PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK-ANAK DAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Istilah “perkembangan” (development)
dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di
dalamnya terkandung banyak dimensi, di antaranya : pertumbuhan, kematangan, dan
perubahan.secara sederhana Seifert & Heffnung (1994) mendefinisikan
perkembangan sebagai “long term changes in a person growth, feeling, patterns
of thinking, social relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin
(2002) mengartikan perkembangan sebagai :
- Perubahan yang bekesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati.
- Pertumbuhan.
- Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
- Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak di pelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001),
“perkembangan secara luas menunjuk kepada keseluruhan proses perubahan dari
potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan
ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
di awali dari saat pembuaahan dan berakhir dengan kematian.”
Menurut F.J. Monks, dkk, (2001),
pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna
dan tidak dapat di ulang kembali. Perkembangan menunjuk kepada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat di ulang kembali.” Perkembangan juga dapat di
artikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan, dan belajar.”
Santrock (1996), menjelaskan
pengertian perkembangan sebagai berikut: “Development is the pattern of change
that begins at conception and continues through the life span. Most development
involves growth, althogh it includes decay (as in death and dying). The pattern
of movement is complex because it is product of several processes – biological,
cognitive, and socioemotional.”
Kesimpulan umum yang dapat di tarik
dari beberapa definisi di atas adalah bahwa perkembangan tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang di miliki individu
menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan
bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan yang baru yang berlangsung dari tahap
aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak
secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk / tahap ke
bentuk/tahapberikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa
pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Ini menunjukan semenjak masa konsepsi
sampai meniggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa
mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. Selama masa kanak-kanak
sampai menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan dalam struktur
fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai ciri-ciri dalam memasuli jenjang
kedewasaan. Demikian seterusnya, perubahan-perubahan dari individu itu terus
berlangsung tanpa henti, meskipun perkembanganya semakin hari semakin pelan,
setelah ia mencapai titik puncaknya. Ini berarti dalam konsep perkembangan juga
tercakup makna pembusukan (decay) – seperti kematian.
Dengan
mempelajari perkembangan tiap-tiap individu kita akan
mengetahui kebutuhan tiap-tiap individu / fase, baik secara fisik, perseptual,
kognitif, kepribadian-sosial, dan lain sebagainya.
I.2 Rumusan masalah.
- Latar belakang perlunya mempelajari perkembangan individu.
- Tugas perkembangan pada masa anak-anak.
- Tugas perkembangan pada masa remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Latar belakang perlunya mempelajari
perkembangan individu
Dari
semua Mamalia, manusia adalah yang paling imatur saat lahir, memerlukan periode
belajar, perkembangan, dan interaksi yang lebih panjang sebelum dapat mencukupi
dirinya sendiri. Pada umumnya, semakin kompleks sistem syaraf suatu organisme,
semakin panjang waktu yang di perlukan untuk mencapai kematangan. Lemur (suatu
primata primitif) dapat berjalaan sendiri tidak lama setelah lahir dan segera
mampu mencari makanan; bayi kera tergantung pada induknya selama beberapa
bulan, bayi chimpanzee selama beberapa tahun. Tetapi chimpanzee pun (salah satu
kerabat dekat manusia) mampu hidup sendiri jauh lebih awal dibandingkan manusia
yang lahir pada saat yang sama.
Perkembangan
tidak berakhir setelah seseorang mencapai kematangan fisik tetapi harus
berjalan seumur hidup, dan ahli psikologi perkembangan mencoba menjelaskan dan
menganalisis keteraturan perkembangan manusia sepanjang hidupnya. Mereka
meneliti perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat badan dan
kecapaian kemampuan motorik; perkembangan perseptual, seperti perubahan dalam
peglihatan dan pendengaran; perkembangan kognitif, seperti perubahan proses
berfikir, memori, dan kemampuan berbahasa dan perkembangan kepribadian dan
sosial , saperti perubahan konsep diri, identitas jenis, dan hubungan
interpersonal. Sebagaian ahli psikologi perkembangan memfokuskan pada aspek
perkembanga individualisasikan manusia dan membuat kita berbeda satu sama lain.
Dengan
mempelajari perkembangan tiap-tiap individu yanga berbeda , maka kita akan
mengetahui kebutuhan tiap-tiap individu atau fase, baik secara fisik, perseptual,
kognitif, kepribadian-sosial, dan lain sebagainya[1].
II.2 Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan
kanak-kanak awal.
Ø Belajar berjalan
Ø Belajar makan-mkanan padat.
Ø Belajar mengendalika buang air kecil dan besar.
Ø Belajar membeda-bedakan jenis kelamin dan
menghargainya.
Ø Memperoleh kesimbangan psiklogis.
Ø Menyusun konsep-konsep sederhana tentang realita
sosial da realita fisik.
Ø Belajar menjalin hubungan secara emosional antara
dirinya dengan orang tua, saudara-saudara dan orang lain.
Ø Belajar membedakan antara hal yang benar dengan
yang salah, dan mengembangkan “hati nurani”
II. 2.2. Tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak
akhir.
Ø Belajar tentang keterampilan fisik yan di perlukan
dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
Ø Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya demi
kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
Ø Belajar untuk bergaul dan bermain dengan teman
seusianya.
Ø Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya
sebagai wanita atau pria.
Ø Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Ø Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ø Mengembangkan kata hati, moral, dan ukuran
nilai-nilai.
Ø Mengembangkan sikap-sikap dalam memandang
kelompok-kelompok sosial dan lembaga masyarakat.
II.1.3 Tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja.
Ø Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya
sebagai wanita atau pria.
Ø Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman
sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.
Ø Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang
tuanya dan orang-orang dewasa lain.
Ø Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan
pengaturan ekonomis.
Ø Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu
pekerjaan dan jabatan.
Ø Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan
konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang
terpuji.
Ø Menginginkan dan dapat berprilaku yang
diperbolehkan masyarakat.
Ø Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup
berkeluarga.
Ø Menyusun nilai-nilai kata hatiyang sesuai dengan
gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.
Tugas-tugas
perkembangan remaja pada umumnya.
Tugas-tugas
perkembangan remaja pada umumnya yang secara teknis berbeda pengelompokannyadengan
rumusan tersebut di atas, di kemukakan Karl C[2].
Garrison.ahli ini membagi tugas-tugas perkembangan dalam enam kelompok apabila
dijelaskan artinya akan nampak sebagai berikut :
1.
menerima keadaan jasmani.
Pada
periode pra remaja(periode pubertas) anak tumbuh demikian cepat mengarahkan
pada bentuk oarang dewasa. Pertumbuhan ini dibarengi pula oleh perkembangan
antara lain sikap dan citra diri. Mereka memiliki gambaran dri seakan-akan
sebagai “model” yang dikaguminya. Si
puber putri sering mengimpikan Wajah cantik secantik bintang film yang
dikaguminya sedangkan si puber pria sering mengkhayalkan diri sebagaimana
pahlawan yang dikaguminya dalam cerita-cerita. Di antara teman-teman sebaya, Si
Puber sering sekali saling membandingkan diri. Mereka umumnya khawatir, jika
keadaan dirinya tidak sebagus/ seindah/ sekuat “model” yang dikaguminya atau
teman-teman sebayanya. Dalm masa remaja, hal demikian itu diharapkan
dikuranginya. Para remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya
keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian. Mereka diharapkan
memelihara keadaan jasmaninya, wajahnya, kekuatan/ kelembutan yang dimiliknya
sendiri, serta memanfaatkannya secara efektif.
2
Memperoleh hubungan baru dan menantang lebih matang dengan teman-teman sebaya
antara dua jenis kelamin.
Akibat
adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja
mengadakan hubungan social terutama ditekankan pada hubungan (relasi) antara
dua jenis kelamin, merupakan suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan.
Memang diharapkan remaja dapat mencari dan memperoleh teman-teman baru dan
menjadi matang berhubungan dengan teman sebaya, lawan jenis, dalm
kelompok-kelompok mereka. Sangat penting dalam hal ini, bahwa seorang remaja haruslah
mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan sejenis atau sama jenis
agar ia memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga tanpa penerimaan teman
sekelompok, maka membuka timbulnya gangguan-gangguan perkembangan psikis dan
social remaja yang bersangkutan. Sebaliknya memang dicapainya kematangan fisik
dan psikis, banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman sekelompok remaja dalam
pergaulannya. Remaja-remaja yang tidak diterima dalam kelompok teman sebaya
lain jenis ataupun sama jenis, seringkali menyusun kelompok sendiri yang
dikenal sebagai “genk” dengan perlakuan-perlakuan menganggu teman-teman
lainnya.
3.
Menerima keadaan sesuai jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti kaumnya.
Perbedaan
secara fisik antara pria dan wanita nampak jelas sejak masa pubertas, dan
perkembangan ini telah matang dalam masa dewasa. Seringkali terjadi ada remaja
yang menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka
tidak memuaskannya. Dalam masa remaja ini diharapkan mereka menerima keadaan
diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya
masing-masing. Si Remaja pria tentu saja diharapkan bersifat maskulin,
sedangkan remaja wanita diharapkan bersifat feminism. Tanggung jawab
sebagaimana kaumnnya, haruslah dimiliki. Misalnya, adalah kewajaran jika remaja
pria lebih banyak memikirkan soal pekerjaan disbanding wanita, sebagai kaum
yang diharapkan sebagai kaum yang lebih bertanggung jawab, untuk itu, sebelum
mereka memasuki hidup perkawinan.
4.
Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
Tugas
perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari
ketergantungan emosional seperti pada masa kanak-kanak mereka. Pada masa
kanak-kanak, anak sangat bergantung emosinya pada orang tua atau orang dewasa
lain. Misalnya, anak ikut menangis jika melihat orang tua menangis. Anak-anak
sangat sukar bekerja sendiri tanpa didampingi orang tua mereka karena mereka
merasa tidak aman. Dalam masa remaja seseorang dituntut untuk tidak lagi
mengalami perasaan bergantung semacam itu, sebab terbukti bahwa remaja yang
selalu bergantung secara emosional, akan menemui berbagai kesukaran dalam masa
dewasa. Dalam masa remaja, individu yang demikian itu tidak dapat menentukan
rencana sendiri, tidak dapat membuat keputusan sendiri, dan tidak bertanggung
jawab terhadap langkah-langkah atau pilihan yang ditempuhnya. Hal yang demikian
ini tentu saja menimbulkan kesukaran-kesukaran baginya dalam masa dewasa.
5.
Memperoleh Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
ekonomi/ keuangan
Kesanggupan
berdiri sendiri dalam hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi/ keuangan,
merupakan satu di antara tugas perkembangna remaja yang penting, mengingat
mereka akan kelak hidup sebagai orang dewasa. Ada dua pengertian pokok yang
dikandung oleh perkembagan ini yaitu pertama, sehubungan dengan sumber
keuangan atau pemasukan. Kedua, bersangkutan denagn pengelolaan keuangan
dalam penggunaannya. Pengertian pertama, remaja diharapkan dapat belajar
sedikit demi sedikit untuk terlepas dari bantuan ekonomis orang tua dengan
mendapat pekerjaan (jangka pendek) dan mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan kerja tetap pada masa depan (jangka panjang). Pengertian kedua, remaja
diharapkan memilki keterampilan dalam pengaturan pengeluaran uang atau belanja,
memilih prioritas dalam pembelanjaan serta mengatur penggunaan yang dibelinya.
6.
Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan falsafah hidup.
Penelitian
terhadap remaja mengungkapkan bahwa ternyata remaja sangat tertarik pada
persoalan yang menyangkut kehidupan dan falsafah hidup serta soal-soal
keagamaan. Mereka ternyata tertarik pada tujuan-tujuan hidup, memusatkan
perhatian pada standar-standar perilaku dirinya, keluarganya, dan orang lain.
Para remaja memang diharapkan memiliki standar-standar pikir, sikap perasaan
dan perilaku yang dapat menuntun mewarnai sebagai aspek kehidupannya dalam masa
dewasa dan masa selanjutnya. Dengan kata lain, remaja memerlukan perangkat
nilai dan falsafah hidup, jika remaja tidak memilki falsafah hidup (terutama
yang diterapkan dalam perbuatan) maka mereka tidak memiliki “kemudi” atau
kendali dalam hidupnya yang dapat membuatnya tidak memiliki kepastian diri.
Remaja yang demikian itu akan mudah bingung terombang-ambing oleh situasi hidup
yang demikian cepat berubah, yang kemudian menjadikannya manusia yang tidak
berbahagia. Jika diteliti tugas-tugas perkembangan yang dikemukakan oleh
Garrison di atas, nampak sekali agak beragam, dalam
arti meliputi remaja yang meningkat remaja (termasuk anak dalam masa pubertas)
serta remaja yang telah berada dalam ambang kedewasaan. Hal yang demikian itu
dapat dipahami mengingat Garrison tidak membagi remaja atas remaja awal dan
remaja akhir. Pembagian jelas masa kehidupan secara psikologis memang dihindarinya,
yang mana berpangkal pada pendapatnya, menghindari meletakkan remaja dalam “tyrrany
of the norm”[3].
Namun begitu, banyak pula ahli yang membaginya atas remaja awal dan remaja
akhir.
II.1.4 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA AWAL
Satu di antara ahli
psikologis yang membagi masa remaja atas remaja awal dan remaja akhir adala
William W. Wattenberg. Ahli ini pernah
merumuskan tugas-tugas perkembangan khusus pada masa remaja awal sebagai
berikut:
1 Memilki kemampuan mengontrol diri sendiri seperi orang dewasa
Bagi remaja, sejak
masa remaja awal diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri sendiri (self
control) atas perbuatan-perbuatannya. Tugas perkembagan yang pertama ini
timbul karena remaja telah bertambah pekerjaannya/ perbuatan-perbuatan yang
didapat di antara pekerjaan/ perbuaatan itu ada yang boleh dan ada yang tidak
boleh dilakukannya. Untuk itu perlu adanya kontrol agar dirinya dapat
berperilaku yang diterima oleh masyarakat lingkungannya. Usaha control diri
remaja awal jika dilakukannya, dapat terjadi dia berhasil mengadakan control
dan dapat pula bergaul. Sering pula terjadi, control diri tidak ada sama sekali
sehingga menimbulkan persoalan serius akibat perbuatannya. Dapat pula terjadi
adanya control diri yang terlalu keras sehinggs perbuatan-perbuatan sah pun
tidak dilaksanakannya, remaja awal mengekang diri. Dalam hal ini individu yang
melakukan control yang terlalu keras ini
baginya akan mudah terjadi persoalan-persoalan salah sesuai atau “mal-adjusted”.
2. Memperoleh kebebasan
Memperoleh kebebasan
merupakan satu di antara tugas perkembangan penting bagi remaja awal. Hal ini
berarti remaja awal diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat rencana,
bebas membuat rencana alternative pilihan, bebas menentukan pilihan dan bebas
membuat keputusan-keputusan sendiri, melaksanakan keputusannya itu serta
bertanggung jawab sendiri atas keputusan dan pelaksanaan keputusaannya. Hal
semacam itu diharapkan dapat dilakukan remaja awal secara bertahap-tahap sesuai
dengan tingakat kematangan yang dicapainya dalam berbagai lapangan seperti,
perencanaan dan pemilihan demi sekolah/ jurusan, lapangan pekerjaan, teman
kencan dan sebagainya. Diharapkan remaja awal berangsur-angsur melepaskan diri
dari ketergantungan orang tua atau orang dewasa dalam banyak hal.
3. Bergaul dengan teman lawan jenis
Remaja awal sadar
bahwa dirinya ada rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu bersama dengan lawan
jenisnya. Tapi mereka umumnya masih ada ragu, apakah dirinya juga membuat lawan
jenisnya tertarik atau tidak. Mereka juga ada rasa malu untuk saling mendekat
pada mulanya. Terdapat pula remaja yang sangat malu dan bimbang pada daya tarik
dirinnya sendiri bagi lawan jenisnya sehingga sepanjang masa remaja awal tidak
pernah mengalami kencan atau “dating”. Dalam masa remaja awal ini,
sangat penting bagi remaja menjalani apa yang sering yang disebut “dating” atau
kencan, ataupun “romance” atau pacaran. Untuk itu diperlukan
ketrampilan-ketrmpilan dan “seni” tersendiri yang harus remaja miliki. Bagi
banyak remaja, biasanya tidak mengalami kesuakaran seperti digambarkan di atas,
sangat memerlukan bantuan pendidik dan pembimbingnya.
4 Mengembangkkan ketrampilan-ketrampilan baru
Oleh karena dalam
masa ini remaja mempersiapkan diri memasuki diri memasuki masa dewasa, maka
mulai dalam masa remaja awal dan
sepanjang masa remaja, seseorang diharapkan berlatih dan mengembangkan
berbagai ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dan pergaulannya dalam masa dewasa
kelak. Ketrampilan-ketrampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut
dalam kerja dan jabatan kerja untuk memperoleh kebebasan ekonomis, melainkan
juga bersangkutan dengan ketrampilan dalam keghidupan kelurga yang ringan dan
pergaulan sodial yang biasa. Bagi remaja putrid misalnya, berlatih menerima
tamu, bertamu yang layak, memasak, mengatur meja makan, mencuci dan sebaginya.
Bagi remaja pria misalnya, berlatih membersihkan lantai, memberishkan kebun,
dan halaman rumah dan semacamnya. Baik remaja putrid maupun remaja pria, di
sekolah mereka dapat berlatih dan belajar berbagai ketrampilan yang berhubungan
dengan pekerjaan dan jabatan kerja.
5. Memiliki citra diri yang realitis
Dalam masa remaja awal,
Si Remaja diharapkan dapat member penilaian terhadap keadaan dirinya secara apa
adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa-apa yang lebih
dan kurang pada diri mereka, memelihara dan memfaatkannya secara positif.
Demikian pula, remaja awal diharapkan telah dapat menilai atau mengukur hal-hal
apa dalam dirinya yang disenangi dan tidak disenangi oleh teman-teman
sepergaulannya. Remaja diharapkan memiliki gambaran diri secara realitistis
tidak lagi atas dasar khayal (fantasi) tentang gambaran yang muluk-muluk
seperti apa yang seringkali mereka alami pada masa pubertas atau masa
kanak-kanak.
II.1.5 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
REMAJA DAN PELAKSANAANNYA
Latar Belakang, Arti dan Makna
Tugas-Tugas Perkembangan
Ada seperangkat hal
yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri memasuki alam
kehidupan masa dewasa, agar remaja yang berangkutan memilki keutuhan pribadi
dalam arti yang seluas-luasnya. Dari segi individu, apa yang diharapkan
dimilikinya itu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap dan perasaan,
kemauan dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam “tuntutan” dari
factor-faktor social, religius, serta nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di
dalamnya. Tuntutan itu “dikenakan” bagi individu sebagai bagian dari lingkungan
itu juga.
Secara ekstrim
dicontohkan: misalnya, tentu tidak normal kalu
remaja yang masih digendong oleh orang tuanya. Tentu tidak layak pula
jika remaja selalu bergantung (dependent) dan tidak dapat menangani
sendiri “pekerjaan rumah” dari sekolahnya. ADalah tidak wajar jika remaja tidak
dapat atau tidak mau bergaul dengan teman-teman sebayanya, demikian pula dengan
pelaksanaan kewajiban hidup bersama dalam masyarakat, atau kehidupan beragama.
Ringkasnya, remaja diharapkan dan dituntut untuk bersikap, berpikir dan berlaku
yang sesuai atau cocok dengan tuntutan lingkungannya, serta eksistensinya
sebagai remaja.
Dengan
berlatarbelakang pada adanya harapan atau tuntutan serta eksistensinya itu,
kemudian remaja “memikul beban” tugas yang diharapkan dialaminya. Harapan
tersebut disebut sebagai Tugas-Tugas Perkembagan. R.J. Havighurst[4],
dalam suatu tugas yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam
kehidupan seseorang.
Arti tugas-tugas
perkembangan, lebih lanjut dapat dikongkritkan sebagai berikut:
1.
Tugas-tugas
perkembangan adalah petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan
memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain
terhadap seorang dalam usia-usia tertentu. Arti pertama ini mengandung makna:
PErtama, dari segi orang dewasa, dapat mengetahui hal-hal apa yang harus
diajarkan kepada anak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus
bagi masa kanak-kanak), dan mengetahui hal-hal bagaimana yang harus ditanamkan
dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa pubertas dan masa
remaja. Kedua, segi anak yang sadar menuju kedewasaannya, dapat mengetahui
hal-hal apa dan bagaimana yang bagaimana yang harus dipelajari dan dikuasai
dalam suatu masa kehidupan tertentu dalam mana dia berada , yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan lingkungannya yang lebih luas
2.
Tugas-tugas
perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang
diharapkan daripadanya pada masa yang akan dating, jika dia kelak telah mencapainya.Artikedua
ini mengandung makna, dari segi pendidik, dapat mengetahui hal-hal bagaimana
yang diharapkan dikuasaioleh anak didiknya (kelak dalam masa pubertas, masa
remaja, masa dewasa dan masa tua) sehingga dapat hidup lebih “well-adjusted”
kelak di kemudian hari. Dari segi warga didik (dalam masa pubertas, remaja)
dapat memandang jauh ke depan sehingga mengetahui bahwa dalam masa dewasa dan
masa tuanya kelak menuntut untuk dikuasainya sehingga kelak ia dapat hidup
lebih “wll-adjusted”.
Beberapa
ahli telah merumuskan tugas-tugas perkembangan itu antara lain Havighurst, Karl
C. Garrison, William W. Wattenberg dan lain-lain dengan titik tekannya
masing-masing.
BAB III
ANALISIS MATERI
Perlunya mempelajari Perkembangan Individu adalah untuk
mengamati gejala-gejala yang bersasngkutan erat dengan pertumbuhan atau
potensi—potensi (kemampuan bawaan) dari tingkah laku yang sensitif (peka)
terhadap rangsangan dari lingkungan.
1.
Tugas
perkembangan kanak-kanak dan remaja:
Seharusnya belajar menyesuaikan diri dengan keadaan
dirinya sebagai wanita atau pria sudah ada sejak masa kanak-kanak awal. Karena
mereka sudah bisa membeda-bedakan jenis kelamin, dan menghargainya.
Secara umum,
mengapa dalam buku Psiklogi Anak-anak dan psikologi remaja ini tidak disebutkan
peran agama dalam tugas-tugas perkembangan pada masa anak-anak dan remaja?
Seharusnya agama ikut mempengaruhi karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak dan juga remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Mappiere, Andi, Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional,
1982.
Kartono, Kartini. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:
Mandar Maju. 1995.
Atkinson, Rita dkk, Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas,
Jilid Satu, Batam: Interaksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar