Sabtu, 04 Mei 2013

KEHIDUPAN SOSIAL REMAJA



KEHIDUPAN SOSIAL REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anakanak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum  dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usiabelasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap. Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remajaawal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara  seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum.

B. Rumusan Masalah
            a. Bagaimana mengenal dan memahami kehidupan remaja?
b. Bagaimana memahamani dan mengetahui perilaku menyimpang pada
    Remaja?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan ini dimaksudkan agar pembahasan ini terarah dan diharapkan dapat menunjang kualitas hasil pembahasan.  Berdasarkan hasil rumusan masalh tersebut, maka secara umum dapat memberikan gambaran hal-hal yang berkaitan dengan remaja dalam kehidupan sosialnya Adapun secara khusus, penelitan ini bertujuan:
1.   Untuk mengenal dan memahami kehidupan remaja.
2.   Untuk memahamani dan mengetahui perilaku menyimpang pada
      Remaja.

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat dijelaskan manfaat pembahasannya, sebagai berikut:
1.    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan remaja dan kehidupan ssosialnya.
2.    Secara praktis, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya maupun para pengajar khususnya agar menyadari betapa pentingnya upaya upaya penanggulangan dan pencegahan kenakalan remaja.
3.    Secara Instruktisional/ kelembagaan, dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan remaja dan kehidupan sosialnya.

E.  Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini dan agar tidak terlalu jauh pembahasanya, maka perlu diberikan ruang lingkup penelitian adapun ruang lingkup penelitian tersebut adalah :
  1. Tentang mengenal dan memahami kehidupan remaja.
  2. Tentang perilaku menyimpang pada Remaja.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal dan Memahami Problem-Problem Remaja
            Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang aneh, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuannya. Ditinjau dari segi usia tidak mudah menentukan secara pasti, siapa yang dianggap sebagai kelompok remaja ini, namun pada umumnya, masyrakat berpendapat bahwa kelompok remaja terbagai menjadi dua yaitu, remaja awal dan remaja akhir. Golongan remaja awal adalah kelompok kelompok anak yang berusia 13-14 tahun, sedang remaja akhir adalah mereka yang berusia antara 17-18 tahun ke atas sampai menginjak masa dewasa awal.
            Dilihat dari dimensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa kelompok itu tergolong pada kelompok transisional (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakam dekade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa setiap priode tarnsisi selalu ada gejolak dan rintangan yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak, meskipun gejolak pada setiap remaja memilki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa keperibadian remaja transisi dengan berbagai ciri utama sebagai berikut:
  1. Perkembangan fisik yang pesat sehingga perbedaan ciri fisik antara laki-laki dan wanita.
  2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan intraksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka sudah termasuk kelompok dewasa.
  3. Memilki keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan orang dewasa walaupun secara relatif, tanggung jawab yang ada pada mereka masih belum mantap.
  4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara sosial, ekonomis maupun politis dan psikis, dengan mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orang dewasa.
  5. Adanya perkembangan intlektualitas yang akan digunakan untuk mendapatkan indentitas diri.
  6. Menginginkan sistem, kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan keinginannya, yag seringkali tidak seiring dengan kaidah yang dianut oleh orang dewasa.
Cri-ciri tersebut di atas merupakan harapan –harapan kaum remaja yang belum mantap identitasnya, sehingga kadang-kadang, perilkau kelompok remaja bersifat aneh  bagi kelompok orang dewasa, misalnya dalam berusaha menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Mereka akan menggunakan cara-cara tersendiri. Pola sikap dan perilakuyang dihargai oleh semua remaja (Peer Group) dianggap sebagai pengakuan dan eksistensi dalam kelompok sangat penting dalam kehidupan remaja, sehinga segala perilaku muncul dalam kelompok ini.
Berbagai saluran pelepas keteganggan diciptakan oleh kelompok, untuk menguragi kegelisahan yang dialaminya, baik itu kumpul dengan temana-teman, negebut-ngebutan dan bergadang kadang-kadang sampai larut malam.
Adanya kecendrungan menunjukkan bahwa bimbingan yang bersifat persuasif dari orang tua, lebih diperlukan dan lebih efektif dibanding penekanan yang seringkali menjadi penyebab konflik berkepanjangan antara kelompok remaja dan orang tua.
1.      Problem dan kehiduapn sosial remaja
secara umum kehidupan sosial yang sangat berarti pada kehidupan keompok remaja. Hal ini tidak berarti bahwalingkungan sosial yang lain dapat diabaikan begitu saja., karena kelompok remaja juga berada dalam konteks masyarakat yang luas dan komplek, sehingga pembahasan akan difokuskan pada hubungan remaja dengan lingkungan sisilanya, hubungan dengan orang tua, guru dan teman bermainnya.
a.       Remaja dan lingkungan sosial
Perkembangan keperibadian seorang termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara peribadi dengan lingkungannya. Lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi  yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan fisik. Maupun kesehatan mental yang dapat merupakan upaya pencegahan timbulnya gangguan perkembangan keperibadian. Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menmbulkan ganggaan pada keperiadian seseorang yang yang menyebabkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik diharapakan dapat mengatasinya sebagai kesulitan remaja sehingga pekembangan keperibadiannya dapat berlangsung dengan baik.
b.      Hubungan Remaja Dengan Orang Tua
Dalam kehidupan seringkali muncul konflik antara orang tua dengan anak-anak yang telah menginjak remaja masalah-masalah yang dihadapi remaja dengan orang tuanya seringkali disebabkan oleh hambatan komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak.
Adapun faktor-faktor  yang ditenggarai dapat menjadi penghambat komunikasi tersebut diantarannya:
1.      Orang tua biasannya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anak yang menginjak remaja. Sebagai akibat terjadi benturan nilai antara remaja yang mulai merasa dewasa dengan orang tua yang mengguanakan  otoritas yang berlebihan.
2.      Orang tua dan remaja tidak mengguanakan bahasa yang sama, sehingga sering menimbulakn salah paham, orang tua sering hanya memberikan informasi tanpa ikut serta memecahkan masalah yang dihadapi remaja.
3.      Karena kesibukan masing-masing, seringkali komunikasi orang tua dengan remajanya hanya terjadi dalam waktu yang singkat.
4.      Dalam keluarga seringkali remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya mengemukakan ide secara bebas.
5.      Perbedaan kepentingan seringkali juga dapat menimbulkan adanya ketegangan dan konflik, karena munculnya perbedaan kriteria dalam memandang sesuatu permasalahan.
Hambatan-hambatan komunikasi dapat ditanggulangi dengan inisiatif yang seyogyanya datang dari orang tua, ada kecendrungan pada sementara orang tua untuk mendidik anak-anak dengan apa yang mereka inginkan. Sebaliknya membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka, juga merupakan hal yang bijak. Bimbingan melalui dialog diskusi, analisis dan perkembangan dalam setiap permasalahan perlu selalau dilakukan. Anak lebih mudah menerima bimbingan dengan contoh konkrit dan bukan sekedar informasi.
c.   Hubungan Remaja Dengan Sekolah dan  Guru.
    Problem yang muncul dalam kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesuliatan dalam menhadapi mata pelajaran di sekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi sepontan terhadap suatu kadaan, tetapi biasannya akibat dari suatu rangkaan peristiwa yang sudah berlangung lama atau berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem di sekolah pada umumnya mengemukakan keluhan nahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun  kemudian timbul  sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos, melannggar tata tertib, menentang guru berkelahi dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat  dari berbagai dimensi penyebab yaitu factor-faktor negatif diantaranya adalah:
1.      Kurang adanya kematangan fisik, mental dan emosi sesuai dengan teman sebaya dan harapan sosial.
2.      Adanya hambatan fisik  atau kelainan organis, baik pendengaran, penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.
3.      Kemampuan yang terlalu kurang atau cenderung terlalu tinggi
4.      Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik sekolah.Untuk itu dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan menggunakan teknik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta partisipasi remaja di kelas. Disini diperlukan keahlian dari seoarang guru bahkan guru dituntut untuk betul-betul profesional ini diharapkan berupaya untuk meningkatkan kemandirian berfikir dan berpendapat, dengan diskusi atau pembeajaran komunikasi dua arah, disamping itu perlu pula pemahaman terhadap prolem-problem umum remaja, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan remaja.
c.                                      Hubungan remaja dalam kehidupan peer group (teman sebaya)
Selalu ditekankan bahwa kehidupan remaja dalam peer group merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan kehidupan  remaja, sehingga rasa diterima dan dihargai  oleh kelompok serta setatus atau kedudukan diantara teman sebaya sanagat penting, peer group di sekolah ataupun di luar sekolah dapat merupakan sumber yang dapat menenangkan dan mengarahkan kecendrungan-kecendrungan destruktif menjadi konstruktif.
Kecendrungan untuk menjadi anggota kelompok sebaya sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group  ikatan dan solidaritas antar anggota menjadi kuat dalam menghadapi tantangan di lingkungan.
Terbentuknya system nilai, sikap, perilaku  dan kebiasaan baru banyak diwarnai oleh kelompok sebaya yang tepat akan menjadi pendorong dan menyesatkan apabila kelompok yang dipilih adalah kelompok yang miskin norma

1.      Selalu ditekankan bahwa kehidupan remaja dalam peer group merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan kehidupan remaja, sehingga rasa diterima dan dihargai oleh kelompok serta setatus atau kedudukan diantara teman sebaya sangat penting, dan sering kali diupayakan dengan berbagai cara dan upaya. peer group di sekoah ataupun di luar sekolah dapat merupakan sumber yang dapat menenangakan dan mengarahkan kecenderungan-kecendrungan dekstruktif menjadi konstruktif.
Kecenderungan untuk menjadi anggota kelompok sebaya sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group ikatan dan solidaritas antar anggota menjadi kuat dalam mengahadapi tantangan di lingkungan
Terbentuknya sistem nila,sikap, perilaku dan kebiasaan baru banyak diwarnai oleh kelompok sebaya yang tepat akan menjadi pendorong dan sumber kematangan keperibadian remaja, sebaiknya akan menyesatkan apabila kelompok yang dipilih adalah kelompok yang miskin norma.
2. Kehidupan Psikologis Remaja
            Pertumbuhan fisik yang sangat pesat yang tidak diimbangi dengan perkembangan psikis sebagai akibat masa transisi yang terjadi pada remaja, sering menimbulkan konflik-konflik intern dalam upaya penghayatan remaja terhadap dirinya sendiri. Permasalahan yang menyangkut aspek psikologis tidak dapat dilepaskan dari permasalahan-permasalahan lain yang bersumber dari lingkungan sosial budaya. Hubungan yang kurag harmonisdengan orang yang tua, guru, teman sebaya pacar dan sebagainya dapat menghambat perkembangan keperibadian dan mengancam kesehatan mental.
Konflik-konflik internal maupun eksternal yang terjadi seringkali menjadi sebab remaja melarikan diri dari kenyataan kemudian masuk kedalam alam ilusi dan mimpi. Hal ini mungkin terjadi bila remaja merasa bahwa lingkungan sosial budaya mengecewakan dan mengancam eksistensi dirinya.dilihat dari kehidupan psikologisnya, remaja yang memilki kesehatan yang baik adalah remaja yang mempunyai kondisi yang memungkinkan remaja dapat mengembangkan peribadinya secara penuh, baik perkembangan dalam dimensi fisik, intlek dan emosinya degan cara yang harmoni dan sesuai dengan kepentingan individu lain dalam lingkungannya. Permaslahan dalam kehidupan  psikologis remaja dapat diidentifikasi dari stabil tidaknya perkembangan emosi yang dialami, berhasil tidaknya penyesuaian diri yang dilakukan, idealsime dan cita-cita serta kematangan seksual yang dialaminya.
1.   Stabilitas Emosi
Kehidupan remaja bukan saja mengalami perubahan fisik dan fisiologis, tetapi remaja juga selalu dihadapkan pada kehidupan emosi ayng tidak stabil. Seringkali terlihat keceriaan yang berlebihan tetapi tiba-tiba berubah menjadi murung, pendiam  atau pemarah. Situasi emosi lain yang sering muncula dalam kepekaan emosi yang terlalu tinggi. Bayak faktor yang dapat mengakibatkan emosi yang tidak setabil pada remaja diantaranya adalah harapan, keluarga dan masyarakat (lingkungan) yang terlalu tinggi terhadap pergaulannya dengan teman sebaya. Keinginan untuk selalu tampil terbaik dan dapat diterima oleh kelompok sebaya dapat menimbulkan kecemasan bila dalam kenyataan remaja merasa gagal atau kurang popular diantaranya teman-temannya.
2.      Kematangan Seksual
Pertumbuhan fisik pada remaja yang sangat pesat merupakan konsekuaensi mulai berfungsi hormon-hormon produksi yang membedakan secara jelas pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan pada masa ini remaja mulai merasakan adanya rangsangan-rangsangan erotik yang menandai mulainya hormon-hormon skunder yang mendukung kesiapan reproduksi.
Bersamaan dengan pertumbuhan badan dan pertambahan usia maka kelenjar-kelenjar seks remaja mulai berkembangn dan berfungsi. Sehingga secara ilmiah remaja laki-laki  tertari kpada lawan jenis meskipun seringkali gejolak rasa itu ditekan, karena kesadaran untuk sekolah dulu ataupun tekanan  dari orang tua dan lingkungan. Pada masa ini kelompok remaja membutuhkan bantuan lingkungan teruatama orang tua untuk menjawab dan memuaskan rasa ingi tahu dan pertanyaan –pertanyan yang sering menggangu tentang perangsangan dan kehidupan seksual pada umumnya. Munculnya dorongan erotik yang tidak dilandasi pengetahuan yang jelas sering menimbulkan perilaku meyimpang sebagai akibat usaha coba-coba mengahayati kehdupan seksualnya. Sebaliknya dorongan yang dilandasi pengetahuan kuat tentang norma dapat pula menimbulkan konflik intern.
3.   Idealisme dan Cita-Cita
      Perkembangan intlektual yang bersifat netral dalam mencari identitas diri bila mendapat bimbimngan dan arah yang sesuai dapat mamacu munculnya kreativiats dan ide-ide cemerlang pada remaja: idelaisme dan cita-cita dapat berkembang secara pesat bilar emaja dalam kondisi mental yang cukup sehat  sehingga idealisme dan cita-cita yang muncul merupakan motivasi yang kuat untuk dapat berprestasi setinggi mungkin  sebalikya berbagai kegagalan remaja dalam memenuhi tuntutan lingkungan  dan tugas-tugas perkembangannya dapat berakibat munculnya perilaku-periku menyimpang sebagai manifestasi dari frustasi, baik sebagai akibat kegagalan dalam kehidupan kelompok maupun dalam mengimbangi tuntutan kehidupan kelompok dan menunjukkan eksistensi dirinya.
Dalam kehidupan remaja seringkali muncul konflik (berbagi tuntutan dan kepentingan yang muncul secara bersama dan semuanya menuntut pemunahan secara simultan) konflik-konflik yang muncul dalam kehidupan remaja sering berupa konflik antara dorongan erotis dan kesadaran etika moral konflik antara idealisme dan realita kehidupan.konflik antara kebebasan dan tekanan orang dewasa, konflik antara kemampuan nyata dan tuntutan lingkungan dan sebaginya.

B. Perilaku Menyimpang Pada Remaja
Telah ditulis pada bagian terdahulu bahwa kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja sebenarnya merupakan konpensasi dari segala kekuragan dan kegagalan dan kegagalan yang dialamiya.
1.      Penegrtian Perilaku Menyimpang atau Kenakalan
            Kenakalan merujuk pada perilaku yang berupapenyimpanagan atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau dari segi hukum, kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usianya. Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan keagagalan sistem kontrol diri terhadap implus-implus yang kuat terhadap dorongan-dorongan instingtif. implus-implus dorongan primitif dan sentiment tesebut disalurkan lewat perilaku kejahatan, kekerasan agresi dan sebagainya yang dianggap mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja tersebut.
Membahas perilaku menyimpang tidak dapat melepaskan diri dari perilaku yang di anggap normal dan sempurna serta ideal yang merupakan rata-rata secara statistik yang dapat diterima oleh masyarakat umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat dan cocok dengan norma sosial yang berlaku pada masa dan ditempat tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang terbatas waktu dan tempat.
Sedang predikat pribadi yang normal menampilkan diri: sempurna, ideal, beradalam skor rata-rata secara statistik, tanpa adanya sindrom-sindrom medis adekuat (serasi, tepat) sehingga secara umum bisa diterima oleh kelompok masyarakat setempat, cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan ditempat ini dan ada relasi personal dengan orang lain yang memuaskan.
Pribadi norma mempunyai ciri-ciri relatif dekat dengan itegrasi jasmani rohani yang ideal kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik batin dan berkonflik dengan lingkungan. Batinnya tenang seimbang, bandannya sealalu merasa kuat serta sehat.
Predikat abnormal diterjemahkan dalam pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagi berikut: sosiopatik, adalah perilaku menyimang secara sosial. (tak mampu menyesuaikan diri) tingkah lakunya  tidak edukatif tidak dapat diterima oleh umum sesuai dengan norm-norma sosial yang berlaku. Pribadi abnormal atau sosiopotik mempunyai cirri sebagai brikut: mengalami disintegarasi baik dalam diri sendiri maupaun dengan lingkungannya terisolasi darihidup bermasyarakat yang normal, selalau didera oleh konflik batin dan selalu berbenturan dangan norma sosial serta hokum formal.
  1. Perbedaan Struktur Intlektual
Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intlegensi yang berbeda dengan intlegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak adanya perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang ini mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan verbal. Kelompok ini pada umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang albigious dan kurang mampu memperhitungkan dan menghargai perbedaan paerilaku serta peribadi orang lain.
  1. Perbedaan Fisik dan Psikis
Anak-anak yang bererilaku menyimpang nampak idiot secara moral pada umumnya memilki cirri karaktersitik khas yang dalam fungsi psikologis dan neurologist.hal-hal yang nampak berbeda diantarnya lebih lamban dalam mereaksi terhadap stimulasikesakitan dan menunjukkan ketidak matangan ajsmaniah anomaly perkembangan tertentu.
  1. Perbedaan Ciri Karakteristik Individu
Remaja yang berperilaku menyimpang memilki ciri keperibadian khusus yaitu; lebih berorientasi pada kehidupan masa sekarang  yaitu bersenag-senang dan puas dalam hari ini dan kurang memperhtungkan hari esok. Kebanayakan dari mereka menagalami gangguan secara emosional aikbat banyaknya konflik yang tak terselesaikan. Disamping itu karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang normal, maka kelompok ini kurang sehingga kurang mampu mengenal norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara sosial, karena pada umumnya kelompok ini sangat imfulsif dalam berperilaku, seperti perilaku yang nyempret bahaya, agresif, emosional dan sebagainya karena kurang berfungsinya hati nurani. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya disiplin diri dan kontrol diri.

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
            Kenakalan remaja tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan yang vakum tetapi selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam kotek sosio cultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersiafat organisme fisiologismatau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan cultural, sehingga perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi temapt kelompok yaitu:
  1. Delinkuensi Individual:
Adalah perilaku menyimpang yang berupa tungkah laku criminal yang merupakan gejala personal dengan ciri khas jahat yang disebabka noleh prodisposisi dan kecendrungan  penyimpangan tingkah laku psikopat, neurotis dan inti sosial. Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimulasi sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kondisi cultural yang kurang menguntungkan. Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat siptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik inter psikis yang bersifat kronis dan disentegrasi pribadi.
  1. Delikuensi  Situasional
Bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimulasi sosial maupun kekuatan tekanan lingkunagan sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang “menekan dan memaksa” pada pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan remaja situasi sosial eksternal yang menekan, terutama dalam kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsure internal yang berupa pikiran yang sehat, perasaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delikuen situasional.
  1. Delikuensi Sistematik
Perbuatan yang menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang disistematisir, dalam bentuk suatu organanisasi kelompok sebaya yang berperilaku yang seragam dalam penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang menyimpang yang desistemasir dalam pengaturan status, norma dan peranan . tentu akan memunculkan sikap moral yang salah dan justru rasa kebanggaan terhadap perbedaaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku . semua perilaku yang menyimpang yang seragam dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalisir dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya.  Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar, karena bebagai sebaba dan berada dalam kondisi yang terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang diulang dan diulang kembali, dan kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi diri secara tidak wajar.
  1. Delikuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk  delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari baynak konflik kultural yang konroversi dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku yang menyimpang tipe ini memilki ciri utama yaitu:
    1. Mengandung banyak dimesi ketegangan syaraf, kegelisihan batin, dan keresahan hati para remaja., yang keudia disalurkan dan dikmpensasikan secara negatif pada tindak kejahatan yang agresif tak terkendali.
    2. Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewajiban orang dewasa yang dirasa berlabihan. Untuk menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
    3. Dikemukakan ada banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.
    4. Banyak diketemukan munculnya tidakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang mengganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan , penculikan, penyadaran dan sebagainya.
Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dlihat dari dimensi penyebabnya, maka secara fisik wujud dari perilaku yang menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut:
  1. Main kebut-kebutan di jalan perhitungan bahwa hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri dan orang lain.
  2. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan dan perilaku yang mengacaukan lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang dewasa.
  3. Perkenalan antar individu, antar gang, antar kelompok, antar sekolah maupun antar suku, yang kesemuanya menunjukkan akibat negatif.
  4. Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang kalau atau sembunyi ditempat terpencil sambil melakukan  ekspriment perilaku sosial.
  5. Perilaku kriminalitas, yang berupa perbutan yang mengancam, intemidasi memeras, merampas dan sebagainya.
  6. Berpestapora sambil bermabuk-mabukan dan melakukan perbutan seks bebas yang mengganggu lingkungan.
  7. Perkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau didorong oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri.
  8. Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitannya dengan tidak kejahatan.
  9. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan akses kriminalitas.
  10. Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomik, neourotik dan gangguan jiwa lain.
  11. Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter  anak yang menuntut konpesasi disbabkan oleh organ-organ inferior.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar