PENGARUH PENGALAMAN
TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat dan
kebudayaan Indonesia.
Walaupun pendidikan modern, dalam arti yang berasal dari Eropa, mempunyai
peranan penting sebagai pemacu maupun pendukung lahir sejarah Indonesia modern
yang diawali zaman kebangkitan nasional,
sebelum itu berbagai jenis pendidikan sudah terdapat di dalam masyarakat
Indonesia.
Berbagai pengalaman yang telah dialami oleh bangsa ini,
terutama di bidang pendidikan telah memberikan kita berbagai wacana untuk
menyusun sebuah kurikulum yang dapat mendukung dan menghasilkan sesuatu yang
bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari analisa seperti itu dapatlah kita lihat betapa
pendidikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kebudayaan tidak hanya
menyentuh kebudayaan lahir akan tetapi juga kebudayaan bathin.
RUMUSAN MASALAH
- Apa makna belajar?
2. Bagaimana proses terjadinya
sebuah pengalaman seseorang berdasar pada pengamatan?
3. Bagaimana pengaruh hubungan antara pengalaman dan budaya di masyarakat?
PEMBAHASAN
PENGARUH PENGALAMAN
TERHADAP PEMBELAJARAN
Makna Belajar
Dewasa ini para ahli memandang bahwa siswa adalah
seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai
satu-satunya pembelajar, tetapi sekadar pembimbing, fasilitator, dan pengarah.
Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu
keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik.
Belajar, juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh
pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang berarti
terjadi bila bahan belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga menjadi
terarah bila ada timbal balik dan penguatan dari pembelajar. Betapapun belajar
yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan
terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual
pebelajar.
Peserta didik/siswa perlu dilibatkan pada PBM (proses
belajar mengajar) yang memberi pengalaman bagaimana bekerjasama untuk menyelesaikan
suatu tugas. Misalnya, peserta didik diberikan berbagai macam tugas secara
berkelompok. Pengalaman belajar seperti ini selanjutnya akan dapat membentuk
sikap kooperatif dan ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk
menghargai segala kelebihan dan kekurangan masing-masing[1]. (Achmad
Amiruddin)
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan
langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai
manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan
mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Belajar merupakan sebuah interaksi dan proses adaptasi
yang tak pernah selesai antara individu dan masyarakat. Perkembangan dan proses
belajar seseorang tidak dapat terjadi tanpa kehadiran pengaruh lingkungan
(masyarakat). Proses kognitif ilmu pengetahuan dan keragaman pengalaman tidak
hanya memiliki pengaruh terhadap proses penilaian diri (self-appraisal)
dan pengembangan harga diri (self-esteem), tetapi juga mempengaruhi
proses pencarian makna aspek-aspek diri dan pengembangan konsep diri (self-concept).[2]
(Wentzel, K.R.)
Belajar dapat dilakukan di beragai tempat, kondisi dan
waktu. Cepatnya informasi melalui radio, televis, film, wisatawan, surat kabar,
majalah dapat mempermudah belajar Meskipun informasi dengan mudah dapat
diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dari padanya. Guru profesional
memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu
mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.[3]
Maka dari kajian di atas dapat diambil sebuah nilai
yang penting. Bahwa, dalam pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru
berinteraksi dengan siswa, yang keduanya mencapai tujuan pembelajaran atau
sasaran belajar yang serupa. Pembelajaran yang mengedepankan siswa yang aktif mempunyai ciri:
1.
Pembelajaran yang berpusat pada
siswa
2.
Guru bertindak sebagai
pembimbing pengalaman belajar
3.
Orientasi tujuan pada
perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang
4.
Pengelolaan pembelajaran
menekankan pada kreativitas siswa
Proses Terjadinya Sebuah Pengalaman Seseorang Berdasar Pada
Pengamatan
Pengamatan ialah suatu daya jiwa untuk memasukkan
kesan-kesan dari luar dengan menggunakan alat indera. Pengamatan merupakan
dasar bagi setiap pengalaman dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini
disebut fungsi reseptif (menerima)
dan berlaku pada masa sekarang. Ada
4 faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan: perangsang, alat
indera, otak dan perhatian. Karena
adanya perhatian maka perangsang diterima alat indera dan terus ke otak
melalui urat syaraf sensoris. Di dalam otak perangsang itu diolah dengan
bahan-bahan yang sudah ada (bahan-bahan apersepsi), kemudian terjadi
penafsiran; perangsang itu dimengerti. Pengamatan selalu terikat oleh waktu dan
tempat dan berlangsung di waktu sekarang. Pada manusia setiap pengamatan
menghasilkan gambaran-gambaran jiwa yang disebut kesan-kesan yang berupa tanggapan
atau pengertian. Kesan-kesan inilah yang kemudian menjadikan
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.[6]
Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan
mampu mencapai pengamatan yang benar obyektif sebelum mencapai pengertian.
Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.[7]
Pengaruh Hubungan Antara Pengalaman dan Budaya di Masyarakat
Pengalaman dari sebuah budaya masyarakat dapat
memberikan corak sistem pendidikan yang dinamis
terhadap tuntutan perkembangan hidup manusia yang selalu meningkat.
Perubahan kultural umat manusia dapat saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lainnya tanpa mengenal batas-batas Negara atau suku bangsa di dunia kita
ini. Dengan kata lain, sistem kependidikan harus mampu menampung, mengelola dan
mengarahkan ide-ide yang terkandung dalam semua faktor yang membawa perubahan
sosial kultural manusia.[8]
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang
saling berkaitan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula tidak
ada praksis pendidikan di dalam vakum tetapi selalu berada di dalam lingkup
kebudayaan yang kongkret.
Dimana saja, perbedaan seting kultural mempengaruhi
cara pendang setiap individu masyarakat melihat dan memahami dirinya (the
self). Spencer (1999).
Contoh kongkrit dalam permasalahan ini adalah tentang
kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK yang berkelanjutan terus harus diimbangi oleh
perubahan yang berkelanjutan pula dalam isi yang diajarkan kepada semua jenjang
pendidikan. Untuk sebagian besar, perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
kurikulum pendidikan menengah di dalam dua dasawarsa mendatang dipengaruhi oleh
keperluan untuk meng-up to date-kan bahan pelajaran dengan hasil-hasil
perkembangan ilmu pengetahuan selama 50 tahun terakhir. Hal tersebut akan
membawa ke dalam kurikulum sekolah bidang-bidang perhatian baru dan metode
baru, pemikiran dan pengertian.[9]
(D.A. Tisna Amidjaja)[10]
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penyusunan
makalah ini maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengalaman dalam belajar
telah memberi pengaruh yang sangat besar diantaranya adalah
- Bagi peserta didik pengalaman dapat membentuk sikap kooperatif dan ketahanan bersaing dengan pengalaman nyata untuk menghargai segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.
- Bagi pendidik pengalaman dapat menambah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
- Pengalaman dari sebuah budaya masyarakat dapat memberikan corak sistem pendidikan yang dinamis terhadap tuntutan perkembangan hidup manusia yang selalu meningkat.
Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang ada di dalam makalah ini. Maka kami membuka
pintu selebar-lebarnya baik saran maupun kritik dari semua pihak demi
tercapainya kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M.
Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta:
Golden Terayon Press, 1986
Cony R. Semiawan & Soedijarto, Mencari
Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: Grasindo, 1991
Depag RI. Pembelajaran yang Efektif: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Siswa, Jakarta:
Bagian Proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2001
Dimyati dan
Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Purwanto, Ngalim.
Psikologi Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003
Syah,
Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2003
Tirtosudiro, Achmad. Keluar dari
Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Kualitas Sumberdaya
Manusia Abad 21, Jakarta:
Intermasa, 1997
[1] Achmad,
Tirtosudiro. Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab
Tantangan Kualitas Sumberdaya Manusia Abad 21, Jakarta: Intermasa, 1997, hal. 137
[2] Depag
RI. Pembelajaran yang Efektif:
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa, Jakarta: Bagian Proyek EMIS Perguruan Agama
Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001, hal.
49-50
[9] Cony R. Semiawan & Soedijarto, Mencari
Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: Grasindo, 1991, hal. 53
Casino in Detroit - DrMCD
BalasHapusExplore Dr.MD's 김해 출장마사지 selection of casinos and other gaming 계룡 출장샵 options in Detroit, MI. It's your job to 문경 출장샵 find 경주 출장샵 the 제천 출장안마 perfect casino. 1-800-GAMBLER.