Sabtu, 04 Mei 2013

TAHAPAN PERKEMBANGAN INDIVIDU



TAHAPAN PERKEMBANGAN INDIVIDU
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar belakang
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban.
            Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup. Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif.
Anak berhadapan dengan berbagai tipe manusia, tutur kata, gaya hidup, dan tingkah laku moral yang bervariasi. Pola kehidupan masyarakat semakin cenderung individualis, dengan kontrol sosial yang relatif luas. Munculah fenomena baru sebagai model bagi anak yaitu teman sepermainannya, atau tokoh-tokoh serial televisi. Demikian upaya untuk membina ketahanan moral menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda. Ketahanan moral dalam hal ini selain harus bersifat defensif hendaknya juga bersifat generatif. Generatif mengandung arti bahwa seorang anak harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan ketahanan moralnya sendiri dari dalam, dari keyakinannya pada prinsip-prinsip ajaran llahi, akal pikirannya dan tradisi yang dijunjung tinggi


I.2 Fokus Pembahasan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan tahapan perkembangan individu, dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Pengertian fase perkembangan
2. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
3. Tugas-tugas Perkembangan Individu
4. Hukum- hukum perkembangan individu
























BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian fase perkembangan
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan lebih berdiferensiasi.[1] Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan.
Dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Di samping itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan yaitu:
a.       Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
b.      Karena adanya dorongan cita-cita psikologi manusia yang sedang berkembang itu sendiri
c.       Karena adanya tuntutan kultural masyarakat sekitar
Tahap perkembangan berdasarkan psikologi para ahli yang menggunakan aspek psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain. Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua orang, karena itu dapat digunakan sebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan.
Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode.
Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu :
a.       Trotz – periode I, anak mengalami masa krisis pertama ketika ia berusia 3 – 5 tahun, masa ini disebut juga asa anak-anak awal.
b.      Trotz – periode II, anak mengalami masa krisis kedua ketika ia berusia 11 – 12 tahun, masa ini termasuk masa kerahasiaan bersekolah.
c.       Trotz – periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa kritis.
 Sifat-sifat anak Trotz ini adalah meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi sebagai berikut :
1. Masa intra – uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi
2. Masa anak kecil
3. Masa anak sekolah
4. Masa remaja
5. Masa dewasa
II.2  Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan atau masa perkembangan, yaitu:
a.       Masa sebelum lahir (Prenatal) selama 280 hari
b.      Masa bayi baru lahir (new born) 0 – 2 minggu
c.       Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu – 2 tahun
d.      Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2 – 6 tahun
e.       Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6– 12 tahun
f.       Masa puber (puberty) 12 – 16 tahun
g.      Masa remaja (adolescence) 16 – 21 tahun
h.      Masa dewasa awal (early adulthood) 21– 40 tahun
i.        Masa dewasa madya (middle adulthood) 40 – 60 tahun
j.        Masa usia lanjut (later adulthood) 60 tahun
Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai anak selesai remaja.
II.3  Tugas-tugas Perkembangan Individu (kebiasaan)
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.
 Pembagian tugas-tugas pekembangan serta masing-masing fase atau tahapan adalah sebagai berikut :
1.      Masa bayi dan anak kecil untuk belajar berjalan untuk belajar makan makanan padat untuk belajar berbicara, untuk pelajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, untuk mencapai stabilitas fisiologi untuk belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang luar, untuk belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang salah serta mengembangkan kata hati.
2.      Masa anak sekolah untuk belajar ketangkasan, untuk pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh. Untuk belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya, untuk belajar peran jenis kelamin, untuk mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung, untuk mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai. Untuk belajar membebaskan ketergantungan diri dan mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga.
3.      Masa remaja untuk menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif, untuk menerima peranan social jenis kelamin sebagai pria atau wanita, untuk menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social, untuk mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, untuk belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki, untuk perkembangan skala nilai untuk secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat untuk persiapan mandiri secara ekonomi dan pemilihan dan latihan jabatan untuk mempersiapkan perkawinan dan keluarga Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik diperlukan bantuan atau bimbingan yang lebih baik, diperlukan bantuan atau bimbingan yang lebih baik dari pihak pendidik. (orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan anak pada setiap tahap perkembangannya.
II.4 Hukum perkembangan
Bagaimana proses-proses perkembangan berlangsung, apakah berjalan dengan mulus saja, ataukan kadang-kadang terdapat krisis pada waktu-waktu tertentu, apakah ada percepatan-percepatan atau pengulangan-pengulangan, disinilah para ahli bermacam-macam tujuannya sehingga melahirkan berbagai acuan atau hukum-hukum perkembangan yang merupakan lawan dari fakta.
 Menurut Shamrock (1998), teori adalah a coherent set of ideas that help explain data and make predication. A theory contain hypothesis, assumption that can be tasted to determine their accuracy “ jadi sebenarnya teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti sehingga perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan akurasinya. Apabila dalam pengujian materi itu ternyata benar, maka ia menjadi fakta, setidaknya-tidaknya ada dua peranan penting dari teori perkembangan.[2]yaitu :
a.       Mengorganisir dan memberimakna terhadap fakta-fakta atau gejala-gejala perkembangan
b.      Memberikan pedoman dalam melakukan penelitian dan menghasilkan informasi baru.
Hukum bertahan dan berkembang sendiri teori dan hukum perkembangan itu antara lain adalah :
a.       Dorongan bertahan yang bertujuan untuk memelihara atau mempertahankan diri agar tepat survival.
b.      Dorongan untuk bekembang sendiri, yang bertujuan untuk berkembang sendiri untuk mencari kepandaian, pengalaman, atau pengetahuan baru, yang terlihat dalam tingkah laku konservasi dan bermain.
Kedua dorongan tersebut selalu bekerja sama dalam menggerakkan anak menjalin perkembangannya.
Hukum tempo perkembangan anak satu dengan anak yang lainnya berbeda-beda. Ada yang tingkat perkembangannya serba cepat (cepat merangkak, cepat belajar berjalan,cepat berbicara dan lain-lain) sementara da pula anak yang Nampak selalu lambat dalam mencapai kemampuan-kemampuan tersebut. Cepat atau lambatnya perkembangan anak disamping potensi yang dibawanya sejak lahir, kesehatan dan gizi ikut pula mempengaruhinya.
a)        Hukum sarana perkembangan
            Disamping perkembangan itu mempunyai temponya masing-masing, ada juga yang mempunyai irama tertentu. Berlangsungnya perkembangan fungsi-fungsi pada anak tidaklahs elalu berjalan lurus, teptapi berliku-liku, bisa melompat-lombatdan penuh kegoyangan, kadang-kadang kita saksikan seseorang anak dapat berjalan denganc epat, kemudian tertegun/terhenti, kemudian berlangsung lagi dengan cepat. Ada anak yang kelihatan cepat belajar berbicara dalam beberapa minggu, kemudian waktu-waktu berikutnya terhenti dan ketinggalan jika dibandingkan dengan teman-temannya. Irama perkembangan itu bukan saja berbeda dari anak yang satu degan anak yang lainnya, tetapi yang berbeda atau terjadi antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain pada diri seorang anak. Ada fungsi jasmaninya yang berkembang denga cepat tetapi juga aspek fungsi kejiwaan nampak berjalan dengan lambat. Hal ini dapat kita lihat pada seorang anak yang mulai belajar berjalan, akan kelihatan pada perkembangan berbicaranya agak terhenti, dan jika berjalan itu telah dikuasainya maka perkembangan berbicaranya kelihatan maju lagi dengan cepat. Disini jelas terdapat keadaan seperi seperti kejar-kejaran bagaikan gelombang, pada satu fungsi ada yang menaikkan dan pada fungsi yang lain ada yang terhenti atau turun.



b)  Hukum Masa Peka
Yang dimaksud dengan masa peka adalah suatu masa dimana suatu fungsi berada pada perkembangan yang baik dan pesat, jika dibandingkan dengan masa-masa lainnya. Setiap fungsi hanya mengalami sekali saja datanya masa peka. Oleh karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Hanya saja untuk mengetahui datangnya masa peka itu tidaklah mudah, kecuali apabila kita rajin memperhatikan perubahan tingkah laku anak setiap hari. Sebagai contoh : masa peka untuk berjalan umumnya pada tahun kedua, masa peka untuk menggambar pada tahun kelima, masa peka untuk perkembangan ingatan logis pada tahun 12 atau 13 dan sebagainya. Montessori pernah mengembangkan sistem pendidikan kearah penemuan masa peka pada anak didik. Di sekolah Montessori disediakan berbagai macam permainanan anak dan anak diberinya kebebasan memilih sendiri permainan yang dia sukai. Apabila minat anak Nampak kearah pada permainan tertentu, lalu dicari dan ditentukan bahwa anak tersebut sudah peka terhadap suatu fungsi.

















BAB III
ANALISIS MATERI

Setelah kita amati dalam tahapan perkembangan individu maka dapat diperoleh suatu analisis bahwa:
Dalam berbagai literatur kita dapati berbagai pendekatan dalam menentukan tahapan perkembangan individu, diantaranya adalah pendekatan didaktis. Dalam hal ini, tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis, sebagai berikut :
Ø  Masa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik[3]
1.      Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada tahun kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya.
2.      Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.
Ø  Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu :
(a) masa kelas-kelas rendah dan
(b) masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :
a)   Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
b)   Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c)   Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d)  Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e)   Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
a)   Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b)  Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Ø  Masa Usia Sekolah Menengah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :
1.      Masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
2.      Masa remaja madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
3.      Masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
Ø  Masa Usia Kemahasiswaan (18-25 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.



























DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya. 2005
Sarwo, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta; Bulan Bintang, 1984.




[1] Brek, grow up of student.2003, hal:46
[2] Miller,1993
[3] Syamsu yusuf, Psikologi Pendidikan, 2008;word press.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar