala hal.
Implikasi peranan diatas dalam praktik pendidikan dengan kurikulum yang digunakan adalah bahwa pendidikan memiliki cita-cita untuk menciptakan masyarakat yang ideal sesuai dengan nilai-nilai yang dianut suatu bangsa dan selaras dengan tujuan pendidikan nasional.

B.     Fungsi Kurikulum
Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial, karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefit). Namun demikian, disamping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi.
Kata fungsi berasal dari bahasa Inggris function yang mempunyai banyak arti, di antaranya berarti jabatan, kedudukan, kegiatan dan sebagainya. Yang terkait dalam kurikulum sekolah secara langsung ialah; guru, kepala sekolah, para penulis buku ajar dan masyarakat. Berikut ini akan dipaparkan seberapa jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.

1.      Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulum dalam suatu sekolah adalah sebagai alat atau usaha mencapai ujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan. Maksudnya, bila tujuan-tujuan yang diinginkan belum tercapai, orang akan cenderung meniinjau kembali alat yang digunakan untuk mecapai tujuan tersebut. Salah satunya dengan meninjau kurikulumnya.
Di Indonesia ada empat tujuan pendidikan utama, yaitu:
a.       Tujuan Nasional
b.      Tujuan Institutional
c.       Tujuan Kurikuler
d.      Tujuan Instruksional
Dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan, tujuan tersebut harus dilaksanakan secara hierarkis yang saling mendukung, sedangkan kedudukan kurikulum disini sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan).

2.      Fungsi Kurikulum bagi Anak Didik
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapat sejumlah pengalaman baru yang dikemudian hari dapat dikembangkan, seirama dengan perkembangan perkembangan anak, agar adapat memenuhi bekal hidupnya nanti.
Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak didik yang akan hidup pada zamannya, dengan latar belakang sosio historis dan kultular yang berbeda dengan zaman dimana kedua orang tuanya berada.

3.      Fungsi Kurikulum bagi Pendidik
Bagi guru baru sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. Setelah kurikulum didapat pertanyaan berikutnya adalah Kompetensi Dasar. Setelah Kompetensi Dasar ditemukan, barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan untuk membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka guru mestinya mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan di mana ia bekerja.
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
a.       Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar anak didik.
b.      Pedoman utuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu tugas guru/pendidik sebagai pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam pendidikan, dan salah satu komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.
4.      Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung jawabterhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan para Pembina lainnya adalah:
a.       Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi belajar.
b.       Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang lebih baik.
c.       Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar.
d.      Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.
e.       Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar.

5.      Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan yang dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/guru mengenai masalah menyangkut anak-anak mereka. Bantuan berupa materi dari orang tua dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orang tua mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka, sehingga partisipasi orang tua ini pun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar di sekolah.

6.      Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan.
Pemahaman kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah pada tingkatan diatasnya dapat melakukan penyesuaian didalam kurikulumnya, yakni:
~        Jika sebagian kurikulum sekolah bersangkutan telah diajarkan pada sekolah yang berada dibawahnya, sekolah dapat meninjau kembali perlu tidaknya bagian tersebut diajarkan.
~        Jika keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang ada dibawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan masuknya program tentang keterampilan-keterampilan ini ke dalam kurikulumnya.
b.      Penyiapan tenaga baru.
Jika suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga pendidik yang berada dibawahnya, perlu sekali sekolah tersebut mamahami kurikulum sekolah yang berada dibawahnya itu. Pengetahuan tentang kurikulum yang ada dibawahnya berkaitan dengan pengetahuan isi, organisasi, atau susunan serta cara pengajarannya. Dengan harapan, hal itu akan membantu sekolah dan pendidik dalam melakukan revisi-revisi dan penyesuaian kurikulum.   

7.      Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah
Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan sekolah bersangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat sebagai pemakai lulusan dapat melaksanakan sekurang-kurangnya dua macam berikut:
~        Ikut memberikan kontribusi dalam mempelancar pelaksanaan program pendidikan yang yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua dan masyarakat.
~        Ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.
Di samping mempunyai fungsi di atas, kurikulum juga mempunyai fungsi lain yang tentu memiliki pendekatan berbeda dengan sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan Alexander Inglish dalam bukunya Principle of Secondary Education, mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnosis.
1.      Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan, setiap individu harus mampu menyesuaiakan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu pun harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga individu bersifat well-adjusted.
2.      Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3.      Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbadaan diantara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas dan integrasi, karena difensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi social.
4.      Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut suatu jangkauan yang lebih jauh, missal melanjutkan sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar dalam masyarakat. Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian mereka.
5.      Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (differensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan masyarakat yang menganut system demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum didsusun secara luas dan fleksibel.
6.      Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Functoin)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membanti dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan dan menguatkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum dan akan membimbinfg siswa untuk dapat berkembag secara optimal.

8.      Fungsi Kurikulum Bagi Para Penulis
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis instruksional terlebih dahulu. Kemudian menyusun Program Pelajaran untuk mata pelajaran tertentu, baru berbagai sumber bahan yang relevan. Sumber bahan tersebut dapat berupa bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan sebagainya, yang diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis sendiri atau dari lingkungan. Perlu diingat bahwa tidak semua bahan dari berbagai sumber tersebut dapat ditulis sebagai bahan pelajaran. Yang perlu mendapat pertimbangan ialah kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Bahan hendaknya bersifat pedagogis, artinya bahan hendaknya  berisikan hal-hal yang normatif.
b.      Bahan hendaknya bersifat psikologis, artinya bahan yang ditulis memperhatikan kejiwaan peserta didik yang mempergunakannya.
c.        Bahan disesuaikan dengan perhatian, minat, kebutuhan dan perkembangan jiwa anak.
d.      Bahan hendaknya disusun secara didatis, artinya bahan yang tertulis tersebut dapat diorganisir sedemikian rupa sehingga mudah untuk diajarkan.
e.       Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya bahan jangan sampai kontroversial dengan keadaan masyarakat sekitar.
f.       Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun jangan sampai bertentangan  dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor  20   Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kriteria penulisan bahan tentu saja menyesuaikan dengan kelas-kelas yang bersangkutan. Bahan untuk sekolah dasar kriterianya akan  lebih ketat dari bahan untuk sekolah menengah.

C.    Jenis-Jenis Kurikulum
Jenis-jenis kurikulum yang meliputi antara lain:
1.      Separated subject curriculum (kurikulum mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu menyatu).
Kurikulum ini dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.
Kurikulum mata pelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textbook merupakan alat dan sumber belajar. Kurikulum mata pelajaran atau subjek kurikulum terdiri dari mata pelajaran (subjek) yang terpisah-pisah, dan subyek tersebut merupakan himpunan pengalamandan pengetahuan yang diorganisasikan secara logis dan sisitematis oleh para ahli kurikulum (experts).

Berikut contoh kurikulum mata pelajaran terpisah.
Nahwu
Sharaf
Khat
Imla’
Muhadatsah
Balaghah
Qiraat
 




           
Contoh diatas adalah separated subject curriculum, kurikulum seperti ini menghendaki anak didik untuk mengambil mata pelajaran yang lebih banyak. Misalnya, dari gambar diatas, Bahasa Arab ada mata pelajaran Khat, Imla’, Qiraat, Sharaf, nahwu, Muhadatsah, dan Balaghah.
Kurikulum jenis ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
a.       Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan.
b.      Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah direncanakan, mudah dilaksanakan, dan mudah pula untuk dilakukan perubahan jika diperlukan.
c.       Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya.
d.      Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum.
Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada pula kelemahan-kelemahannya, antara lain:
a.       Kurikulum bentuk ini memberikan mata pelajaran secara terpisah.
b.      Kurang memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak secara factual dalam kehidupan mereka sehari-hari.
c.       Cenderung statis dan ketinggalan zaman.
d.      Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas.

2.      Correlated curriculum (kurikulum korelatif atau pelajaran saling berhubungan).
Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Contohnya, pada mata pelajaran fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits. Pada saat anak didik mempelajari sholat, dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al-qur’an, dan hadits yang berhubungan dengan sholat, dan lain sebagainya.
Adapun tipe-tipe korelasi antara lain:
a.       Korelasi okkasional/incidental, maksudnya korelasi dilakukan secara tiba-tiba atau incidental. Contoh, pada pelajaran sejarah dapat dibicarakan tentang geografi dan tumbuh-tumbuhan.
b.      Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga konsentrasi pelajarannya dipilih pendidikan Agama. Misalnya, pada pendidikan agama itu dibicarakan cara-cara menghormati: tamu, orang tua, tetangga, kawan dan lain sebagainya.
c.       Korelasi sistematis, ang mana korelasi ini biasanyadirencanakan oleh guru. Misalnya, bercocok tanam padi dibahas dalam geografi dan ilmu-ilmu tumbuhan.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk Correlated ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a.       Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
b.      Adanya korelasi antara berbsgsi msts pelajaran, memungkinkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya secara fungsional.
Adapun kurikulum korelasi ini memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain:
a.       Bersifat subject centered dan belum memilih bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan.
b.      Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam.
3.      Integrate curriculum (kurikulum terpadu)
Integrated curriculum disini sebenarnya beberapa pelajaran dijadikan satu atau dipadukan. Kurikulum ini merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran.
Jenis kurikulum ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan sebagai sumber balajar, mementingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat mengutamakan agar anak didik dapat memiliki sejumlah pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan proses belajarnya.
Yang dimaksud cara memperoleh ilmu secara fungsional adalah karena ilmu tersebut dikelompokkan berhubungan dengan usaha memecahkan masalah yang ada. Contohnya, dengan belajar membuat radio, anak didik sekaligus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan listrik, siaran, penerimaan, dan sebagainya.    
Kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a.       Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum unit bertalian erat satu dengan yang lainnya.
b.      Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kemampuan dan minat peserta didik.
c.       Dimungkinkan adanya hubungan yang erat antara madrasah dan masyarakat.
Kelemahan-kelemahannya antara lain:
a.       Tidak memiliki organisasi yang logis dan sistematis.
b.      Para guru tidak dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum bentuk unit.
c.       Pelaksanaan juga sangat repot.
d.      Tidak dimungkinkan adanya ujuan umum.
4.      Broad-field Curriculum (kurikulum dalam bidang yang luas)
Broad-field Curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan usaha mengkombinasikan beberapa mata pelajaran.
Kurikulum Broad Field kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Broad field menghapuskan batas-batas dan menyatukan meta pelajaran (subject matter) yang berhubungan erta.
Phenik adalah orang yang pertama mencetuskan tipe organisasi broad field ini, keinginan phenik adalah agar pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif, mengerti manfaat yang didapatkan dari berbagai ragam disiplin ilmu; dan upaya mendidik anak agar menghasilkan suatu masyarakat yang civilized (beradab).
Phenik mengungkapkan lima dasar logikanya yang kemudian menghasilkan lima broad field berikut:
a.       Symblies: bahasa, matematika, dan bentuk-bentuk simbol non diskursif.
b.      Experics: IPA, sains, psikologi, dan ilmu-ilmu social.
c.       Esthetics: musik, seni lukis, seni gerak, sastra, agama dan lain sebagainya.
d.      Syuneetics: filsafat, psikologi, sastra, agama, dan lain-lainnya.
e.       Ethichs: berbagai aspek moral dan tata adab.
Kelebihan dari kurikulum ini adalah adanya kombinasi mata pelajaran sehingga manfaatnya akan semakin dirasakan, dan memungkinkan adanya mata pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar serta generalisasi.
  Sedangkan kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari suatu mata pelajaran.   










BAB III
KESIMPULAN

            Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.
            Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta didik). Apabila dianalisis dari sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi social dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga (3) peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis, atau evaluative, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
            Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial, karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefit). Namun demikian, disamping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi.
Dalam penyusunan kurikulum, sangatlah tergantung dengan azas organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada empat organisasi kurikulum, yang dikenal dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau tipe-tipe kurikulum. Antara lain, separated subject curriculum, correlated curriculum, broad field curriculum dan integrate curriculum.










DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 1984. Pengantar Kurikulum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Khaeruddin, dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Jogjakarta: Pilar Media.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar