KEHIDUPAN SOSIAL
REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama
rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan
dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan
manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat
perhatian adalah masa remaja. Para orang tua,
pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan
melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada
apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa
remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu
tersebut? Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa
anakanak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas,
sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun,
secara umum dapat dikatakan bahwa masa
remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usiabelasan ketika pertumbuhan
fisik hampir lengkap. Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini
dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia
mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa
remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remajaawal dimulai pada saat anak-anak
mulai matang secara seksual yaitu pada
usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode
setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan
dewasa secara hukum.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mengenal dan memahami
kehidupan remaja?
b. Bagaimana memahamani dan mengetahui
perilaku menyimpang pada
Remaja?
C. Tujuan
Pembahasan
Tujuan pembahasan ini dimaksudkan agar
pembahasan ini terarah dan diharapkan dapat menunjang kualitas hasil pembahasan. Berdasarkan hasil rumusan masalh tersebut,
maka secara umum dapat memberikan gambaran hal-hal yang berkaitan dengan remaja
dalam kehidupan sosialnya Adapun secara khusus, penelitan ini bertujuan:
1. Untuk mengenal dan memahami kehidupan remaja.
2. Untuk
memahamani dan
mengetahui perilaku menyimpang pada
Remaja.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat
dijelaskan manfaat pembahasannya, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan
dapat menambah khazanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan remaja dan
kehidupan ssosialnya.
2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya maupun para pengajar khususnya agar menyadari betapa
pentingnya upaya upaya penanggulangan dan pencegahan kenakalan remaja.
3. Secara Instruktisional/ kelembagaan, dapat
digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan remaja dan kehidupan sosialnya.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk
mempermudah pembahasan dalam penelitian ini dan agar tidak terlalu jauh
pembahasanya, maka perlu diberikan ruang lingkup penelitian adapun ruang
lingkup penelitian tersebut adalah :
- Tentang mengenal dan memahami kehidupan remaja.
- Tentang perilaku menyimpang pada Remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal dan Memahami
Problem-Problem Remaja
Remaja seringkali
dianggap sebagai kelompok yang aneh, karena dalam kehidupannya kelompok ini
sering menganut kaidah-kidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan
dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang
tuannya. Ditinjau dari segi usia tidak mudah menentukan secara pasti, siapa
yang dianggap sebagai kelompok remaja ini, namun pada umumnya, masyrakat berpendapat
bahwa kelompok remaja terbagai menjadi dua yaitu, remaja awal dan remaja akhir.
Golongan remaja awal adalah kelompok kelompok anak yang berusia 13-14 tahun,
sedang remaja akhir adalah mereka yang berusia antara 17-18 tahun ke atas
sampai menginjak masa dewasa awal.
Dilihat dari
dimensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa kelompok itu tergolong pada kelompok
transisional (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakam dekade yang
bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia
dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa setiap priode tarnsisi selalu ada gejolak
dan rintangan yang menyertai perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang
mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak, meskipun gejolak pada setiap remaja
memilki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa
keperibadian remaja transisi dengan berbagai ciri utama sebagai berikut:
- Perkembangan fisik yang pesat sehingga perbedaan ciri fisik antara laki-laki dan wanita.
- Keinginan yang kuat untuk mengadakan intraksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa untuk memperoleh pengakuan bahwa mereka sudah termasuk kelompok dewasa.
- Memilki keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan orang dewasa walaupun secara relatif, tanggung jawab yang ada pada mereka masih belum mantap.
- Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara sosial, ekonomis maupun politis dan psikis, dengan mengutamakan kebebasan emosional dari pihak orang dewasa.
- Adanya perkembangan intlektualitas yang akan digunakan untuk mendapatkan indentitas diri.
- Menginginkan sistem, kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan keinginannya, yag seringkali tidak seiring dengan kaidah yang dianut oleh orang dewasa.
Cri-ciri tersebut di atas merupakan harapan –harapan kaum
remaja yang belum mantap identitasnya, sehingga kadang-kadang, perilkau
kelompok remaja bersifat aneh bagi
kelompok orang dewasa, misalnya dalam berusaha menyesuaikan diri terhadap
situasi tertentu. Mereka akan menggunakan cara-cara tersendiri. Pola sikap dan
perilakuyang dihargai oleh semua remaja (Peer
Group) dianggap sebagai pengakuan dan eksistensi dalam kelompok sangat
penting dalam kehidupan remaja, sehinga segala perilaku muncul dalam kelompok
ini.
Berbagai saluran pelepas keteganggan diciptakan oleh kelompok,
untuk menguragi kegelisahan yang dialaminya, baik itu kumpul dengan
temana-teman, negebut-ngebutan dan bergadang kadang-kadang sampai larut malam.
Adanya kecendrungan menunjukkan bahwa bimbingan yang
bersifat persuasif dari orang tua, lebih diperlukan dan lebih efektif dibanding
penekanan yang seringkali menjadi penyebab konflik berkepanjangan antara
kelompok remaja dan orang tua.
1.
Problem dan kehiduapn sosial
remaja
secara umum kehidupan sosial yang sangat berarti pada
kehidupan keompok remaja. Hal ini tidak berarti bahwalingkungan sosial yang
lain dapat diabaikan begitu saja., karena kelompok remaja juga berada dalam
konteks masyarakat yang luas dan komplek, sehingga pembahasan akan difokuskan
pada hubungan remaja dengan lingkungan sisilanya, hubungan dengan orang tua,
guru dan teman bermainnya.
a.
Remaja dan lingkungan sosial
Perkembangan keperibadian seorang termasuk remaja merupakan
hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara peribadi
dengan lingkungannya. Lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan sumber
inspirasi yang dapat memberikan kekuatan
dan kekuatan fisik. Maupun kesehatan mental yang dapat merupakan upaya
pencegahan timbulnya gangguan perkembangan keperibadian. Sebaliknya lingkungan
sosial yang tidak sehat, dapat pula menmbulkan ganggaan pada keperiadian
seseorang yang yang menyebabkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya.
Pendidik diharapakan dapat mengatasinya sebagai kesulitan remaja sehingga
pekembangan keperibadiannya dapat berlangsung dengan baik.
b.
Hubungan Remaja Dengan Orang
Tua
Dalam kehidupan seringkali muncul konflik antara orang tua
dengan anak-anak yang telah menginjak remaja masalah-masalah yang dihadapi
remaja dengan orang tuanya seringkali disebabkan oleh hambatan komunikasi yang
terjadi antara kedua belah pihak.
Adapun faktor-faktor yang ditenggarai dapat menjadi penghambat
komunikasi tersebut diantarannya:
1.
Orang tua biasannya mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anak yang menginjak remaja. Sebagai
akibat terjadi benturan nilai antara remaja yang mulai merasa dewasa dengan
orang tua yang mengguanakan otoritas
yang berlebihan.
2.
Orang tua dan remaja tidak
mengguanakan bahasa yang sama, sehingga sering menimbulakn salah paham, orang
tua sering hanya memberikan informasi tanpa ikut serta memecahkan masalah yang
dihadapi remaja.
3.
Karena kesibukan masing-masing,
seringkali komunikasi orang tua dengan remajanya hanya terjadi dalam waktu yang
singkat.
4.
Dalam keluarga seringkali
remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan
kreativitasnya mengemukakan ide secara bebas.
5.
Perbedaan kepentingan
seringkali juga dapat menimbulkan adanya ketegangan dan konflik, karena
munculnya perbedaan kriteria dalam memandang sesuatu permasalahan.
Hambatan-hambatan komunikasi dapat ditanggulangi
dengan inisiatif yang seyogyanya datang dari orang tua, ada kecendrungan pada
sementara orang tua untuk mendidik anak-anak dengan apa yang mereka inginkan.
Sebaliknya membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan
mereka, juga merupakan hal yang bijak. Bimbingan melalui dialog diskusi,
analisis dan perkembangan dalam setiap permasalahan perlu selalau dilakukan.
Anak lebih mudah menerima bimbingan dengan contoh konkrit dan bukan sekedar
informasi.
c.
Hubungan Remaja Dengan Sekolah dan Guru.
Problem yang
muncul dalam kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali termanifestasi
dalam bentuk kesuliatan dalam menhadapi mata pelajaran di sekolah, baik dalam
lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul
semata-mata karena reaksi sepontan terhadap suatu kadaan, tetapi biasannya
akibat dari suatu rangkaan peristiwa yang sudah berlangung lama atau
berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem di sekolah pada umumnya
mengemukakan keluhan nahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan
bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak
diinginkan seperti membolos, melannggar tata tertib, menentang guru berkelahi
dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai dimensi penyebab yaitu factor-faktor negatif diantaranya
adalah:
1.
Kurang adanya kematangan fisik,
mental dan emosi sesuai dengan teman sebaya dan harapan sosial.
2.
Adanya hambatan fisik atau kelainan organis, baik pendengaran,
penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.
3.
Kemampuan yang terlalu kurang
atau cenderung terlalu tinggi
4.
Adanya hambatan atau gangguan
emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik
sekolah.Untuk itu dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan
menggunakan teknik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta partisipasi
remaja di kelas. Disini diperlukan keahlian dari seoarang guru bahkan guru
dituntut untuk betul-betul profesional ini diharapkan berupaya untuk
meningkatkan kemandirian berfikir dan berpendapat, dengan diskusi atau
pembeajaran komunikasi dua arah, disamping itu perlu pula pemahaman terhadap
prolem-problem umum remaja, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan
remaja.
c.
Hubungan remaja dalam kehidupan peer group
(teman sebaya)
Selalu ditekankan bahwa kehidupan
remaja dalam peer group merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan
kehidupan remaja, sehingga rasa diterima
dan dihargai oleh kelompok serta setatus
atau kedudukan diantara teman sebaya sanagat penting, peer group di sekolah
ataupun di luar sekolah dapat merupakan sumber yang dapat menenangkan dan
mengarahkan kecendrungan-kecendrungan destruktif menjadi konstruktif.
Kecendrungan untuk menjadi anggota
kelompok sebaya sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group ikatan dan solidaritas antar anggota menjadi
kuat dalam menghadapi tantangan di lingkungan.
Terbentuknya system nilai, sikap,
perilaku dan kebiasaan baru banyak
diwarnai oleh kelompok sebaya yang tepat akan menjadi pendorong dan menyesatkan
apabila kelompok yang dipilih adalah kelompok yang miskin norma
1.
Selalu ditekankan bahwa
kehidupan remaja dalam peer group merupakan hal yang sangat penting dalam
keseluruhan kehidupan remaja, sehingga rasa diterima dan dihargai oleh kelompok
serta setatus atau kedudukan diantara teman sebaya sangat penting, dan sering
kali diupayakan dengan berbagai cara dan upaya. peer group di sekoah ataupun di
luar sekolah dapat merupakan sumber yang dapat menenangakan dan mengarahkan
kecenderungan-kecendrungan dekstruktif menjadi konstruktif.
Kecenderungan untuk menjadi anggota kelompok sebaya
sangat kuat sehingga dalam kehidupan peer group ikatan dan solidaritas antar
anggota menjadi kuat dalam mengahadapi tantangan di lingkungan
Terbentuknya sistem nila,sikap, perilaku dan kebiasaan
baru banyak diwarnai oleh kelompok sebaya yang tepat akan menjadi pendorong dan
sumber kematangan keperibadian remaja, sebaiknya akan menyesatkan apabila
kelompok yang dipilih adalah kelompok yang miskin norma.
2. Kehidupan Psikologis Remaja
Pertumbuhan fisik
yang sangat pesat yang tidak diimbangi dengan perkembangan psikis sebagai
akibat masa transisi yang terjadi pada remaja, sering menimbulkan
konflik-konflik intern dalam upaya penghayatan remaja terhadap dirinya sendiri.
Permasalahan yang menyangkut aspek psikologis tidak dapat dilepaskan dari
permasalahan-permasalahan lain yang bersumber dari lingkungan sosial budaya. Hubungan
yang kurag harmonisdengan orang yang tua, guru, teman sebaya pacar dan sebagainya
dapat menghambat perkembangan keperibadian dan mengancam kesehatan mental.
Konflik-konflik internal maupun eksternal yang terjadi
seringkali menjadi sebab remaja melarikan diri dari kenyataan kemudian masuk
kedalam alam ilusi dan mimpi. Hal ini mungkin terjadi bila remaja merasa bahwa
lingkungan sosial budaya mengecewakan dan mengancam eksistensi dirinya.dilihat
dari kehidupan psikologisnya, remaja yang memilki kesehatan yang baik adalah
remaja yang mempunyai kondisi yang memungkinkan remaja dapat mengembangkan
peribadinya secara penuh, baik perkembangan dalam dimensi fisik, intlek dan
emosinya degan cara yang harmoni dan sesuai dengan kepentingan individu lain
dalam lingkungannya. Permaslahan dalam kehidupan psikologis remaja dapat diidentifikasi dari stabil
tidaknya perkembangan emosi yang dialami, berhasil tidaknya penyesuaian diri
yang dilakukan, idealsime dan cita-cita serta kematangan seksual yang
dialaminya.
1. Stabilitas Emosi
Kehidupan remaja bukan saja mengalami perubahan fisik
dan fisiologis, tetapi remaja juga selalu dihadapkan pada kehidupan emosi ayng
tidak stabil. Seringkali terlihat keceriaan yang berlebihan tetapi tiba-tiba
berubah menjadi murung, pendiam atau
pemarah. Situasi emosi lain yang sering muncula dalam kepekaan emosi yang
terlalu tinggi. Bayak faktor yang dapat mengakibatkan emosi yang tidak setabil pada
remaja diantaranya adalah harapan, keluarga dan masyarakat (lingkungan) yang
terlalu tinggi terhadap pergaulannya dengan teman sebaya. Keinginan untuk
selalu tampil terbaik dan dapat diterima oleh kelompok sebaya dapat menimbulkan
kecemasan bila dalam kenyataan remaja merasa gagal atau kurang popular
diantaranya teman-temannya.
2.
Kematangan Seksual
Pertumbuhan fisik pada remaja yang sangat pesat
merupakan konsekuaensi mulai berfungsi hormon-hormon produksi yang membedakan
secara jelas pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan pada masa ini remaja
mulai merasakan adanya rangsangan-rangsangan erotik yang menandai mulainya
hormon-hormon skunder yang mendukung kesiapan reproduksi.
Bersamaan dengan pertumbuhan badan dan pertambahan usia
maka kelenjar-kelenjar seks remaja mulai berkembangn dan berfungsi. Sehingga
secara ilmiah remaja laki-laki tertari kpada
lawan jenis meskipun seringkali gejolak rasa itu ditekan, karena kesadaran
untuk sekolah dulu ataupun tekanan dari orang
tua dan lingkungan. Pada masa ini kelompok remaja membutuhkan bantuan
lingkungan teruatama orang tua untuk menjawab dan memuaskan rasa ingi tahu dan
pertanyaan –pertanyan yang sering menggangu tentang perangsangan dan kehidupan
seksual pada umumnya. Munculnya dorongan erotik yang tidak dilandasi
pengetahuan yang jelas sering menimbulkan perilaku meyimpang sebagai akibat
usaha coba-coba mengahayati kehdupan seksualnya. Sebaliknya dorongan yang
dilandasi pengetahuan kuat tentang norma dapat pula menimbulkan konflik intern.
3. Idealisme dan Cita-Cita
Perkembangan intlektual yang bersifat netral dalam mencari identitas
diri bila mendapat bimbimngan dan arah yang sesuai dapat mamacu munculnya
kreativiats dan ide-ide cemerlang pada remaja: idelaisme dan cita-cita dapat
berkembang secara pesat bilar emaja dalam kondisi mental yang cukup sehat sehingga idealisme dan cita-cita yang muncul
merupakan motivasi yang kuat untuk dapat berprestasi setinggi mungkin sebalikya berbagai kegagalan remaja dalam
memenuhi tuntutan lingkungan dan
tugas-tugas perkembangannya dapat berakibat munculnya perilaku-periku
menyimpang sebagai manifestasi dari frustasi, baik sebagai akibat kegagalan
dalam kehidupan kelompok maupun dalam mengimbangi tuntutan kehidupan kelompok
dan menunjukkan eksistensi dirinya.
Dalam kehidupan remaja seringkali muncul konflik
(berbagi tuntutan dan kepentingan yang muncul secara bersama dan semuanya
menuntut pemunahan secara simultan) konflik-konflik yang muncul dalam kehidupan
remaja sering berupa konflik antara dorongan erotis dan kesadaran etika moral
konflik antara idealisme dan realita kehidupan.konflik antara kebebasan dan
tekanan orang dewasa, konflik antara kemampuan nyata dan tuntutan lingkungan
dan sebaginya.
B. Perilaku Menyimpang
Pada Remaja
Telah ditulis pada bagian terdahulu bahwa kegagalan
remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan
dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun
konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya
perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
perilaku menyimpang atau kenakalan remaja sebenarnya merupakan konpensasi dari
segala kekuragan dan kegagalan dan kegagalan yang dialamiya.
1.
Penegrtian Perilaku Menyimpang atau
Kenakalan
Kenakalan merujuk pada
perilaku yang berupapenyimpanagan atau pelanggaran pada norma yang berlaku.
Ditinjau dari segi hukum, kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang
belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usianya. Perilaku menyimpang
pada remaja pada umumnya merupakan keagagalan sistem kontrol diri terhadap implus-implus
yang kuat terhadap dorongan-dorongan instingtif. implus-implus dorongan
primitif dan sentiment tesebut disalurkan lewat perilaku kejahatan, kekerasan
agresi dan sebagainya yang dianggap mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja
tersebut.
Membahas perilaku menyimpang tidak
dapat melepaskan diri dari perilaku yang di anggap normal dan sempurna serta
ideal yang merupakan rata-rata secara statistik yang dapat diterima oleh masyarakat
umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat dan cocok dengan norma sosial
yang berlaku pada masa dan ditempat tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang
terbatas waktu dan tempat.
Sedang predikat pribadi yang normal
menampilkan diri: sempurna, ideal, beradalam skor rata-rata secara statistik,
tanpa adanya sindrom-sindrom medis adekuat (serasi, tepat) sehingga secara umum
bisa diterima oleh kelompok masyarakat setempat, cocok dengan norma sosial yang
berlaku pada saat dan ditempat ini dan ada relasi personal dengan orang lain
yang memuaskan.
Pribadi norma mempunyai ciri-ciri
relatif dekat dengan itegrasi jasmani rohani yang ideal kehidupan psikisnya
relatif stabil, tidak banyak memendam konflik batin dan berkonflik dengan
lingkungan. Batinnya tenang seimbang, bandannya sealalu merasa kuat serta
sehat.
Predikat abnormal diterjemahkan dalam
pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagi berikut: sosiopatik, adalah
perilaku menyimang secara sosial. (tak mampu menyesuaikan diri) tingkah lakunya tidak edukatif tidak dapat diterima oleh umum
sesuai dengan norm-norma sosial yang berlaku. Pribadi abnormal atau sosiopotik
mempunyai cirri sebagai brikut: mengalami disintegarasi baik dalam diri sendiri
maupaun dengan lingkungannya terisolasi darihidup bermasyarakat yang normal,
selalau didera oleh konflik batin dan selalu berbenturan dangan norma sosial
serta hokum formal.
- Perbedaan Struktur Intlektual
Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang
mempunyai intlegensi yang berbeda dengan intlegensi rata-rata anak-anak yang
normal, yaitu nampak adanya perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada
umumnya kelompok menyimpang ini mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan
verbal. Kelompok ini pada umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang
albigious dan kurang mampu memperhitungkan dan menghargai perbedaan paerilaku
serta peribadi orang lain.
- Perbedaan Fisik dan Psikis
Anak-anak yang bererilaku menyimpang nampak idiot secara
moral pada umumnya memilki cirri karaktersitik khas yang dalam fungsi
psikologis dan neurologist.hal-hal yang nampak berbeda diantarnya lebih lamban
dalam mereaksi terhadap stimulasikesakitan dan menunjukkan ketidak matangan
ajsmaniah anomaly perkembangan tertentu.
- Perbedaan Ciri Karakteristik Individu
Remaja yang berperilaku menyimpang
memilki ciri keperibadian khusus yaitu; lebih berorientasi pada kehidupan masa
sekarang yaitu bersenag-senang dan puas
dalam hari ini dan kurang memperhtungkan hari esok. Kebanayakan dari mereka
menagalami gangguan secara emosional aikbat banyaknya konflik yang tak
terselesaikan. Disamping itu karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sosial yang normal, maka kelompok ini kurang sehingga kurang mampu
mengenal norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara
sosial, karena pada umumnya kelompok ini sangat imfulsif dalam berperilaku,
seperti perilaku yang nyempret bahaya, agresif, emosional dan sebagainya karena
kurang berfungsinya hati nurani. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya disiplin
diri dan kontrol diri.
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Kenakalan remaja
tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan
yang vakum tetapi selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam kotek
sosio cultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersiafat organisme
fisiologismatau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan cultural,
sehingga perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi temapt
kelompok yaitu:
- Delinkuensi Individual:
Adalah perilaku menyimpang yang berupa tungkah laku
criminal yang merupakan gejala personal dengan ciri khas jahat yang disebabka noleh
prodisposisi dan kecendrungan penyimpangan
tingkah laku psikopat, neurotis dan inti sosial. Penyimpangan perilaku ini
dapat diperhebat dengan stimulasi sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak
tepat dan kondisi cultural yang kurang menguntungkan. Perilaku menyimpang pada
tipe ini seringkali bersifat siptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya
konflik-konflik inter psikis yang bersifat kronis dan disentegrasi pribadi.
- Delikuensi Situasional
Bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya
dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimulasi sosial maupun
kekuatan tekanan lingkunagan sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang
“menekan dan memaksa” pada pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku
dalam bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi psikologis dan
reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan
remaja situasi sosial eksternal yang menekan, terutama dalam kelompok sebaya
dapat dengan mudah mengalahkan unsure internal yang berupa pikiran yang sehat,
perasaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delikuen
situasional.
- Delikuensi Sistematik
Perbuatan yang menyimpang dan kriminal pada anak-anak
remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang disistematisir, dalam
bentuk suatu organanisasi kelompok sebaya yang berperilaku yang seragam dalam
penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang menyimpang yang desistemasir dalam
pengaturan status, norma dan peranan . tentu akan memunculkan sikap moral yang
salah dan justru rasa kebanggaan terhadap perbedaaan-perbedaan dengan norma umum
yang berlaku . semua perilaku yang menyimpang yang seragam dilakukan oleh
anggota kelompok ini kemudian dirasionalisir dan dilakukan pembenaran sendiri
oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan
menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya.
Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul
pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar,
karena bebagai sebaba dan berada dalam kondisi yang terawasi oleh kontrol diri
dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang diulang dan diulang
kembali, dan kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian
digunakan untuk menegakkan gengsi diri secara tidak wajar.
- Delikuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk
delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil
dari baynak konflik kultural yang konroversi dalam iklim yang penuh konflik.
Perilaku yang menyimpang tipe ini memilki ciri utama yaitu:
- Mengandung banyak dimesi ketegangan syaraf, kegelisihan batin, dan keresahan hati para remaja., yang keudia disalurkan dan dikmpensasikan secara negatif pada tindak kejahatan yang agresif tak terkendali.
- Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewajiban orang dewasa yang dirasa berlabihan. Untuk menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
- Dikemukakan ada banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.
- Banyak diketemukan munculnya tidakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang mengganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan , penculikan, penyadaran dan sebagainya.
Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dlihat
dari dimensi penyebabnya, maka secara fisik wujud dari perilaku yang menyimpang
dapat berupa perilaku sebagai berikut:
- Main kebut-kebutan di jalan perhitungan bahwa hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri dan orang lain.
- Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan dan perilaku yang mengacaukan lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang dewasa.
- Perkenalan antar individu, antar gang, antar kelompok, antar sekolah maupun antar suku, yang kesemuanya menunjukkan akibat negatif.
- Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang kalau atau sembunyi ditempat terpencil sambil melakukan ekspriment perilaku sosial.
- Perilaku kriminalitas, yang berupa perbutan yang mengancam, intemidasi memeras, merampas dan sebagainya.
- Berpestapora sambil bermabuk-mabukan dan melakukan perbutan seks bebas yang mengganggu lingkungan.
- Perkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau didorong oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri.
- Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitannya dengan tidak kejahatan.
- Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan akses kriminalitas.
- Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomik, neourotik dan gangguan jiwa lain.
- Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut konpesasi disbabkan oleh organ-organ inferior.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar